Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERSIAPAN agenda penting itu berlangsung kilat. Dari ujung telepon seluler, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin menelepon Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Rabu dua pekan lalu. Panggilan itu rupanya tak dijawab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gagal menghubungi Rini, Budi mengontak Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno. Siang itu, Fajar juga tidak merespons panggilan telepon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi lalu mengirim pesan kepada keduanya. Isinya: bos Freeport-McMoRan, Richard Adkerson, setuju menandatangani kesepakatan awal (heads of agreement) harga dan struktur divestasi saham PT Freeport Indonesia. Penandatanganan rencananya dilakukan di kantor Kementerian Keuangan esok siang. "Saat itu Ibu Rini memang masih di luar Jakarta," kata Fajar, Rabu pekan lalu.
Setelah membaca pesan itu, Rini menelepon balik Budi. Ia minta jam penandatanganan diundurkan. Sebab, pada Kamis pagi, Rini masih dalam kunjungan kerja ke Jawa Barat. Penandatanganan kemudian disepakati pada Kamis sore. "Seusai kunjungan kerja, Ibu Rini langsung naik pesawat dari Tasikmalaya," ucap Fajar.
Kamis sore dua pekan lalu, kesepakatan awal tentang nilai dan struktur divestasi saham PT Freeport Indonesia itu akhirnya ditandatangani. Empat menteri, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, menyaksikan penandatanganan antara Budi Gunadi Sadikin dan Richard Adkerson.
Dalam penandatanganan tersebut, Freeport-McMoRan-yang juga mewakili Rio Tinto-sepakat melepas 45,6 persen saham di PT Freeport Indonesia kepada Inalum. Freeport dan Inalum menyetujui harga divestasi US$ 3,85 miliar atau sekitar Rp 55,736 triliun dengan kurs saat ini. Struktur divestasinya: Inalum akan membeli 40 persen participating interest Rio Tinto di PT Freeport Indonesia, yang kemudian akan terkonversi menjadi saham. Selanjutnya, Inalum membeli 9,36 persen saham PT Indocopper Investama-milik Freeport-McMoRan-yang akan terdilusi menjadi 5,6 persen setelah Freeport menerbitkan saham baru.
Kesepakatan awal itu membuat dunia maya riuh. Seharian tagar #IndonesiaKuasaiFreeport menguasai jagat Twitter. Opini yang beredar: Indonesia, lewat Inalum, telah berhasil menguasai 51 persen saham Freeport Indonesia.
Rini Soemarno sebetulnya sudah menjelaskan arti heads of agreement. Kesepakatan itu baru mengunci harga dan struktur divestasi. Tapi opini di jagat maya sudah kadung menggelinding. Dampaknya, sepanjang pekan lalu, reaksi pro-kontra soal apakah pemerintah telah menguasai 51 persen saham Freeport Indonesia hingga isu kepantasan nilai transaksi memanas.
Hari Ambari, analis senior di Drone Emprit (PT Media Kernels Indonesia), perusahaan analisis media, menyatakan keriuhan di jagat maya ini dimotori tagar #IndonesiaKuasaiFreeport, yang dipromosikan akun @04Nakula, @wahhbicc_jabar, @budiadi, dan @tweetRAMALAN. Menurut Hari, akun-akun ini terlihat pro-pemerintah atau pro-Jokowi.
Selain #IndonesiaKuasaiFreeport, terdapat tagar #JonanJos. Tagar ini dipromosikan akun @jinn_gemblung, @Alfanny1926, dan @amrudinnejad1. Tapi tagar #JonanJos kalah populer. Tagar ini hanya dicuit ulang 264 kali selama tiga hari. Sedangkan #IndonesiaKuasaiFreeport dicuit ulang 5.276 kali. "Setelah itu, muncul kontra-narasi dari akun @MCAOps," tutur Hari.
Menurut Hari, siklus tagar #IndonesiaKuasaiFreeport dan #JonanJos hanya berlangsung tiga hari. Setelah itu, tagar #Freeport mengambil alih jagat Twitter. Yang bersikap pro dan kontra terhadap pemerintah jadi satu berkelahi dalam tagar tersebut.
Seorang sumber yang mengetahui proses negosiasi divestasi menyatakan tagar #IndonesiaKuasaiFreeport itu blunder. Nyatanya, pemerintah sama sekali belum menguasai Freeport. Pemerintah dianggap terlalu prematur mendeklarasikan keberhasilan menguasai mayoritas saham Freeport.
Salah satu kritik datang dari politikus Gerindra yang duduk di Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Ramson Siagian. Dalam rapat dengar pendapat dengan Menteri Energi Ignasius Jonan, Kamis pekan lalu, Ramson menuding pemerintah terlalu dini mengklaim keberhasilan menguasai 51 persen saham Freeport. Padahal, kata dia, heads of agreement belum berarti apa-apa. "Ini masih setengah kosong."
Jonan mengakui heads of agreement itu belum meresmikan kepemilikan saham Inalum jadi 51 persen di Freeport. Jonan menganalogikan perjanjian itu ibarat tunangan. "Kalau sudah tunangan, apakah pasti menikah? Kan, belum tentu. Tapi kalau enggak mau menikah, buat apa tunangan?" ujar Jonan menjawab Ramson. Menurut Jonan, heads of agreement adalah proses standar dalam setiap transaksi bisnis.
KESEPAKATAN harga dan struktur divestasi PT Freeport Indonesia sebetulnya sudah tercapai pada Mei lalu. Kesepakatan itu didapat setelah Inalum, Rio Tinto, dan Freeport-McMoRan bernegosiasi berbulan-bulan. Tapi ketiganya menutup rapat kesepakatan tersebut. Kesepakatan baru terbuka perlahan-lahan pada akhir Juni lalu, ketika Jonan bertemu dengan Richard Adkerson di Washington, DC, Amerika Serikat.
Proses negosiasi harga divestasi sempat mentok. Rio Tinto dan Freeport-McMoRan bertahan dengan harga mereka, sementara Inalum tidak mau menaikkan tawaran.
Inalum mengacu pada hitungan Morgan Stanley, bankir investasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Hitungan awal Morgan Stanley menyebutkan valuasi 40 persen participating interest Rio Tinto dan 9,36 persen saham Indocopper di Freeport Indonesia sebesar US$ 4,416 miliar. Sesuai dengan perkembangan harga tembaga dunia, valuasi terakhir ada di angka US$ 4,713 miliar. Tapi ada potensi discount rate sebesar 17 persen, sehingga harga divestasi bisa ditekan di angka US$ 3,9 miliar.
Inalum kemudian membuka harga US$ 3,750 miliar. Induk usaha BUMN pertambangan itu menyerahkan angka tersebut kepada Freeport-McMoRan (FCX) dan Rio Tinto. Kesepakatan terjadi di angka US$ 3,850 miliar. "Soal FCX dan Rio Tinto dapat berapa, mereka berdua sendiri yang hitung-hitungan," ujar sumber yang mengetahui proses negosiasi.
Fajar Harry Sampurno enggan menjelaskan detail negosiasi. Tapi, menurut dia, harga divestasi yang didapat sekarang sudah dilaporkan dan mendapat persetujuan dua menteri, yaitu Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. "Yang memutuskan deal harga itu menteri," kata Fajar.
Urusan harga beres, muncul isu lain soal kontrol perusahaan setelah divestasi dan aturan tentang stabilitas investasi. "Ini yang masih alot," ucap sejumlah sumber yang mengetahui proses negosiasi. Tapi negosiasi mulai luwes lagi setelah Sri Mulyani bertemu dengan Richard Adkerson di New York, Juni lalu. Ani-sapaan Sri Mulyani-sebetulnya sedang berlibur ke Negeri Abang Sam.
Saat itu, Freeport masih berkukuh ingin mengontrol operasi Freeport Indonesia kendati 51 persen saham nantinya dikuasai Inalum. Freeport-McMoRan juga menghendaki stabilitas investasi, termasuk pajak dan royalti, dituangkan dalam persetujuan dengan pemerintah-seperti kontrak karya. Sedangkan pemerintah menginginkan operasi perusahaan dijalankan bersama dan stabilitas investasi mengikuti peraturan pemerintah tentang jaminan investasi yang akan segera terbit. Setelah Sri menemui Adkerson, Jonan terbang ke Amerika untuk bertemu dengan Adkerson di Washington, DC, akhir Juni lalu.
Negosiasi di Washington berlanjut hingga ke Jakarta. Pemerintah dan Freeport akhirnya setuju membagi perwakilan susunan direktur dan komisaris sama rata, yakni tiga dari Freeport dan tiga dari Inalum. Selain itu, Freeport tidak punya veto.
Tiga sumber yang mengetahui proses negosiasi mengungkapkan, pada Minggu dua pekan lalu, empat menteri, yakni Rini, Sri, Jonan, dan Siti, berkumpul di Mandiri Club, Jakarta. Sejak PT Freeport Indonesia (PTFI) tersandung skandal pembuangan tailing di Sungai Aijkwa, Papua, negosiasi selalu melibatkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Keempat menteri membahas poin-poin negosiasi yang belum disepakati. Kebetulan, pada pekan itu, Richard Adkerson dijadwalkan datang ke Indonesia. Pertemuan berlangsung sejak pukul 9 malam hingga tengah malam.
Saat itulah Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengusulkan agar kesepakatan yang sudah tercapai, yaitu soal harga dan struktur divestasi, diikat dalam bentuk perjanjian awal. "Harga ini harus dikunci dulu. Isu yang lain lanjut nanti lagi," kata pejabat di Kementerian BUMN.
Tiga hari kemudian, atau Rabu dua pekan lalu, Sri Mulyani mengabari Budi bahwa Adkerson bersedia dan siap meneken heads of agreement (HoA) tentang harga dan struktur divestasi. Penandatanganan akan berlangsung di Kementerian Keuangan keesokan harinya.
Budi menolak berkomentar soal persiapan penandatanganan HoA, tapi belakangan dia mengatakan kesepakatan tentang harga dan struktur transaksi merupakan langkah penting. "Ini tonggak yang sangat signifikan dan critical dalam tahap penyelesaian seluruh kesepakatan terkait dengan PTFI," ujarnya.
Saat dimintai konfirmasi tentang perannya meyakinkan Adkerson untuk meneken HoA, Sri Mulyani enggan berkomentar. Seusai rapat dengar pendapat di parlemen, Kamis pekan lalu, ia hanya menggeleng dan tersenyum sambil masuk ke mobil ketika ditanya mengenai perannya dalam negosiasi dengan Freeport.
Sejumlah pejabat yang mengetahui proses negosiasi mengungkapkan, sehari sebelum penandatanganan HoA, Richard Adkerson sebenarnya masih ragu. Kendati tidak mengikat, status HoA cukup krusial untuk mengikat transaksi. Karena itu, malam sebelum penandatanganan, Adkerson bertandang ke rumah dinas Ignasius Jonan di Jalan Denpasar III, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pejabat ini mengatakan Jonan sudah berkali-kali menjamu Adkerson di rumah itu selama proses negosiasi. Keduanya dipersatukan oleh kesamaan hobi, yakni memiara anjing. Jonan juga paham seluk-beluk jam Rolex. "Jonan sesekali memanggil Richard dengan sebutan Mr. Rolex," kata pejabat tersebut. Adkerson adalah kolektor arloji wah buatan Swiss itu.
Ditemui selepas rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Kamis pekan lalu, Jonan enggan menanggapi permintaan konfirmasi Tempo perihal pertemuannya dengan Adkerson. Ia buru-buru menggeleng dan menjauh saat ditanya Retno Sulistyowati dari Tempo. Jonan juga tidak merespons pertanyaan yang diajukan melalui aplikasi pesan instan.
Respons serupa datang dari juru bicara PTFI, Riza Pratama, ketika ditanya mengenai kegiatan bosnya di Jakarta, dua pekan lalu. "Saya tidak bisa menjawab karena negosiasi sedang berlangsung," ucapnya.
Pemerintah menargetkan sejumlah poin yang belum selesai bisa rampung dalam dua bulan ke depan. Fajar Harry Sampurno menyebutkan pemerintah tidak terlalu ambil pusing atas respons pro-kontra berbau politis selama negosiasi berlangsung. "Pemerintah solid. Empat menteri sama suaranya. Yang penting Freeport bisa kembali."
Khairul Anam, Retno Sulistyowati, Caesar Akbar, Hendartyo Hanggi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo