BERKAT uluran tangan presiden Suriah Hafez Assad, nasib 103
penumpang pesawat Boeing 720 milik Pakistan International
Airlines (PIA) yang dibajak itu dapat diselamatkan. Pada detik
terakhir drama pembajakan itu Assad ternyata bersedia memberikan
suaka kepada tahanan politik yang diterbangkan dari Pakistan,
sebagai yang dituntut para pembajak. Padahal menurut rencana
semula 55 orang tapol itu akan diterbangkan ke Libya.
Pembajakan itu tergolong yang paling lama di dunia. Selama 13
hari para sandera tersekap dalam pesawat itu. Sejak 2 Maret
ketika penerbangan domestik dari Karachi yang menuju Peshawar
tiba-tiba dipaksa mengubah haluan ke Kabul, Afghanistan. Selama
di Kabul, para pembajak yang menyebut dirinya 'Gerakan Al
Zulfikar' telah meminta dibebaskannya 92 orang tapol sebagai
tebusan. Tapi Presiden Pakistan Zia ul-Haq tak bersedia.
Meskipun para pembajak mengancam akan meledakkan pesawat dan
membunuh seluruh sandera, pemerintah Pakistan semula hanya
bersedia membebaskan 20 orang tapol. Dan tawaran ini tentu saja
tak diterima para pembajak. Setelah 6 hari di Kabul, pesawat itu
diterbangkan ke Suriah. Dan selama di Damaskus perundingan
antara pembajak dan pemerintah Pakistan berlangsung dengan
bantuan pemerintah Suriah.
Puncak ketegangan terjadi sehari sebelum sandera dibebaskan.
Berdasarkan pembicaraan telepon antara Presiden Assad dan
Presiden Libya, Kolonel Muamar Khadafi, telah disepakati bahwa
para tapol dari Pakistan akan diterbangkan ke Tripoli. Soalnya
ialah Presiden Zia telah menyetujui tuntutan pembajak untuk
membebaskan 55 orang tapol. Dan dengan pesawat Caravelle milik
Suriah para tapol itu diterbangkan dari Karachi menuju Aleppo,
bagian utara Suriah Kamis pekan lalu. Namun begitu pesawat yang
membawa tapol itu terbang di udara Suriah, pemerintah Libya
menolak memberikan izin mendarat.
Pilot yang membawa tapol itu hampir kehilangan akal ketika
menerima pemberitahuan yang tiba-tiba dari pemerintah Libya.
Bahan bakar yang mereka bawa sudah tak mencukupi lagi untuk
kembali ke Suriah. Dan satu-satunya negara yang bersedia
menerima untuk mengisi bahan bakar adalah Yunani. Lebanon yang
sebelumnya juga dihubungi tak bersedia memberi izin mendarat.
Penolakan Libya ini betul-betul sangat mengejutkan pemerintah
Pakistan. Karena sebelumnya melalui hubungan telepon Presiden
Assad telah memberitahukan Presiden Zia bahwa Libya bersedia
menerima para tapol 'demi kemanusiaan'. Perubahan sikap Libya
hampir saja menggagalkan rencana pembebasan sandera. Akhirnya
Presiden Assad bersedia memberikan suaka kepada para pembajak
dan tapol, atas permintaan Zia.
Memang pembajakan ini tak bisa dilepaskan dari kerusuhan politik
yang terjadi akhir-akhir ini di Pakistan. Bahkan hari pertama
pembajakan berlangsung bertepatan dengan terjadinya aksi mogok
para pengacara di Pakistan. Pemimpin pembajakan itu yang bernama
Alam Gir adalah Wakil Komandan 'Gerakan Al Zulfikar', suatu
kelompok bersenJata yang merupakan sayap dari Partai Rakyat
Pakistan (PPP). Kelompok ini memakai nama bekas PM Zulfikar Ali
Bhutto, yang dihukum mati oleh rezim Zia ul-Haq, April 1979.
Murtaza
Tapi aksi pembajakan ini punya renttan yang panjang juga.
Nusrat Bhutto, anda almarhum Bhutto, dan putrinya, Benazir,
ditangkap pemerintah Pakistan bersama-sama 50 orang tokoh
oposisi. Itu terjadi 6 hari setelah pembajakan. Tindakan ini
berkaitan dengan tuduhan pemerintah Zia bahwa Bhutto, Murtaza,
terlibat dalam aksi pembajakan.
Menurut sumber di Islamabad, ketika berlangsungnya pembajakan
Murtaza ada di Kabul. Bahkan 2 minggu sebelumnya Murtaza konon
berada di Libya mengatur rcncana pembajakan itu. Di sana ia
bertemu dengan Ilycih Ramirez Sancehs, seorang tokoh teroris
kelahiran Venezuela yang lebih dikenal dengan nama Carlos.
Namun Ny. Bhutto sebelum ditangkap membantah keterlibatan
putranya. Ia juga mengatakan bahwa aksi pembajakan itu tidak ada
hubungannya dengan PPP. Murtaza, 26 tahun, selama ini memang
melakukan kegiatan politik menentang rezim Zia ul-Haq yang
menggulingkan bapaknya dalam suatu perebutan kekuasaan tahun
1976.
Yang jelas akibat aksi pembajakan ini Presiden Zia sudah
berjanji akan menumpas habis seluruh kekuatan anti pemerintah.
Dalam pidato televisi itu ia juga menuduh Afghanistan membantu
para pembajak dengan senjata dan fasilitas lainnya. Dan sebagai
pelipur lara bagi para sandera, Zia telah menjanjikan hadiah
berupa perjalanan ke Mekah dengan biaya pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini