HELIKOPTER masih berputar-putar di atas Istana Nasional
Guatemala ketika Jenderal Mejia Victores melancarkan perebutan
kekuasaan Senin pekan silam. Tembak-menembak terjadi, 3 orang
dikabarkan tewas. Tapi kudeta itu, berhasil gemilang.
Jenderal purnawirawan Efrain Rios Montt, yang berkuasa sejak
Maret 1982, bagaimanapun tidak rela melepaskan kursi
kepresidenannya begitu saja. Malang baginya, Gereja Sabda, tidak
sanggup memberi dukungan mantap. Akhirnya digulingkan oleh
Victores yang semula menjabat Menteri Pertahanan dalam
kabinetnya.
Adalah Victores juga yang semula ditugasi Montt mencegah kup
yang diduga akan dilancarkan sekelompok perwira pembangkang.
Terasa aneh dan tiba-tiba, karena kudeta itu justru dilancarkan
sendiri olehnya sebulan kemudian. Ada apa? "Sebuah kelompok
rohaniwan fanatik telah menyalahgunakan Montt," ucap Victores
dalam maklumatnya pertama.
Alasan Victores tidak akan dibantah oleh siapa pun juga di
Guatemala. Hampir semua lapisan sudah tidak sabar dengan gaya
kepemimpinan Montt yang terlalu bergantung kepada nasihat
pendeta di Gereja Sabda.
Surat kabar resmi Uni Soviet Izvestia, menuduh Washington berada
di belakang kup tersebut. Tidak heran, sehari sebelum kudeta
Victores tampak berunding dengan Pangab Honduras dan Menteri
Pertahanan El Salvador di Tegucicalpa, ibu kota Honduras.
Setelah itu ia bertamu ke kapal induk AS Ranger.
Agaknya kontak-kontak tingkat tinggi itu, tidaklah terjadi
kebetulan menjelang kudeta. Dalam keadaan ekonomi morat-marit
dan aksi-aksi gerilyawan kiri yang terus merongrong, memang
negeri ini tidak bisa dibiarkan terus menggantungkan nasibnya
pada khotbah Rios Montt. Sikap dan keputusannya menunda
pemilihan umum, telah menimbulkan amarah orang, terutama
golongan militer dan pengusaha. Bisa dimengerti jika Victores
langsung mencabut ketentuan keadaan darurat yang diberlakukan
Montt sejak Juni dan membahas tindakan-tindakan jangka pendek
untuk mengatasi depresi ekonomi.
Guatemala berpenduduk 7 juta jiwa. Tahun 1978 diobrak-abrik oleh
pembantaian dahsyat di bawah rezim Romeo Garcia. Tak tahan
melihat penderitaan itu, Rios Montt menggulingkan Garcia dan
berjanji "tidak akan ada lagi pembunuhan yang tidak
semena-mena." Tapi kemudian ia lebih sibuk berkhotbah dan
lebih-lebih sering minta nasihat pada para pemuka Gereja Sabda.
Nasib apa yang bakal dihadapi rakyat Guatemala lagi belum bisa
diramalkan. Victores berjanji dalam waktu singkat akan
mengembalikan kekuasaan ke tangan sipil. Namun janji seorang
jenderal di Amerika Latin patut diragukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini