Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Selain Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Berikut 5 Kepala Negara yang Berurusan dengan Pemakzulan Termasuk Gus Dur

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dimakzulkan setelah darurat militer. Berikut beberapa kepala negara berurusan dengan pemakzulan, termasuk Gus Dur

16 Desember 2024 | 10.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol secara resmi dimakzulkan oleh Majelis Nasional pada Sabtu, 14 Desember 2024, setelah keputusannya untuk memberlakukan darurat militer yang hanya berlangsung enam jam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pemungutan suara rahasia yang diikuti oleh 300 anggota parlemen, sebanyak 204 suara mendukung pemakzulan dan 85 menolak. Ini merupakan pemungutan suara kedua dalam delapan hari terakhir, dengan syarat dua pertiga suara diperlukan untuk meloloskan pemakzulan. Hasil pemungutan suara disambut dengan keheningan tegang di ruang sidang, sementara di luar, ribuan demonstran merayakan keputusan tersebut dengan sorak-sorai dan tepuk tangan meriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pernyataan usai pemungutan suara, Yoon Suk Yeol berkomitmen untuk tetap memberikan kontribusi terbaik bagi negaranya. “Meskipun saya harus berhenti untuk sementara waktu, perjalanan saya bersama masyarakat selama dua setengah tahun terakhir tidak boleh terhenti,” ujar Yoon dalam pidato publik yang direkam dari kediamannya. Selain Presiden Korea Selatan, berikut adalah 5 presiden negara lain yang juga pernah dimakzulkan.

1. Donald Trump

Selama masa jabatannya, Presiden Amerika Serikat periode 2017-2021 ini mengalami dua kali proses pemakzulan, namun ia dibebaskan oleh Senat dalam kedua kasus tersebut. Pemakzulan pertama dimulai setelah percakapan telepon antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di mana Trump meminta Zelenskyy untuk mengumumkan dua penyelidikan: satu terkait dengan calon lawannya di pemilihan presiden 2020, dan satu lagi mengenai tuduhan tak berdasar tentang campur tangan Ukraina dalam pemilihan presiden 2016.

Pemakzulan kedua terjadi setahun kemudian, menjelang akhir masa jabatan Trump, setelah insiden 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS, ketika sejumlah pendukung Trump berusaha menghalangi sertifikasi hasil pemilihan presiden 2020.

2. Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa pada Juli 1998, dan setahun setelahnya, ia diusung oleh partai tersebut sebagai calon presiden. Pada 20 Oktober 1999, MPR memilih Gus Dur sebagai Presiden Indonesia keempat dengan memperoleh 373 suara, mengalahkan Megawati Sukarnoputri.

Selama masa pemerintahannya, Gus Dur dikenal dengan beberapa keputusan kontroversial yang akhirnya menyebabkan pemakzulan dirinya pada 23 Juli 2001 melalui Sidang Istimewa MPR RI. Pengunduran dirinya dipicu sorotan beberapa pihak terhadap dugaan penyalahgunaan dana yayasan dan bantuan asing, yang dianggap bertentangan dengan sumpah jabatan serta aturan negara yang mengharuskan pemerintahan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

3. Park Geun Hye

Pada Mei 2017, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan menguatkan pemakzulan Presiden Park Geun-hye dan memberhentikannya dari jabatan terkait skandal korupsi yang mengguncang negara tersebut selama berbulan-bulan. Kehidupan dan karier politik Park Geun-hye diwarnai oleh berbagai tragedi dan kontroversi.

Pada 1974, ibunya tewas dalam upaya pembunuhan terhadap ayahnya, Presiden Park Chung-hee, yang membuat Park mengambil alih peran sebagai penjabat ibu negara. Ia kemudian memimpin partai konservatif terbesar dan meraih kemenangan besar pada 2004, serta memenangkan pencalonan presiden pada 2012, menjadikannya presiden perempuan pertama di Korea Selatan pada 2013. Skandal korupsi yang melibatkan Park terungkap pada 2016, ketika ia mengakui memberikan akses draf pidato kepada temannya, yang kemudian memicu permintaan maaf dari dirinya.

4. Alberto Fujimori

Pada 21 November 2000, Kongres Peru memakzulkan Presiden Alberto Fujimori dengan tuduhan korupsi yang didasarkan pada "ketidakmampuan moral permanen," mengakhiri ketegangan politik yang berlangsung selama berminggu-minggu.

Selama sepuluh tahun masa jabatannya, Fujimori bersama kepala intelijen yang terkenal keras, Vladimiro Montesinos, menjalankan kampanye berdarah melawan kelompok pemberontak dengan melibatkan pasukan pembunuh dan pembantaian. Faktor yang memicu pemakzulannya adalah penayangan rekaman video pada 14 September 2000, yang menunjukkan Montesinos yang dijuluki "Rasputin-nya Fujimori" berusaha menyuap seorang anggota parlemen oposisi dengan uang sebesar $15.000.

5. Carlos Andres Perez

Presiden Venezuela ini pertama kali memimpin negara tersebut pada 1974 hingga 1979. Selama masa pemerintahannya, ia menasionalisasi industri minyak, yang membuat negara ini dijuluki "Saudi Venezuela". Ia juga menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba yang dipimpin oleh Castro, menentang rezim Somoza di Nikaragua, serta mendukung upaya Panama untuk merebut kembali kendali atas Terusan Panama dari AS.

Hugo Chávez, yang menjadi presiden setelah Pérez dan saat itu menjabat sebagai letnan kolonel angkatan darat, mencoba melakukan kudeta militer terhadapnya pada tahun 1992, namun gagal. Setahun setelahnya, Pérez dipecat dan dijatuhi hukuman rumah tahanan selama dua tahun karena mengalirkan dana publik ke rekening pribadinya di New York. Ia meninggal di pengasingan di sebuah rumah sakit di Miami pada Hari Natal, terus menyerang Chávez sebagai "diktator" hingga akhir hayatnya.

Dewi Rina Cahyani dan Sukma Kanthi Nurani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus