Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tentara Israel Tembak Aktivis HAM AS di Tepi Barat, Gedung Putih Minta Penyelidikan

Tentara Israel menembak mati seorang aktivis HAM AS dalam aksi protes menentang perluasan pemukiman di Tepi Barat.

7 September 2024 | 17.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang wanita menangis saat berkumpul di sebuah rumah sakit setelah seorang warga negara AS, yang ikut serta dalam protes terhadap perluasan permukiman, meninggal karena luka-lukanya setelah ditembak di kepala oleh pasukan Israel, di Nablus, Tepi Barat yang diduduki Israel, 6 September 2024. REUTERS/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel menembak hingga tewas seorang wanita Turki-Amerika yang ikut serta dalam aksi protes menentang perluasan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat, demikian ungkap para pejabat Palestina dan Turki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gedung Putih mengatakan bahwa mereka sangat terganggu dengan kematian Aysenur Ezgi Eygi dan meminta Israel untuk melakukan penyelidikan. Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Eygi ditembak di bagian kepala, dan menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas kematiannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pejabat Palestina menggambarkannya sebagai seorang aktivis berusia 26 tahun dari Seattle yang memiliki kewarganegaraan AS dan Turki.

Fouad Nafaa, kepala Rumah Sakit Rafidia di Nablus, mengatakan kepada Reuters bahwa Eygi tiba di sana dalam kondisi kritis dengan cedera kepala yang serius.

"Kami mencoba melakukan operasi resusitasi terhadapnya, tapi sayangnya dia meninggal," katanya.

Kantor berita resmi Otoritas Palestina, WAFA, mengatakan bahwa insiden tersebut terjadi saat aksi protes yang dilakukan oleh para aktivis di Beita, sebuah desa di dekat Nablus yang telah berulang kali diserang oleh pemukim Yahudi.

Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) yang dipimpin oleh Palestina mengatakan, pada Jumat, bahwa Israel "dengan sengaja" menargetkan seorang aktivis Turki-Amerika, menuntut pertanggungjawaban atas kekerasan yang meningkat oleh tentara Israel terhadap aktivis HAM internasional dan warga sipil Palestina di Tepi Barat yang diduduki, Anadolu Agency melaporkan.

Menurut pernyataan ISM, Eygi sedang berpartisipasi dalam aksi damai di Beita menentang pemukiman ilegal Israel ketika tentara Israel melepaskan tembakan.

Gerakan tersebut mengatakan bahwa Eygi sedang berdiri bersama para pengamat hak asasi manusia lainnya ketika ia ditembak secara fatal di bagian kepala oleh penembak jitu, menjadikannya pengunjuk rasa ke-18 yang terbunuh di Beita sejak tahun 2020.

Warga Beita mengadakan protes setelah salat Jumat berjamaah untuk menentang pemukiman ilegal Israel di Avitar, yang terletak di atas Gunung Sbeih. Warga menuntut agar pemukiman tersebut dihapuskan karena melanggar hak atas tanah mereka.

Siapa Eygi?

Eygi lahir di kota Antalya, Turki pada tahun 1998. Ia baru saja lulus dari University of Washington di Seattle, presiden sekolah, Ana Mari Cauce, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang menggambarkan berita kematiannya sebagai "mengerikan" dan mengatakan bahwa Eygi memiliki "pengaruh positif" terhadap siswa lain.

Dia belajar psikologi dan bahasa serta budaya Timur Tengah di universitas tersebut, kata keluarganya dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam yang dibagikan oleh organisasi pro-Palestina, Institute of Middle East Understanding.

Keluarga Eygi menggambarkannya sebagai "aktivis hak asasi manusia yang sangat bersemangat" yang baru-baru ini berpartisipasi dalam protes di kampus-kampus untuk menentang dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza. Pernyataan tersebut meminta Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris untuk melakukan penyelidikan independen atas pembunuhannya.

"Saya memohon kepadanya untuk tidak pergi (ke Tepi Barat), tetapi dia memiliki keyakinan yang mendalam bahwa dia ingin berpartisipasi dalam tradisi menjadi saksi atas penindasan terhadap orang-orang dan ketahanan mereka yang bermartabat," kata Aria Fani, asisten profesor bahasa dan budaya Timur Tengah di Universitas Washington, kepada The Guardian.

Rektor universitas mengatakan, "Aysenur adalah seorang mentor sebaya di bidang psikologi yang membantu menyambut mahasiswa baru di departemen ini dan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan mereka."

Dalih Militer Israel

Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah menembak ke arah seorang pria "penghasut utama" yang menimbulkan ancaman dengan melemparkan batu ke arah tentara.

Pihak militer sedang menyelidiki laporan bahwa seorang perempuan warga negara asing "tewas akibat tembakan di daerah tersebut. Detail dari insiden tersebut dan situasi di mana dia tertembak sedang ditinjau."

Tidak ada komentar langsung mengenai insiden tersebut dari kantor Netanyahu.

“Sangat Terganggu”

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Sean Savett, mengatakan bahwa Washington "sangat terganggu dengan kematian tragis seorang warga negara Amerika" di Tepi Barat pada Jumat.

"Kami telah menghubungi Pemerintah Israel untuk meminta informasi lebih lanjut dan meminta penyelidikan atas insiden tersebut," kata Savett dalam sebuah pernyataan.

Senator AS Chris Van Hollen mengatakan bahwa Eygi adalah warga AS ketiga yang terbunuh di Tepi Barat sejak 7 Oktober, ketika serangan militan Hamas ke Israel memicu perang di Gaza dan kebangkitan kekerasan di Tepi Barat.

"Pemerintahan Biden tidak melakukan cukup banyak hal untuk mengejar keadilan dan akuntabilitas atas nama mereka," kata Van Hollen, seorang anggota Partai Demokrat seperti Biden dan Harris, yang duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat. "Jika Pemerintah Netanyahu tidak mau mengupayakan keadilan bagi warga Amerika, maka Departemen Kehakiman AS yang harus melakukannya."

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengutuk kematian Eygi, dan mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa Turki "akan terus bekerja di setiap platform untuk menghentikan kebijakan pendudukan dan genosida Israel". Israel menyangkal bahwa tindakannya di wilayah Palestina yang diduduki merupakan genosida.

 

Serangan Pemukim Israel

Dalam insiden terpisah pada hari Jumat di dekat Beita, di desa Qaryut, tentara Israel juga menembak mati seorang gadis berusia 13 tahun, kata pejabat kesehatan Palestina, setelah para pemukim menyerang desa tersebut.

WAFA mengutip ayah gadis itu yang mengatakan bahwa anak perempuannya sedang berada di rumah mereka saat dihantam tembakan. Militer Israel mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan setelah pasukannya melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan apa yang digambarkan sebagai konfrontasi kekerasan antara puluhan pemukim dan warga Palestina di daerah tersebut.

Meningkatnya serangan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat telah memicu kemarahan di kalangan sekutu Barat Israel, termasuk Amerika Serikat, yang telah menjatuhkan sanksi terhadap beberapa warga Israel yang terlibat dalam gerakan pemukim.

Beberapa minggu yang lalu sekitar 100 pemukim menyerang desa Jit di Tepi Barat bagian utara, yang mengundang kecaman dari seluruh dunia dan janji pemerintah Israel untuk mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun yang terbukti melakukan kekerasan.

Sejak perang Timur Tengah tahun 1967, Israel telah menduduki Tepi Barat Sungai Yordan, yang diinginkan oleh warga Palestina sebagai inti dari sebuah negara merdeka. Israel telah membangun pemukiman di sana yang dianggap ilegal oleh sebagian besar negara, yang dibantah oleh Israel dengan alasan adanya hubungan historis dan alkitabiah dengan tanah tersebut.

REUTERS | ANADOLU | WAFA

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus