SEJAK Mohammed Sarham bicara tentang pasukan berani mati Palestina yang punya hubungan dengan Abu Nidal, Israel dan AS langsung mengalihkan perhatian ke tokoh misterius itu. Dan Sarham, yang diberangkatkan dari Beirut ke Roma lewat Jenewa, adalah anggota pasukan jibaku yang melancarkan serangan berdarah terhadap El Al di Fui-micino, Roma, dua pekan silam. Mungkin sekali pasukan semacam itu tidak ada, tapi Abu Nidal, yang terlahir sebagai Sabri Khalil Bauna, jelas bukan tokoh siluman. Dia memang pernah diisukan mati karena serangan jantung, tapi, November t984, muncul di Tripoli, Libya. Walau sejak 1976 dilarang bermukim di Syria, dalam wawancara khusus dengan majalah Der Spiegel (Jerman Barat) ia mengaku sebagai pengikut setia Partai Baath, partai Presiden Hafez Assad. Informasi ini ditunjang oleh wawancara Arafat dengan Washington Post, Ahad lalu. Dalam keterangannya pemimpin PLO itu menuduh dinas rahasia Syria dan Libya telah mendalangi berbagai teror di Timur Tengah, dan Abu Nidal bertanggung jawab untuk pembajakan Egypt Air ke Malta, November lalu, serta serangan serentak terhadap El Al di Roma dan Wina. Siapakah Abu Nidal? Ia bergabung dengan Arafat dalam Al-Fatah pada 1967, tapi tujuh tahun kemudian berusaha membunuh pemimpin PLO itu. Setelah itu Nidal masih mencoba dua kali lagi membunuh Arafat, tapi gagal. Oleh PLO dia dijatuhi hukuman mati "in absentia" dan sekarang diincar pula oleh dinas rahasia Israel Mossad. Tapi PM Shimon Peres mengakui bahwa melancarkan pembalasan dendam ke alamat teroris di Libya (maksudnya: Abu Nidal) tidaklah mudah. Peres tahu bahwa Nidal bukan saja sulit dilacak, tapi ia juga membentengi dirinya secara amat ketat. Dinding rumah persembunyiannya konon tahan peluru, sementara kaki tangannya berkeliaran di mana-mana. Berbeda dengan George Habbash, Nidal adalah tokoh garis keras yang berkobar-kobar. Habbash punya pandangan jauh ke depan, tapi Nidal berpikiran sempit. Karena itu pula Habbash akhirnya bisa menerima konsep Arafat tentang negara Palestina dengan wilayah (hanya) Tepi Barat dan Gaza, sedangkan Nidal tidak. "Saya percaya perjuangan bersenjata adalah cara yang paling menentukan," begitu kata Nidal kepada wartawan majalah Middle East. "Tapi mobilisasi di dalam dan di luar daerah pendudukan Israel juga tidak kurang pentingnya." Tak salah lagi dia berkhayal menaklukkan Israel, suatu hal yang menyebabkan tokoh sinting ini - begitulah julukan sejumlah tokoh PLO kepadanya - diperalat oleh Syria dan Libya. Atau paling tidak, kebenciannya pada upaya diplomasi Arafat telah dimanfaatkan oleh Assad dan Qadhafi untuk menjegal pemimpin PLO itu. Contoh paling tepat adalah penembakan terhadap Dubes Israel di London, Shlomo Argov. Penembakan ini dijadikan alasan oleh Israel untuk melancarkan serangan ke Libanon, yang mencapai puncaknya dalam penumpasan dan pengusiran 12.000 gerilyawan PLO dari negeri itu. Diakui Nidal, musuh utamanya adalah para gembong Zionis dan imperialis AS, di samping tokoh-tokoh Arab reaksioner. Dalam kategori terakhir, termasuk Said Hammami, tokoh penghubung antara Arafat dan Israel yang ditembak mati di London, Januari 1978. Kemudian Nidal berturut-turut mengotaki penembakan wakil-wakil PLO di Paris, Brussels, Madrid, dan Roma. Sasaran lainnya adalah Menlu Syria Abdel-Halim Khaddam yang dua kali lolos dari sergapan maut Abu Nidal. Tapi sejumlah anak-anak Yahudi terbantai dalam serangan mautnya ke sebuah sekolah di Antwerpen, 1980. Setelah merajalela 12 tahun, Nidal tampaknya kian sulit dihentikan. Walaupun pengikutnya sangat terbatas, Nidal sesumbar tentang partisipasi massa dalam aksi-aksi terornya. Dia membantah terlibat dengan kelompok teroris Brigade Merah di Italia dan gang Baader-Meinhof di Jerman Barat, tapi memuji "perjuanan" mereka. Sebaliknya, pemimpin teroris berusia 48 tahun itu marah karena Arafat mendiskreditkan kelompoknya. Tapi sebagai "bapak perjuangan" (Nidal berarti perjuangan), ia tetap saja menggembleng calon calon teroris dengan latihan militer berat di pengasingan selama enam bulan seraya menanamkan benih kebencian di hati mereka. Dan para teroris itulah yang kemudian diperkenalkan kepada masyarakat dunia sebagai pasukan berani mati Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini