Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Paris – Serangan senjata tajam terjadi di markas besar polisi di Paris, Prancis, dan menewaskan lima orang termasuk pelaku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaku merupakan seorang asisten teknologi informasi berusia 45 tahun. Seorang polisi mengatakan pelaku memiliki masalah dengan atasannya sehingga dia menilai ini bukan kasus terkait terorisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama empat tahun ini, Paris mengalami guncangan akibat beberapa kasus tindak kekerasan yang merenggut nyawa manusia.
Berikut ini beberapa kasus yang sempat ramai diberitakan Britannica:
- Charlie Hebdo
Pada 7 Januari 2015, dua orang bersaudara Cherif dan Said Kouachi menyerang kantor majalah satiris Charlie Hebdo. Serangan pada pukul 11.30 siang ini menewaskan 17 orang termasuk 11 jurnalis dan petugas keamanan setempat.
Pelaku sempat melarikan diri dari lokasi setelah membunuh sejumlah kartunis dan seorang petugas polisi yang berjaga di lokasi. Kedua pelaku sempat bersembunyi di sebuah lokasi di pinggir Kota Paris dan dikepung polisi. Dalam tembak-menembak, kedua pelaku, yang mengaku sebagai suruhan kelompok Al Qaeda di Semenanjung Arab, tewas pada sekitar pukul lima sore.
- Pasca Charlie Hebdo
Pelaku penyerangan bersenjata bernama Amedy Coulibaly menembak mati polisi perempuan Clarissa Jean-Philippe, dan melukai seorang lelaki di daerah pinggiran Paris pada 8 Januari 2019.
Awalnya, Colibaly diduga bertindak sendiri. Namun, polisi mengungkap belakangan bahwa dia berkomunikasi dengan pelaku serangan di Charlie Hebdo. Coulibaly juga menyatakan sumpa setia kepada ISIS bukan kepada al-Qaeda.
Coulibaly sempat masuk ke sebuah supermarket milik warga Yahudi dan menyandera orang di dalamnya. Dia melakukan ini untuk memaksa polisi membebaskan Kouachi bersaudara. Polisi berhasil membebaskan 15 orang sandera. 4 orang sandera tewas ditembak Coulibaly.
- Serangan November 2015
Serangan ini menewaskan 130 orang dan melukai 494 orang. Serangan menggunakan senapan serbu dan bahan peledak dan menarget enam lokasi di berbagai sudut Kota Paris. Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Serangan dimulai di stadion Stade de France pada 9.20 malam, yang terletak di sisi utara dari Paris. Saat itu, Presiden Francois Hollande sedang berada di stadion menonton pertandingan sepak bola Jerman.
Serangan juga terjadi di restoran La Petit Cambodge dan bar Le Carillon, yang menewaskan 15 orang.
Pelaku juga menyerang ruang konser Bataclan, Prancis, yang sedang menggelar konser musik. Saat itu, kelompok musik asal AS, Eagles of Death Metal sedang tampil. Tiga penyerang menewaskan 90 orang penonton konser.