Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan bersejarah antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un di Singapura, menyisakan kisah menarik soal satu-satunya wanita di meja perundingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wanita yang kehadirannya untuk menemani Trump itu adalah Lee Yun-hyang, 61 tahun. Ia menjabat sebagai kepala divisi layanan penerjemahan di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.
Baca: 4 Perempuan dalam Rombongan Kim Jong Un, Siapa Saja Mereka?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lee menjadi satu-satunya wanita di ruangan selama proses perundingan di Capella Hotel, Pulau Sentosa. Singapura. Perannya cukup besar dalam kesuksesan pertemuan puncak Kim dan Trump.
Lee adalah tokoh penting dalam pertemuan diplomatik Amerika Serikat, jasanya pernah digunakan pemerintahan George W. Bush dan Barack Obama di masa lalu.
Lee yang lahir di Korea Selatan mulai bekerja Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sebagai penerjemah senior diplomatik pada 2008 dan kemudian menjadi kepala cabang umum Interpreting Division.
Dia terkenal karena kerap menyuarakan prinsip-prinsip feminisnya di masa lalu, memilih untuk membesarkan putrinya di Amerika setelah mengalami diskriminasi terhadap perempuan di Korea.
"Saya tidak dapat membesarkan anak perempuan saya di negara yang sangat membeda-bedakan perempuan," kata Lee saat itu.
Baca: Pertemuan Empat Mata Trump dan Kim Jong Un Bahas Ini
Sebelum ke Negeri Uncle Sam, Lee menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Yonsei di Seoul, setelah menghabiskan tiga tahun di sekolah internasional di Iran selama periode sekolah menengahnya.
Dia juga sempat bekerja sebagai reporter untuk koran Korea Selatan berbahasa Inggris, Yonsei Annals.
Lee kemudian memperoleh gelar master dari Hankuk University of Foreign Studies 'Graduate School of Translation and Interpretation. Dia kemudian mengajar di Sekolah Pascasarjana Penerjemahan dan Interpretasi di Institut Studi Internasional Monterey selama delapan tahun.
Pada 2004, Lee melanjutkan mengajar dan memimpin pusat penerjemahan dan interpretasi di Ewha Graduate School of Translation and Interpretation di Seoul. Selama periode ini, Lee memperoleh gelar doktor dalam interpretasi di Sekolah Penerjemahan dan Interpretasi, Universitas Jenewa, Swiss.
Baca: Momen Bersejarah Pertemuan Kim Jong Un dengan Donald Trump
Belum lama ini Lee menyatakan keinginannya untuk menulis buku tentang interpretasi dan memoir dari banyak perjalanan dan pengalamannya dalam berbagai budaya.
Dalam pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong Un di Singapura, Lee Yun-hyang bersama dengan penerjemah Korea Utara, Kim Ju-song dari Kementerian Luar Negeri menjadi 2 tokoh kunci. Pasangan ini menarik banyak perhatian karena satu-satunya orang yang mengetahui isi penuh dari pertemuan pribadi antara kedua pemimpin.