MEMASUKI minggu keempat 1984 angka pertempuran melonjak di Libanon. Mula-mula, milisi antipemerintah menyiram posisi tentara Libanon di sekitar Beirut dengan mortir, artileri, dan senapan mesin. Kemudian, peluru juga menghujani permukiman Kristen di Beirut Timur. Di Beirut Barat, penembak bersenjata AK-47 membuat onar di jalan raya. Granat dan roket antitank menggasak markas serdadu Prancis, dan membunuh seorang pasukan para - korban ke-83 selama pasukan perdamaian Prancis bertugas di Libanon. Serangan yang sama dilancarkan juga ke markas marinir Amerika Serikat di bandar udara Beirut. Di pinggiran selatan kota yang berantakan itu, tentara Libanon berhadapan dengan milisi antipemerintah, Ahad silam. Pertempuran berkobar sampai ke permukiman miskin yang dihuni umat Syiah. Sehari sebelumnya, pasukan Druze menembaki istana kepresidenan, saat Amin Gemayel memimpin sebuah pertemuan dengan kelompok akademisi. Menurut sumber Partai Sosialis Progresif Druze, serangan ke istana ini merupakan jawaban terhadap penembakan ke permukiman pemimpin Druze, Walid Jumblatt, di Moukhtara, Pegunungan Shouf. Jumblatt sendiri, setelah serangan,.mengumumkan pernyataan yang garang. "Pertempuran di Libanon tidak akan selesai sebelum pemerintahan Amin Gemayel mengundurkan diri," katanya. Sejak dua pekan lalu, pasukan Druze memang meningkatkan kegiatannya. Mereka bahkan mengingatkan penduduk Beirut untuk "menyelamatkan diri", dengan menjauhi kantor-kantor pemerintah, stasiun radio dan televisi, serta markas tentara Libanon dan pasukan milisi kanan. Menurut Radio Beirut, dalam sepekan sudah jatuh korban lebih dari seratus, 26 di antaranya meninggal. Di pihak lain, kelompok yang menamakan diri Islam Jihad tampaknya tak mau ketinggalan. Mereka mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan.terhadap rektor Universitas Amerika di Beirut, Malcolm Kerr, pekan silam. Kerr ditembak di lantai tiga universitas itu dengan senjata berperedam suara. Kelompok ini pula yang menaku menculik Hussein Abdullah Farrash, konsul Arab Saudi di Beirut, sehari sebelumnya. Menurut pengumuman Jihad, Farras akan "diadili menurut hukum Islam." Setelah itu, "kami segera akan menyingkirkan jenazahnya." Islan Jihad mendadak terkenal belakangan ini karena serangan "kamikaze" mereka dengan kendaraan bermuatan bom. Untuk menangkal serangan maut ini, Pentagon menempatkan rudal Stinger di kapal-kapal angkatan laut AS yang berlabuh dl peralran Libanon dan Teluk. Menurut sumber AS, ada gerakan yang mencurigakan di Iran, disertai perpindahan beberapa pesawat terbang melalui Syria, menuju Libanon. Beberapa pesawat terbang ringan dan pemburu buatan AS milik Iran diketahui bergerak jauh ke selatan, menuju garis pantai. Karena itu, pesawat-pesawat tempur dan pengintai AS sejak pekan lalu meningkatkan kegiatannya. Sementara itu, usaha perdamaian tampak makin kabur. Utusan khusus AS, Donald Rumsfeld, yang berkunjung ke Damaskus, tak berhasil membujuk presiden Syria Hafez Assad mendukung rencana keamanan Presiden Amin Gemayel. Rencana itu, antara lain, memisahkan kelompok yang bersengketa dan menegakkan kewibawaan tentara Libanon sebagai langkah pertama "rekonsiliasi nasional". Menurut para pengamat Barat, "bahkan Konperensi Jenewa sudah tidak mampu memecahkan masalah Libanon yang telanjur semrawut."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini