Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Malam menjadi terang-benderang di sekitar markas Adaletve Kalkinma Partisi, AK Parti alias Partai Keadilan dan Pembangunan, di Ankara. Siraman kembang api berwarna-warni. Ratusan orang berkerumun di luar, melambaikan bendera partai berwarna oranye dan biru. Ada nyanyian dan tarian di jalan-jalan. Mobil-mobil pun melintas dengan penumpang nangkring di atap dan di jendela.
Malam itu, Ahad 22 Juli lalu, Ketua AK Parti yang juga Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdoðan, memastikan partainya akan keluar sebagai pemenang pemilu parlemen dengan suara mayoritas. Hasil perhitungan sementara, AK Parti meraup 46,4 persen suara, lebih dari dua kali lipat dibanding perolehan pesaingnya yang terdekat, Partai Republik Rakyat.
”Demokrasi kita telah berhasil melalui percobaan. Persatuan kita, demokrasi dan republik, muncul lebih kuat dari bilik kotak suara,” ujar Erdoðan di depan pendukungnya.
Pemilu kali ini memang merupakan pertarungan habis-habisan antara kelompok nasionalis sekuler dan pendukung AK Parti, partai yang berakar Islam. Kelompok sekuler dan militer Turki berhasil menghambat pencalonan Wakil Ketua AK Parti yang juga menjabat Menteri Luar Negeri, Abdullah Gül, sebagai presiden lewat demonstrasi besar dan ancaman petinggi militer pada April lalu. Kelompok sekuler dan militer menentang pencalonan Gül, karena ia dicurigai membawa agenda Islam. Seorang presiden dari AK Parti dianggap akan menggerogoti landasan sekularisme Turki. Menurut Zafer Uskul, aktivis hak asasi, pemilu ini adalah pergumulan kekuasaan antara kelompok yang ingin perubahan dan yang tidak. ”Agama hanya menjadi alasan,” kata Uskul.
Akibat kemacetan pemilihan presiden itu, pemerintah mengajukan pemilu sela untuk memperkuat posisinya di parlemen. Dan rakyat Turki menyambutnya. Banyak yang memotong hari liburnya untuk kembali ke rumah agar bisa mencoblos, memilih anggota parlemen. Tingkat partisipasi pemilu kali ini mencapai 80 persen: 36 juta dari 42,5 juta yang berhak memilih. Di tempat-tempat pemungutan suara, antrean berkelok-kelok hingga mencapai badan jalan. Di Istanbul, jalan-jalan macet. Pemilih tak lagi peduli pada terik matahari yang memanggang udara hingga 40 derajat Celsius.
Kemenangan AK Parti merupakan perolehan suara terbesar di antara partai apa pun sejak 1969. Presiden George W. Bush adalah pemimpin pertama yang memberikan selamat pada Erdoðan lewat telepon ketika berada dalam pesawat kepresidenan Air Force One menuju Charleston, Carolina Selatan. Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, menyatakan bahwa pemilu itu berlangsung pada momen yang tepat bagi rakyat Turki sebagai bangsa maju dengan reformasi politik dan ekonomi.
Dengan kemenangan itu, AK Parti bakal memperoleh 340 kursi dari 550 kursi parlemen. Artinya, dengan dua pertiga jumlah kursi parlemen di tangan, AK Parti lebih percaya diri meloloskan kandidatnya sebagai calon presiden dalam pemilihan yang akan berlangsung pada Agustus atau September mendatang. Kemenangan ini pun dianggap sebagai reaksi rakyat Turki terhadap tekanan kelompok sekuler dan campur tangan militer terhadap pencalonan Abdullah Gül. ”Ini adalah jawaban dari rakyat,” ujar bekas ketua parlemen dari AK Parti, Bülent Arýnç.
Tapi analis politik menganggap kemenangan AK Parti karena isu rakyat Turki dalam kotak suara adalah ”tentang uang untuk roti”. ”Oposisi menunjukkan mereka tak tahu tentang kebenaran ini,” tulis Tarhan Erdem, kolumnis harian Radikal. Menurut Faruk Alpkaya, ilmuwan politik dari Universitas Ankara, rakyat khawatir akan masa depan, dan mereka memilih stabilitas. Keinginan rakyat jelas untuk masa depan yang makmur, kedamaian, dan kepastian untuk anak-anaknya.
Mereka percaya, pemerintah AK Parti memenuhi harapan itu. Hasil pemilu yang demokratis, kata Alpkaya, menyingkapkan bahwa rakyat menginginkan solusi terhadap aneka persoalan politik. ”Ketika oposisi memompa kecemasan, AK Parti menjadi simbol stabilitas,” ujar Naci Bostanci dari Universitas Gazi. Menurut Bostanci, stabilitas ekonomi menentukan sejak rakyat berpikir bahwa mereka akan menjadi orang kaya. Professor Yýlmaz Esmer dari Universitas Bahçeþir tak berpikir bahwa debat tentang pemilihan presiden atau peringatan militer berpengaruh terhadap pemilu.
Keberhasilan AK Parti bukanlah sesuatu yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. ”Partai ini menggunakan semua kesempatan untuk mempertahankan kekuasaannya,” ujar Sýrrý Sakýk, anggota parlemen dari oposisi. Pemerintah juga membayar biaya pendidikan bagi semua Mereka membagikan kartu hijau untuk memperoleh pengobatan kesehatan secara cuma-cuma. Partai juga membayar biaya pendidikan bagi siswa yang datang ke sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Esmer, pertumbuhan persentase kebahagiaan rakyat memberikan kontribusi pada keberhasilan partai pemerintah.
Selama AK Parti memerintah, inflasi turun, pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen setahun. Pemerintah juga memberikan akses pada pengobatan, menyediakan buku pelajaran gratis untuk anak sekolah, dan membangun rumah murah untuk penduduk miskin. ”AK Parti benar-benar menolong orang miskin di negeri ini. Mereka membagikan makanan dan batu bara. Mereka memberikan uang untuk anak perempuan kami agar bisa sekolah,” ujar Huseyin Yilmaz, 34 tahun, pengangguran yang hidup di gubuk di kawasan kumuh Ibu Kota Ankara. Kini pemerintah yang baru bakal memperoleh mandat kuat untuk mengembangkan dunia bisnis dan persahabatan dengan Uni Eropa.
Erdoðan tidak menjelaskan tahap rencananya, tapi salah satu tugas pertama parlemen adalah menggelar pemilihan presiden. Pemilihan presiden pada April lalu gagal karena keputusan Pengadilan Konstitusi yang membatalkan pemungutan suara. Keputusan itu muncul dari permintaan oposisi Partai Republik Rakyat (CHP) yang meminta pembatalan pemungutan suara. Alasannya, jumlah anggota parlemen yang datang kurang dari 367 orang (dua pertiga dari anggota parlemen). Selama keputusan pengadilan itu masih berlaku, parlemen baru akan memanggil rapat dengan kuorum 367 anggota sehingga dapat memilih presiden baru pengganti Ahmet Necdet Sezer, yang masanya berakhir pada Mei lalu. Kegagalan memilih presiden dapat memicu pemilu dini lagi.
Apakah Gül masih calon presiden dari AKP? Menurut Erdogan, langkah itu akan diambil setelah diadakan konsultasi internal AKP, dan berharap masalah itu akan diselesaikan dengan semangat solidaritas. Erdogan akan menemui pemimpin partai oposisi untuk memperoleh kompromi dalam pemilihan presiden. Tapi belum jelas kompromi apa yang diinginkan AKP. ”Satu-satunya bahaya saat ini adalah kegagalan mencapai kesepakatan atas jabatan kepresidenan,” ujar Erdal Saglam, kolumnis koran terkemuka Hurriyet.
Gül sebenarnya politikus moderat yang mengendalikan proses reformasi untuk keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tapi masalah kerudung sekonyong-konyong mengemuka ke ranah politik. Selama ini istana kepresidenan selalu steril dari perempuan berkerudung, dan Nyonya Gül yang mengenakan kerudung itu pun menjadi sandungan.
Koran Turkish Daily News pernah mewartakan sebuah bocoran dari lingkaran dalam AK Parti. Jika penolakan terhadap Abdullah Gül tetap berlanjut, mereka akan mengajukan nama yang lebih moderat seperti Ertuðrul Günay. Ia bekas politikus sosial demokrat yang kemudian menjadi anggota parlemen lewat AKP. ”Kami akan menangani masalah (pemilihan presiden) tanpa menimbulkan ketegangan,” ujar Erdogan.
Raihul Fadjri (Reuters, AP, Zaman, Turkish Daily News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo