Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Surat dari Paris

Iran akhirnya setuju bekerja sama secara penuh dengan Badan Energi Atom Nasional.

26 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepucuk surat melayang dari Paris menuju Teheran. Jatuh di meja Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi pada awal Agustus silam, surat itu mewakili suara tiga negara: Prancis, Jerman, dan Inggris. Isinya, mendesak Iran agar menerima protokol traktat non-proliferasi (non-pengembangan/NPT) yang membolehkan adanya inspeksi mendadak serta pembatalan program pengembangan uranium (uranium enrichment). "Biasanya, proposal semacam ini ditolak," ujar Hassan Rowhani, Ketua Dewan Keamanan Nasional Agung Iran. Tapi kali ini hasilnya tokcer. Setelah serangkaian negosiasi ketat yang mengucurkan peluh, Presiden Iran Mohammad Khatami setuju menerima isi surat tersebut. Alhasil, terhitung sejak Selasa pekan lalu, pemerintah Iran bersedia bekerja sama penuh dengan IAEA (Badan Energi Atom Internasional), termasuk setuju menerima inspeksi mendadak dari IAEA sewaktu-waktu. Iran juga bersedia menghentikan untuk sementara waktu aktivitas pemrosesan uranium enrichment, dan meneken protokol non-proliferasi nuklir sebelum pertemuan para pemimpin IAEA pada 20 November nanti. Mengapa Iran tiba-tiba lunak hati? Surat dari Paris itulah yang membuka jalan. Di situ, ketiga negara Uni Eropa tersebut menawarkan imbalan-imbalan manis. Umpama, mengakui hak Iran memakai energi nuklir untuk tujuan damai serta menawarkan kemungkinan kerja sama teknologi. Selama ini Teheran ngotot menolak inspeksi mendadak dari IAEA, walau IAEA, Uni Eropa, apalagi Amerika Serikat, telah menekan keras. Bahkan IAEA sudah mengultimatum: kalau Iran tidak membuka informasinya soal nuklir hingga 31 Oktober, Dewan Keamanan PBB akan membuat keputusan secara sepihak. Iran khawatir, inspeksi semacam itu akan melanggar kedaulatan nasional Iran dan selanjutnya melahirkan konfrontasi. Untung saja, Menteri Luar Negeri Prancis, Jerman, dan Inggris memberi ide pendekatan "wortel dan tongkat" (carrot and stick) sebagai ganti pendekatan ancaman dan desakan—seperti yang dilakukan AS terhadap Irak selama ini. Maka, Iran pun digandeng dan dibujuk. Kalau menolak? Ada risiko yang harus dibayar: rusaknya hubungan baik dengan Uni Eropa. Eh, senjata ini mempan. Dalam perundingan Selasa lalu, Iran menyatakan ingin menjalin perjanjian kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa. Proses perembukan di Istana Saadabad, Teheran, memang alot. Di pihak Iran ada Presiden Mohammad Khatami, Menteri Luar Negeri Kharrazi, serta Hassan Rowhani. Setelah tiga setengah jam berunding, para anggota delegasi keluar dari ruangan. Walau ber-"peluh", mereka menebar senyum. "Negosiasinya amat sulit," ujar Menteri Luar Negeri Jerman, Joschka Fischer. Tapi kompromi tercapai. "Iran melakukan ini bukan karena takut dengan tindakan militer," ujar seorang diplomat Uni Eropa, "melainkan karena mereka ingin mempertahankan hubungan," ia menambahkan. Strategi "wortel dan tongkat" ala Uni Eropa agaknya boleh juga ditiru oleh Amerika, yang telah "sukses" mengucurkan hujan bom di Irak.

Purwani Diyah Prabandari (AFP, BBC, Iribnews)


Pasang-Surut Nuklir Iran

Desember 2002
Amerika menuduh Iran mengembangkan program senjata nuklir.

Februari-Mei 2003
IAEA mengadakan serangkain inspeksi di Iran.

16 Juni 2003
Kepala IAEA, Mohammed El-Baradei, menyatakan Iran g agal melaporkan materi dan aktivitas program nuklirnya.

19 Juni 2003
Juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer, menolak mengesampingkan "opsi militer" terhadap Iran.

Juli 2003
IAEA memulai inspeksi lagi.

September 2003
Walau menuduh Iran tak menaati perjanjian non-proliferasi, Amerika mendukung proposal dari Inggris, Jerman, dan Prancis untuk memberi waktu kepada Iran hingga akhir Oktober.

13 Oktober 2003
Rusia menunda rencana untuk memulai reaktor nuklir di Iran.

19 Oktober 2003
Pejabat Teheran dan utusan IAEA menegosiasikan perjanjian izin inspeksi yang lebih keras.

21 Oktober 2003
Menteri Luar Negeri Iran menjanjikan transparansi total terhadap program nuklir Iran serta penandatanganan protokol NPT.

Sumber : IISS/New Scientist

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus