Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penerbang daftar hitam

Penerbang au rrc, sun tien chien, membelot ke korea selatan untuk kemudian minta suaka di taiwan. (ln)

20 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIBA-tiba sekali sirene melengking tinggi. Ada serangan udara musuh, begitu bunyi peringatan radio dan tv Ahad siang, pekan lalu. Segenap jajaran Angkatan Bersenjata Korea Selatan diperintahkan siap siaga. Panik pun terjadi di kalangan penduduk. Untung cuma sebentar -- kira-kira 17 menit. Ceritanya ternyata biasa saja. Kapten penerbang AU RRC Sun Tien-chin, 46 tahun yang semula disangka kolonel itu, melarikan pesawat tempurnya, MiG-21, ke Korea Selatan untuk kemudian minta suaka di negara ketiga -- diduga Taiwan. "Menara kontrol memanggil-manggil, tapi tidak saya hiraukan," ujar Sun, penerban ujicoba terkemuka di RRC. Kepada perwira Korea Selatan yang memeriksanya, Sun mengaku tidak puas dengan sistem komuni di RRC. Ayahnya, seorang aktivis Partai Komunis Cina (PKC) jatuh sebagai korban Revolusi Kebudayaan. Dia sendiri sudah masuk daftar hitam dan tidak dibolehkan terbang. Baru di bawah rezim Deng Xiaoping, hak terbang itu dipulihkan. Namun, begitu terbuka kesempatan lari, ia pun tidak menunda-nunda lagi. Para pejabat di Taipeh tampak amat berminat terhadap Sun dan MiG-21 itu. Duta Besar Taiwan di Seoul sekarang sibuk mengurus hal-ihwal Sun. Disebutkan hadiah 7.000 tail emas (5.600 ons) seharga US$ 3,85 juta yang akan diperoleh Sun bila ia berhasil membawa pesawat itu ke Taiwan. Pendahulunya Kapten Wu dianugerahi 5.000 tail emas (4.000 ons) seharga US$ 2,5 juta, dengan catatan: tanpa pesawat. Wu sekarang mayor bertugas di AU Taiwan. Pembelot tak cuma dari RRC. Juga dari Taiwan. Tahun 1981 Kolonel Huang Zhieheng, penerbang pesawat tempur F5F Taiwan, minggat ke RRC. Ia diterima dengan tangan terbuka di sana. Dengan pelbagai fasilitas yang membuat hidupnya lebih nyaman ketimbang perwira RRC lainnya, Huang juga dipercaya sebagai Wakil Komandan Akademi Penerbangan di Provinsi Shanxi. "Saya tidak mengalami cuci otak," katanya. "Saya berniat masuk PKC tapi dianggap belum memenuhi syarat," tambah Huang yang sehari-hari mengendarai sedan Mercedes Benz warna putih, satu dari sekian banyak hadiah yang diterimakan rezim Beijing. Cina kelihatan tak akan membiarkan Sun dan pesawat yang dilarikan jatuh ke tangan Taiwan. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri RRC mengatakan Seoul seharusnya mengembalikan pesawat itu berikut penerbangnya. Tentang ini Korea Selatan dikabarkan tidak keberatan, asalkan Beijing resmi mengajukan permintaan. Tapi permintaan tersebut, sampai Sabtu pekan lalu, belum terdengar diajukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus