Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENGUMUMAN "perang ekonomi" itu, meski sudah bisa diduga, tetaplah mengejutkan. Amerika Serikat menetapkan tarif 25 persen atas semua barang impor dari Cina, yang nilai perdagangannya ditaksir sekitar US$ 34 miliar, sejak Jumat petang dua pekan lalu. Perwakilan Perdagangan Amerika, Robert Lighthizer, dalam siaran persnya mengatakan kebijakan baru pemerintah Donald Trump ini sebagai "balasan atas praktik tidak adil Cina".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa menit kemudian, Kementerian Perdagangan Cina merespons dengan mengungkapkan keterkejutannya. Cina menyebut Amerika "mengobarkan perang dagang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah ekonomi". Sebagai balasannya, seperti dilansir Xinhua, Beijing menetapkan tarif 25 persen untuk semua barang dari Amerika pada hari yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selisih waktu pengumuman dan penerapan kenaikan tarif itu sangat besar artinya jika pengusaha bisa mengapalkan barang sebelum ketentuan baru berlaku. Salah satu kapal yang menguji peruntungan itu, seperti dilaporkan Bloomberg, adalah Peak Pegasus. Kapal kargo yang membawa kacang kedelai Amerika yang nilainya ditaksir US$ 22,1 juta ini sedang dalam perjalanan dari Busan menuju Dalian, Provinsi Liaoning, Cina.
Menurut informasi sejumlah media Cina, Pegasus dijadwalkan tiba di Dalian sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Pegasus dilaporkan memacu kecepatannya untuk tiba sebelum tarif baru berlaku. Sayangnya, pada pukul 12.01, Pegasus masih sekitar satu jam perjalanan lagi untuk tiba di Dalian, yang berarti harus menerima kenyataan bahwa barang yang dibawanya akan dikenai tarif impor baru 25 persen.
Apa yang menimpa Pegasus adalah dampak langsung dari perang dagang dua raksasa ekonomi dunia itu. Ketegangan Washington-Beijing ini membuat waswas sejumlah negara. Sejumlah media menyebut Robert Lighthizer, Deputi Perwakilan Perdagangan Amerika di bawah pemerintah Ronald Reagan, sebagai arsitek dari perang dagang ini.
ROBERT Lighthizer lahir pada 11 Oktober 1947 di kota pelabuhan Lake Erie, Ashtabula, Ohio, Amerika. Lulus dari Georgetown University Law Center pada 1973, putra Orville James dan Michaelene Lighthizer ini bergabung dengan firma Covington dan Burling di Washington, DC. Dia meninggalkan perusahaan itu pada 1978 untuk bertugas sebagai kepala penasihat isu minoritas dan kemudian Kepala Staf Komite Keuangan Senat Amerika di bawah kepemimpinan Bob Dole.
Pada 1983, Senat menyetujui Robert Lighthizer bertugas sebagai Deputi Perwakilan Perdagangan Amerika untuk Presiden Ronald Reagan. Ia dikenal sebagai orang yang blakblakan. Saat bernegosiasi dengan Jepang, dia pernah sangat frustrasi atas jalannya perundingan. Ia lantas mengambil proposal delegasi Jepang, mengubahnya menjadi pesawat kertas dan menerbangkannya kembali kepada negosiator Jepang di seberang mejanya sebagai lelucon. Setelah peristiwa itu, di Jepang ia dikenal sebagai The Missile Man.
Pada 1985, Lighthizer bergabung dengan kantor Washington Skadden, Arps, Slate, Meagher & Flom LLP sebagai mitra dan memimpin grup perdagangan internasional perusahaan itu. Sebagai pengacara di firma ini, Lighthizer mewakili sejumlah klien industri baja yang percaya bahwa mereka telah dirugikan oleh barang impor Cina yang disubsidi.
Lighthizer kembali ke pemerintahan setelah Presiden Donald Trump mencalonkannya sebagai Perwakilan Perdagangan Amerika. Senat menyetujuinya pada 11 Mei 2017 dan ia dilantik oleh Wakil Presiden Mike Pence empat hari kemudian. Tiga hari kemudian, Lighthizer memberi tahu Kongres bahwa Trump bermaksud menegosiasikan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Dalam perundingan NAFTA itu, Lighthizer memperkenalkan sejumlah proposal yang mengejutkan Kanada dan Meksiko. Dalam proposal baru itu antara lain ditambahkan klausul sunset, yang mengharuskan negara-negara peserta pakta perdagangan memutuskan setiap lima tahun apakah akan tetap di NAFTA. Perundingan itu berjalan alot sehingga diperpanjang sampai tahun ini.
Lighthizer juga dipercaya Trump menegosiasikan kembali perdagangan Amerika dengan Cina. Trump sudah lama ingin mengoreksi kerja sama dua negara karena dianggap merugikan Negeri Abang Sam. Pada 14 Agustus 2017, Trump mengumumkan adanya penyelidikan "Seksi 301" atas dugaan pelanggaran hak cipta intelektual Amerika. Tim ini dipimpin Lighthizer. Cina dinilai memaksa banyak pebisnis asing untuk menyerahkan teknologi mereka yang paling berharga sebagai ganti akses ke pasarnya. Sejumlah analis menilai praktik ini sebagai ancaman besar bagi masa depan pertumbuhan ekonomi Amerika.
Menurut Pasal 301 Undang-Undang Perdagangan 1974, Amerika dapat menghukum suatu negara karena praktik pasar yang tidak adil seperti ini. Sanksinya bisa dalam bentuk penetapan tarif atau dengan memblokir aksesnya ke pasar Amerika. Laporan Kantor Perwakilan Perdagangan Amerika juga menemukan bahwa pemerintah Cina mensponsori pencurian teknologi Amerika untuk keuntungan komersial.
Sikap keras Lighthizer soal hubungan dagang dengan Cina terlihat dalam sebuah rapat sebelum Trump melakukan lawatan 12 hari ke Jepang, Korea Selatan, Cina, Vietnam, dan Filipina, November tahun lalu. Rapat itu dihadiri tim ekonomi Trump, termasuk penasihat keuangan Gary Cohn, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, dan Menteri Pertanian Sonny Perdue.
Menurut situs Axios.com, saat itu Robert Lighthizer menggambarkan hubungan ekonomi Amerika-Cina sebagai omong kosong. Ia membeberkan sejarah 25 tahun terakhir hubungan Amerika-Cina serta "dialog" dua negara yang dilakukan pada masa Presiden Bill Clinton, George Bush, dan Barack Obama. Intinya, setiap pemerintahan memiliki semboyan baru dan kerangka strategis untuk menggambarkan hubungan Amerika-Cina, tapi defisit perdagangan dengan Cina terus membengkak.
Amerika mencatatkan defisit perdagangan dengan Cina pada 2017 sebesar US$ 375 miliar. Sejak tahun lalu, wakil dua negara berusaha mencari solusi atas ketimpangan dalam hubungan dagang ini.
Sejumlah pejabat Gedung Putih juga menyebutkan soal tawaran Cina untuk memangkas surplus perdagangannya hingga US$ 200 miliar setiap tahun. Kementerian Luar Negeri Cina membantah klaim ini meski mengakui negosiasi masih berlangsung. Rencana pengurangan defisit besar itu ditanggapi skeptis oleh analis ekonomi. Untuk memangkas surplus perdagangan hingga US$ 200 miliar setiap tahun, tulis Reuters, itu sama saja dengan Cina harus membeli lebih dari 600 pesawat Boeing setiap tahun.
Menteri Perdagangan Wilbur Ross, Juni lalu, bertemu dengan para pejabat Cina di Beijing dan membawa pulang sebuah proposal Cina untuk membeli sekitar US$ 70 miliar barang-barang tambahan dan manufaktur. Proposal ini tak cukup menarik buat Trump, yang kemudian berancang-ancang akan memakai jurus "kenaikan tarif" untuk barang dari Cina.
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo saat ke Cina menyampaikan sikap Trump ini. Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, yang berada di sisi Pompeo saat konferensi pers 14 Juni lalu, menyebutkan dua opsi. "Pilihan pertama adalah kerja sama dan saling menguntungkan. Pilihan lainnya konfrontasi dan saling merugikan. Cina memilih yang pertama," kata Wang. "Kami berharap Amerika membuat pilihan sama. Tentu saja kami juga bersiap menanggapi opsi kedua."
Menurut Reuters, pada hari yang sama, Trump sudah sampai pada keputusan untuk mengenakan tarif impor buat barang dari Cina. Pada saat pembahasan soal ini, Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin menentang rencana pemberlakuan tarif itu, tapi tak berhasil. Keesokan harinya Trump mengumumkan kebijakan perang tarif itu, yang akan efektif berlaku 6 Juli. Saat itu belum disebutkan barang-barang apa yang akan terkena kenaikan tarif. Robert Lighthizer membela sikap bosnya dari sejumlah kritik dengan mengatakan, "Ini (pilihan) moderat, itu (kebijakan) tepat."
Dukungan Lighthizer terhadap langkah Trump ini tak mengejutkan. "Trump dan Lighthizer adalah orang yang berpikiran sama," ucap William Reinsch, mantan pejabat bidang perdagangan yang sekarang bertugas di Pusat Studi Strategis dan Internasional, seperti dilansir WSJ. "Ada strategi perundingan, perisakan, intimidasi, dan ancaman untuk melunakkan (musuh). Kemudian mungkin membuat kesepakatan."
Abdul Manan (reuters, The Diplomat, Vox.com, Axios.com)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo