Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika dunia mengecam penembakan oleh Israel terhadap kerumunan warga Palestina yang sedang menunggu bantuan makanan pada Kamis, Israel membela diri dengan versinya. Menurut militer Israel, Minggu, 3 Maret 2024, peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Tepung itu terjadi karena massa yang berkumpul di dekat konvoi bantuan di Gaza mati terinjak-injak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembelaan Israel ini tampaknya harus dibuktikan karena menurut pejabat kesehatan setempat korban yang dibawa ke rumah sakit terkena amunisi kaliber besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Militer Israel mengatakan sebagian besar warga Palestina yang tewas pekan lalu ketika kerumunan orang yang berkumpul di dekat konvoi bantuan di Gaza tewas karena terinjak-injak, namun pejabat kesehatan setempat mengatakan korban yang dibawa ke rumah sakit terkena amunisi kaliber besar.
Tekanan meningkat terhadap Israel atas kematian puluhan warga Palestina dalam insiden yang membingungkan di Jalur Gaza di mana massa mengepung konvoi truk bantuan dan tentara melepaskan tembakan, dan beberapa negara mendukung seruan PBB untuk melakukan penyelidikan independen.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 100 orang tewas dalam insiden dini hari itu, sebagian besar dari mereka ditembak oleh pasukan Israel. Para pejabat Israel telah menolak angka-angka yang diberikan oleh Palestina, namun belum memberikan perkiraan mereka sendiri.
Versi Israel
Juru bicara utama militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengumumkan hasil tinjauan awal yang mengulangi pernyataan Israel sebelumnya bahwa sebagian besar korban tewas terinjak-injak ketika massa menyerbu truk bantuan.
Selain itu, "beberapa orang" terkena serangan ketika tentara menembaki orang-orang yang mendekati mereka setelah kejadian tersebut dengan cara yang menunjukkan ancaman langsung, katanya, seraya menambahkan bahwa penyelidikan independen telah dibuka namun tidak memberikan rincian.
“Setelah tembakan peringatan dilepaskan untuk membubarkan penyerbuan dan setelah pasukan kami mulai mundur, beberapa penjarah mendekati pasukan kami dan memberikan ancaman langsung kepada mereka. Menurut tinjauan awal, tentara membalas terhadap beberapa orang,” katanya.
Versi Palestina
Muatasem Salah, anggota Komite Darurat Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan ada lebih dari 1.000 korban, tewas dan terluka, akibat insiden tersebut dan dia menolak temuan tinjauan Israel.
“Setiap upaya untuk mengklaim bahwa orang-orang menjadi martir karena terlalu banyak orang atau terinjak-injak adalah tidak benar. Yang terluka dan menjadi martir adalah akibat ditembak dengan peluru kaliber berat,” katanya kepada Reuters.
Seruan Penyelidikan
Banyak sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat, menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut, yang menggarisbawahi krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza dan kondisi yang semakin kacau di mana sejumlah kecil bantuan yang mencapai daerah kantong tersebut didistribusikan.
Ketika dampak diplomatik menyebar, pihak militer mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan lebih menyeluruh atas insiden tersebut untuk ditangani oleh "badan independen, profesional dan ahli" yang akan membagikan temuannya dalam beberapa hari mendatang.
Organisasi bantuan internasional telah memperingatkan bahwa ratusan ribu orang di Gaza menghadapi ancaman kelaparan, sekitar lima bulan setelah pasukan Israel melancarkan invasi menyusul serangan pimpinan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Serangan tersebut, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan warga asing, merupakan insiden satu hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel dan Israel membalasnya dengan serangan tanpa henti yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 30.000 warga Palestina, menurut data Palestina.
REUTERS