Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Terancam Virus Stuxnet

Bekas perwira tinggi militer diselidiki atas tuduhanmembocorkan informasi serangan virus ke instalasi nuklir Iran. Korban kebijakan Obama.

14 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tengah banjir pemberitaan tentang Edward Joseph Snowden-pembocor rahasia penyadapan Dewan Keamanan Nasional (NSA)-ada kasus besar yang luput dari perhatian. Akhir bulan lalu, situs NBC News mengejutkanpublik dengan merilis laporan bahwa Departemen Kehakiman sedang menyelidikiJenderal James Cartwright.

Wakil Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat periode 2007-2011 ini diseli­diki atastuduhan membocorkan informasi rahasia tentang serangan besar-besaran menggunakanvirus komputer Stuxnet ke fasilitas nuklir Iran di Natanz pada 2010. Virus itu merupakan bagian dari program senjata dunia maya Olympic Games, yang dimulai pada masa pemerintahan George W. Bush dan diteruskan BarackObama.

Obama sudah lama mendeklarasikan perang terhadap para pembocor informasirahasia negara. Cartwright adalah orang kesembilan yang menjadi korban perangitu. Sebelumnya, ada delapan orang yang dijerat Undang-Undang Spionase. Salahsatunya Snowden.

"Kebocoran itu memiliki efek yang menghancurkan," ujar bekas anggotaKongres asal California, Jane Harman, seperti dikutip NBC News. Sebab, katadia, informasi rahasia tentang virus itu seharusnya tak bocor ke publik.Pemimpin Kongres pun mendesak Gedung Putih menyelidiki kasus itu.­Berita ini mengejutkan karena targetnya adalah Cartwright, bekas perwira tinggi militer yang pensiun pada Agustus 2011 dan merupakan salah satujenderal favorit Obama.

Kebocoran Stuxnet mulai diusut setelah pada 1 Juni 2012 wartawan New YorkTimes, David Sanger, menulis bahwa ada perintah dari Obama untuk menggencarkan serangan dunia maya terhadap Iran. Menurut dia, serangan Stuxnet itu mampumenonaktifkan sementara seribu sentrifugal-mesin perak yang berputar dengan kecepatan suara untuk memurnikan uranium-yang akibatnya mengganggu proses pengayaan uranium.

Jaksa Agung Eric Holder bergerak cepat menindaklanjuti berita itu. Hinggaakhir tahun lalu, Departemen Kehakiman lebih banyak menyelidiki kemungkinankebocoran dari Gedung Putih dengan melihat catatan telepon pejabatnya yangmungkin menjalin kontak dengan Sanger. Hasilnya, jaksa mencurigai Cartwrightsebagai pembocor.

Sanger juga menulis panjang-lebar perihal Stuxnet dalam bukunya, Confront andConceal: Obama's Secret Wars and Surprising Use of American Power (2012). Ide­awal Stuxnet bermula pada 2006, ketika Bush gusar dengan keputusan Presiden­Iran Mahmud Ahmadinejad meneruskan program nuklir.

Kala itu, Bush meminta masukan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice danPenasihat Keamanan Nasional Stephen ­Hadley mengenai kebijakan alternatif dalam menghadapi Iran. Selama ini Abang Sam memiliki dua kebijakan tentang nuklir Iran,yakni membiarkan Israel mengebom Natanz atau Amerika mengangkat senjata untukmenghentikannya. "Saya butuh opsi ketiga," kata Bush.

Jawaban atas pertanyaan itu datang dari Komando Strategis Amerika, yang bermarkasdi Nebraska. Cartwright menjadi komandannya pada 2004-2007. Meski tugas utamaKomando Strategis adalah mengawasi senjata nuklir militer, Cartwright sudah membuatunit kecil dunia maya yang kemudian berkembang menjadi US Cyber Command.Lembaga ini bermitra dengan unit serupa di NSA untuk mengembangkan senjatadunia maya.

Bush menyetujui program ini. Dia menganggap ini opsi paling mungkin untukmencegah Israel mengebom Natanz. Serangan udara, selain dapat memicu gejolakdi Timur Tengah, efektivitasnya diragukan karena Natanz dibangun delapanmeter di bawah tanah dan dilindungi dinding beton setebal 2,5 meter.

Cara kerja senjata dunia maya itu sederhana. Amerika dan Israel harusmembuat "cacing" komputer, yang tugasnya memetakan cara kerja pengendalireaktor nuklir Natanz. Karena komputer Natanz tak terhubung ke Internet, virus itu harus dimasukkan ke sistemnya melalui drive sebesaribu jari atau ke terminal komputer pengendali oleh teknisi Iran.

Virus itu pertama kali dirancang NSA, lalu perbaikannya dilakukan olehunit 8200-lembaga mirip NSA milik Israel. Butuh beberapa bulan bagi virusitu untuk menjalankan tugasnya, sebelum akhirnya melapor ke tuannya.Setelah virus itu bisa keluar dari Natanz, barulah virus komputer yangkompleks dirancang.

Pengujian terhadap Stuxnet dilakukan di Idaho National Laboratory. Di tempat tersebut pemerintah Amerika juga mendirikan markas untuk membantu perusahaanAmerika membela diri melawan serangan di dunia maya. Begitu selesaipengujian, Stuxnet dikirim ke Natanz.

Berminggu-minggu sebelum serangan­ terjadi, virus itu mencatat sinyal elektro­nik yang menunjukkan sentrifu­gal­ beroperasi normal. Setelah itu,barulah virus tersebut mengambil kendali operasi sentrifugal, membuatnya berputardengan sangat cepat atau mengerem, sehingga operasinya kacau. Pertamaterdengar suara gemuruh, lalu diikuti ledakan.

Iran menghentikan operasi Natanz beberapa saat untuk mencegah kerusakan lebihbesar sambil mencari penyebabnya. Kerusakan pertama di sentrifugal terjadi pada 2008. Menurut Sanger, Stuxnet hanya memperlambat pengayaan uranium Iran,tapi tidak menghentikannya.

Banyak orang tak percaya Cartwright membocorkan rahasia negara karena dia dikenal taat aturan. "Saya tak membayangkan Hoss akan melakukan sesuatuseperti ini," kata FranTownsend, kontributor isu keamanan nasional, di CNN. Hoss adalah sapaan akrab Cartwright.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika untuk Kontrol Senjata dan KeamananInternasional, Ellen Tauscher, juga meragukannya. "Dia selalu bertindak membela negara, dan dia melakukannya dengan sangat teliti," ucapnya.

"Tuduhan bahwa dia mengkhianati negara yang dia cintai ini rasanya tidak masuk akal," ujar pengacara Cartwright, Greg Craig.

Fred Kaplan, jurnalis dan penulis untuk Slate.com, mengatakan Cartwright bukanseperti jenderal pada umumnya. Dia cerdas dan intelek, tapi dia tipe orangyang suka bekerja sendiri. Dia tidak punya loyalis. "Dia tidak punya bakatmembangun aliansi dengan sesama perwira."

Kaplan mengatakan Cartwright sering mengerjakan idenya sendiri, membuatmakalah sendiri, dan memberi penjelasan kepada atasan sipilnya di luar rantaikomando militer. Terkadang dia memberi pengarahan sendiri kepada Obama, bahkan tak memberi tahu bosnya,Kepala Staf Gabungan Laksamana Mike Mullen, apa yang dia sampaikan kepadaObama.

Pertentangan Cartwright dengan ko­le­ganya mencuat pada musim gugur­ 2009. Da­lampertemuan Dewan Keaman­an­ Nasional mengenai penanganan pe­rang di Afganistan,Obama meminta­ pemimpin militer memberi pilihan soal pe­nambahan jumlahpasukan. Wakil­ Presiden Joe Biden menyarankan cukup me­nambah 10 ribu tentara,sedangkan­ Komandan Pasukan Amerika di Afganis­tan, Jenderal Stanley McChrystal me­minta lebih dari 40 ribu.

Karena Mullen tak memberi alternatif, Cartwright menulis makalah dan membuatperkiraan apa yang bisa dilakukan dengan lebih dari 20 ribu. Mullen menyembunyikan makalah itu, tapi Cartwright memberikannya kepadasalah satu ajudan Biden. Hal ini membuat Mullen dan petinggi militer lainnyamarah. "Cartwright merasa militer harus menanggapi permintaan Presiden. Karena tidakada orang lain yang melakukannya, dia melakukannya sendiri," ujar Kaplan.

Akibat sikapnya itu, kata Kaplan, setiap kali Cartwright mendapat masalah,tak ada seorang pun yang membelanya. Misalnya saat dia dituduh berselingkuh denganbawahannya tak lama setelah kasus makalah itu.

Ketika Mullen siap mundur pada 2011, Cartwright disebut-sebut bakal meng­gan­tikannya. Namun beberapa penasihat Presiden, termasuk MenteriPertahanan Robert Gates, memperingatkan Obama bahwa Cartwright tak didukungpetinggi militer dan tak becus membuat kebijakan militer. Obama akhirnyamemilih Jenderal Martin Dempsey sebagai pengganti Mullen.

Menurut Kaplan, jika Departemen Kehakiman mendakwanya melanggar sumpah,sepertinya tak ada perwira militer yang akan membelanya. Sebaliknya, katadia, beberapa orang malah dapat mengarahkan jaksa kepadanya.

Abdul Manan (NBC News, New York Times, Slate, New York Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus