Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senandung kematian untuk tamil ...

Lebih kurang 20.000 tentara india dikerahkan merebut jaffna, sri lanka. tapi gerilyawan gerakan pembebasan macan tamil eelam (ltte) mencoba bertahan. keabsahan perjanjian 29 juli 1987 dipertanyakan.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAFFNA belum juga jatuh. Kota ini merupakan taruhan yang diperebutkan oleh tentara India dan barisan Macan Tamil. Asap mesiu menyesakkan napas, ranjau darat berledakan -- hingga menghambat gerak maju pasukan India. Penduduk sipil kocar-kacir. Para pengungsi yang berhasil lolos dari kota maut itu bercerita bahwa bahan makanan habis, air minum mengering. Kata mereka, orang Tamil berjuang dengan bekal Coca-Cola dan biskuit saja. Memasuki hari kesembilan, dihitun sejak tanggal 10 dua pekan lalu -- ketika pasukan India mulai mendongkel Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) jumlah korban diperkirakan lebih dari 700 orang. India kehilangan lebih dari 100 tentara: sekitar 80 tewas, 260 luka-luka, 17 orang lenyap tak ketahuan jejaknya. Korban di pihak Tamil mencapai 500 orang. Mereka yang diterjunkan demi menegakkan wibawa Perjanjian 29 Juli, boleh dibilang, tidak bisa bergerak banyak dalam operasinya. Para penembak iitu Macan Tamil -- yang bergelantungan di pepohonan, bersijingkat di balik rumah-rumah penduduk, dan bertiarap di lubang-lubang perlindungan -- membuat tentara India kalang kabut. Ditambah lagi karena pasukan resmi ini harus menjaga keselamatan penduduk sipil. Mereka tidak boleh mengebom, juga tidak mendapat perlindungan dari udara. Semua demi keselamatan penduduk sipil. Artileri praktis tak banyak manfaatnya, kecuali untuk pojok-pojok sasaran yang sudah jelas," tutur seorang pejabat India di Colombo. Dan belum ada tanda-tanda pertempuran akan segera reda. Hari Minggu pekan ini, 2.000 pasukan tempur India dikirimkan lagi ke Jaffna. Seiring dengan itu, 6.000 yang lain disebarkan ke segenap penjuru pulau, termasuk satuan polisi para militer yang diterbangkan dengan pesawat sipil Boeing 737 ke Trincomalee -- sampai mengacaukan jadwal penerbangan domestik. Maka, jumlah seluruh personel India untuk mengamankan perjanjian damai itu kini tidak kurang dari 20 ribu orang. Sementara itu, Jaffna, yang berada di Selat Palk, dipertahankan mati-matian oleh 2.500 gerilyawan Macan Tamil. Roket dan mortir berdesingan, menyambar-nyambar. Listrik telah lama padam, 130 ribu penduduk yang terperangkap di sana tinggal tunggu waktu sebelum mati kelaparan. Memang gawat. Angkutan umum dari Colombo ke Jaffna (plus kota di timur, Trincomalee dan Baticalloa) diputus. Wartawan pun tak boleh meliput mendekati front. Dari kejauhan, dalam kesibukannya di pertemuan puncak Negeri-Negeri Persemakmuran di Vancouver, Kanada, Perdana Menteri India Rajiv Gandhi memfatwakan bahwa pertempuran menumpas Macan Tamil tidak akan berhenti. Kecuali, "Kalau mereka menyerahkan senjata dan amunisi mereka,"katanya. Itu memang sesuai dengan isi Perjanjian 29 Juli, yang antara lain mengharuskan semua kekuatan di Sri Lanka meletakkan senjata. Seiring dengan pengembalian ribuan pengungsi ke tempat tinggal semula, pasukan Sri Lanka juga harus bisa menahan diri di barak-barak mereka. Tapi, sebenarnya, perjanjian 29 Juli untuk siapa -- masih dipersoalkan. Jumat pekan lalu, Mahkamah Agung Sri Lanka mempertanyakan keabsahan itu, terutama menyangkut pasal pembentukan Dewan Provinsi di Utara dan Timur, wilayah-wilayah yang dikehendaki kelompok Tamil untuk mereka atur sendiri. Adalah Rajiv Gandhi dan Jayewardene yang sama-sama menyetujui pembentukan dewan provinsi. Tapi ini ditentang, terutama, oleh Sirimavo Bandaranaike, pemimpin oposisi terkuat. Sebab, menurut mereka, perjanjian tersebut melecehkan konstitusi dan harga diri bangsa. Tamil memang beringas tapi terpecah-pecah. Ada Organisasi Kemerdekaan Rakyat Tamil Eelam (PLOTE), Front Kemerdekaan Rakyat Eelam Revolusioner (EPRLF), kemudian Front Kemerdekaan Nasional Eelam Demokratik (ENDLF), dan Pasukan Kemerdekaan Tamil Eelam (TELA), serta LTTE itu (lihat: Pecahan-Pecahan Permusuhan). Mereka sendiri bisa saling menjegal, atau baku tembak. Tiap kelompok hanya akan menyerahkan 15 sampai 30% saja dari senjata dan amunisi mereka. Tentu saja karena, seperti kata pimpinan ENDLF G. Ralan, mereka harus waspada menghadapi serangan lawan. Menghadapi medan yang lawannya sukar ditebak ini, pasukan penyangga perdamaian dari India tak ubahnya seperti merambah belantara. Pengakuan mereka, bahwa hanya Macan Tamil yang harus dilawan habis-habisan, belum tentu benar. Coba dengar kata panglima militer Macan Tamil Velupillai Pirabhakaran. "Kami menyerahkan senjata kami karena percaya bahwa pemerintah dan pasukan India akan melindungi rakyat Tamil. Tetapi kami kecewa," katanya. "Suasana bergolak karena kelompok-kelompok semacam ENDLF dan TELA turun ke arena dengan senjata-senjata canggih dan menyerang kami. Padahal, kami maunya ikut menjaga perdamaian." Entah mana yang benar. Dari Vancouver Rajiv Gandhi toh masih mengatakan, "Tak seharusnya Macan Tamil mengamuk lagi. Sebab, pada dasarnya, perjanjian yang kami buat sudah memberikan keuntungan bagi warga Tamil." Yang ia maksudkan adalah dewan provinsi, sebuah lembaga yang pada Desember depan diharapkan mulai merekrut anggota melalui pemilu tingkat lokal. Tapi kelompok-kelompok Tamil masih gatal tangan. Sebelum Jaffna benar-benar jatuh, agaknya pertempuran lebih dahsyat masih akan berkecamuk di semenanjung itu. Dan Rajiv sebagai tokoh di balik kancah, ternyata berada dalam posisi goyah. Pemerintahnya dirongrong oleh kelompok oposisi, ancaman kelaparan, dan bencana banjir yang mencelakai 9 juta orang di Assam dan Bihar. Itu semua bisa menghambat gerak maju pasukan perdamaian India, yang kini dari empat jurusan mencoba merebut Jaffna. M.C., dari kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus