Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah pukulan bagi zia

Pembajakan pesawat boeing 720 milik pia dengan menyandera 103 penumpang, dipimpin oleh alam gir. pembajakan berakhir setelah presiden zia memenuhi tuntutan mereka membebaskan 55 orang tapol. (ln)

21 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKAT uluran tangan presiden Suriah Hafez Assad, nasib 103 penumpang pesawat Boeing 720 milik Pakistan International Airlines (PIA) yang dibajak itu dapat diselamatkan. Pada detik terakhir drama pembajakan itu Assad ternyata bersedia memberikan suaka kepada tahanan politik yang diterbangkan dari Pakistan, sebagai yang dituntut para pembajak. Padahal menurut rencana semula 55 orang tapol itu akan diterbangkan ke Libya. Pembajakan itu tergolong yang paling lama di dunia. Selama 13 hari para sandera tersekap dalam pesawat itu. Sejak 2 Maret ketika penerbangan domestik dari Karachi yang menuju Peshawar tiba-tiba dipaksa mengubah haluan ke Kabul, Afghanistan. Selama di Kabul, para pembajak yang menyebut dirinya 'Gerakan Al Zulfikar' telah meminta dibebaskannya 92 orang tapol sebagai tebusan. Tapi Presiden Pakistan Zia ul-Haq tak bersedia. Meskipun para pembajak mengancam akan meledakkan pesawat dan membunuh seluruh sandera, pemerintah Pakistan semula hanya bersedia membebaskan 20 orang tapol. Dan tawaran ini tentu saja tak diterima para pembajak. Setelah 6 hari di Kabul, pesawat itu diterbangkan ke Suriah. Dan selama di Damaskus perundingan antara pembajak dan pemerintah Pakistan berlangsung dengan bantuan pemerintah Suriah. Puncak ketegangan terjadi sehari sebelum sandera dibebaskan. Berdasarkan pembicaraan telepon antara Presiden Assad dan Presiden Libya, Kolonel Muamar Khadafi, telah disepakati bahwa para tapol dari Pakistan akan diterbangkan ke Tripoli. Soalnya ialah Presiden Zia telah menyetujui tuntutan pembajak untuk membebaskan 55 orang tapol. Dan dengan pesawat Caravelle milik Suriah para tapol itu diterbangkan dari Karachi menuju Aleppo, bagian utara Suriah Kamis pekan lalu. Namun begitu pesawat yang membawa tapol itu terbang di udara Suriah, pemerintah Libya menolak memberikan izin mendarat. Pilot yang membawa tapol itu hampir kehilangan akal ketika menerima pemberitahuan yang tiba-tiba dari pemerintah Libya. Bahan bakar yang mereka bawa sudah tak mencukupi lagi untuk kembali ke Suriah. Dan satu-satunya negara yang bersedia menerima untuk mengisi bahan bakar adalah Yunani. Lebanon yang sebelumnya juga dihubungi tak bersedia memberi izin mendarat. Penolakan Libya ini betul-betul sangat mengejutkan pemerintah Pakistan. Karena sebelumnya melalui hubungan telepon Presiden Assad telah memberitahukan Presiden Zia bahwa Libya bersedia menerima para tapol 'demi kemanusiaan'. Perubahan sikap Libya hampir saja menggagalkan rencana pembebasan sandera. Akhirnya Presiden Assad bersedia memberikan suaka kepada para pembajak dan tapol, atas permintaan Zia. Memang pembajakan ini tak bisa dilepaskan dari kerusuhan politik yang terjadi akhir-akhir ini di Pakistan. Bahkan hari pertama pembajakan berlangsung bertepatan dengan terjadinya aksi mogok para pengacara di Pakistan. Pemimpin pembajakan itu yang bernama Alam Gir adalah Wakil Komandan 'Gerakan Al Zulfikar', suatu kelompok bersenJata yang merupakan sayap dari Partai Rakyat Pakistan (PPP). Kelompok ini memakai nama bekas PM Zulfikar Ali Bhutto, yang dihukum mati oleh rezim Zia ul-Haq, April 1979. Murtaza Tapi aksi pembajakan ini punya renttan yang panjang juga. Nusrat Bhutto, anda almarhum Bhutto, dan putrinya, Benazir, ditangkap pemerintah Pakistan bersama-sama 50 orang tokoh oposisi. Itu terjadi 6 hari setelah pembajakan. Tindakan ini berkaitan dengan tuduhan pemerintah Zia bahwa Bhutto, Murtaza, terlibat dalam aksi pembajakan. Menurut sumber di Islamabad, ketika berlangsungnya pembajakan Murtaza ada di Kabul. Bahkan 2 minggu sebelumnya Murtaza konon berada di Libya mengatur rcncana pembajakan itu. Di sana ia bertemu dengan Ilycih Ramirez Sancehs, seorang tokoh teroris kelahiran Venezuela yang lebih dikenal dengan nama Carlos. Namun Ny. Bhutto sebelum ditangkap membantah keterlibatan putranya. Ia juga mengatakan bahwa aksi pembajakan itu tidak ada hubungannya dengan PPP. Murtaza, 26 tahun, selama ini memang melakukan kegiatan politik menentang rezim Zia ul-Haq yang menggulingkan bapaknya dalam suatu perebutan kekuasaan tahun 1976. Yang jelas akibat aksi pembajakan ini Presiden Zia sudah berjanji akan menumpas habis seluruh kekuatan anti pemerintah. Dalam pidato televisi itu ia juga menuduh Afghanistan membantu para pembajak dengan senjata dan fasilitas lainnya. Dan sebagai pelipur lara bagi para sandera, Zia telah menjanjikan hadiah berupa perjalanan ke Mekah dengan biaya pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus