Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Soal Yerusalem, Turki Ancam Israel Putuskan Hubungan Diplomatik

Turki mengancam Israel akan memutuskan hubungan diplomatik jika Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Turki dukung Palestina.

5 Desember 2017 | 19.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan pidato selama reli pendukung sehari setelah referendum, di luar Istana Kepresidenan, di Ankara, Turki, 17 April 2017. AP/Burhan Ozbilici

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel jika Amerika Serikat benar-benar mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Yerusalem adalah garis merah bagi umat muslim," kata Erdogan, Selasa, 5 Desember 2017, seperti dikutip Al Jazeera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegembiraan masyarakat Palestina saat merayakan pelepasan semua alat pengaman di pintu masuk masjid oleh Israel di Yerusalem, 27 Juli 2017. Israel telah menyingkirkan semua detektor metal yang dipasang di semua pintu masuk ke kawasan masjid Al-Aqsa. REUTERS/Muammar Awad

Sejumlah laporan Jumat pekan lalu menyebutkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mempertimbangkan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan Amerika akan memindahkan kantor kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Rencana Amerika Serikat ini mendapatkan protes dari para pemimpin dunia yang khawatir ketegangan di Timur Tengah kian meluas. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Trump melalui telepon, status Yerusalem harus diputuskan melalui jalan damai antara Israel dan Palestina.

Sementara itu, Liga Arab menanggapi rencana Trump tersebut dengan menggelar pertemuan darurat, Selasa, 5 Desember 2017, guna membicarakan perkembangan status Yerusalem.Presiden AS Donald Trump berdoa di Tembok Ratapan, Yerusalem, Israel, 22 Mei 2017. Trump berkunjung ke tempat yang penting dan dianggap suci oleh penganut Yahudi ini bersama istrinya, putri sulungnya dan suaminya serta sejumlah rombongan. REUTERS/Jonathan Ernst

"Pertemuan itu digelar sesuai dengan permintaan Palestina," tulis Al Jazeera, Selasa.

Penasihat politik Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, Palestina akan menghentikan kontak dengan Amerika Serikat jika mereka mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Status Yerusalem sangat sensitif bagi Israel dan Palestina. Israel mengklaim kota tersebut sebagai ibu kotanya menyusul pencaplokan Yerusalem Timur dalam perang enam hari pada 1967 melawan Suriah, Mesir dan Yordania. Menurut Israel, Yerusalem menjadi kota tak terpisahkan dari negara. Sementara itu, Palestina menganggap Yerusalem Timur adalah ibu kota masa depan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus