Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serangan Hizbullah Dapat Membuat Israel Tidak Dapat Dihuni dalam 72 Jam

Shaul Goldstein, CEO NOGA Israel, mengakui bahwa serangan Hizbullah dapat membuat Israel "tidak dapat dihuni dalam 72 jam".

22 Juni 2024 | 14.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sayyed Hassan Nasrallah, pemimpin Hezbollah. timesofisrael.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Shaul Goldstein, CEO Independent System Operator Ltd. atau NOGA, BUMN kelistrikan Israel, mengakui bahwa negerinya tak siap menghadapi serangan Hizbullah. Dia memperingatkan bahwa serangan penuh Hizbullah dapat membuat Israel “tidak dapat dihuni dalam 72 jam”. “Kita tidak berada dalam situasi yang baik dan kita tidak siap menghadapi perang sesungguhnya. Kita hidup dalam sebuah fantasi,” kata Goldstein, seperti dikutip Tehran Times pada Sabtu, 22 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NOGA adalah badan usaha milik negara Israel yang menangani sektor kelistrikan sejak 2018. “Kami tidak bisa menjanjikan listrik jika terjadi perang di wilayah utara. Setelah 72 jam tanpa listrik, mustahil tinggal di sini. Kita tidak siap menghadapi perang sesungguhnya,” kata Goldstein.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Goldstein mengakui bahwa Hizbullah mampu memutus jaringan listrik Israel dengan mudah. “Jika Nasrallah (Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah) memutuskan untuk melumpuhkan jaringan listrik Israel, dia hanya perlu mengangkat telepon dan menghubungi kepala jaringan listrik Beirut, yang (secara teknis) identik dengan jaringan listrik Israel,” kata Goldstein.

Kelistrikan Israel terancam belakangan ini. Presiden Kolombia Gustavo Petro telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan menghentikan pasokan batu bara ke negeri itu. Pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara menyumbang 20 persen kebutuhan listrik Israel dan batu bara Kolombia memenuhi separuh kebutuhan Israel. “Dengan batu bara mereka membuat senjata genosida,” tulis Petro di X pada 21 Juni 2024.

Peringatan Goldstein itu muncul setelah Hizbullah mempublikasikan rekaman drone pengintainya yang terbang di atas Israel utara, termasuk pelabuhan Haifa. Video berdurasi sekitar 10 menit tersebut menunjukkan bagaimana dia mampu merekam dan mengekspos bangunan militer Israel yang sensitif tanpa terdeteksi oleh sistem perlindungan anti-udara Negeri Yahudi. Keberhasilan misi drone Hizbullah tersebut mempermalukan Israel dan menyoroti kerentanan rezim tersebut ketika mereka berperang habis-habisan dengan Hizbullah.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, mengatakan dalam pidatonya pada Rabu, 19 Juni 2024, bahwa drone berjuluk “Hudhud” itu memiliki rekaman dan informasi berjam-jam mengenai sasaran militer sensitif di Israel. Dia juga mengatakan bahwa drone itu telah menemukan pangkalan dan markas militer yang terletak jauh di dalam wilayah Israel, yang beberapa di antaranya bahkan telah disamarkan.

Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah tidak menginginkan “perang total” dengan Israel namun memperingatkan bahwa Israel harus bersiap menghadapi serangan dari darat, udara. dan laut. Dia menyebut bahwa “situasi di Mediterania akan berubah sepenuhnya” jika Israel memutuskan untuk terlibat dalam konflik besar-besaran dengan Libanon.

Nasrallah juga memperingatkan bahwa “tidak ada tempat” di Israel yang akan terhindar dari senjata kelompok perlawanan Hizbullah jika terjadi perang langsung. Hizbullah, kata dia, akan berperang “tanpa aturan” dan “tanpa batasan”.

Setelah insiden drone Hizbullah itu, para pejabat Israel mengancam Libanon dengan perang besar-besaran jika Hizbullah tidak menghentikan serangannya. “Kami sangat dekat dengan momen pengambilan keputusan untuk mengubah peraturan terhadap Hizbullah dan Lebanon. Dalam perang habis-habisan, Hizbullah akan hancur dan Libanon akan terkena dampak paling parah,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.

Hizbullah adalah kelompok bersenjata pro-Palestina yang berbasis di Libanon, utara Israel. Kelompok ini beranggotakan kaum Syiah yang berkiblat ke para ulama syiah Iran. Iran menyokong mereka dengan berbagai senjata dan pelatihan militer. Di Libanon Hizbullah seakan seperti “negara dalam negara” yang menguasai kawasan selatan Libanon.

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus