Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Jusuf Kalla menyampaikan belasungkawa atas kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran pada Rabu, 31 Juli 2024. Dalam sebuah pesan video, ia memuji Haniyeh sebagai sosok dengan kepemimpinan yang kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JK juga menceritakan pertemuannya dengan Haniyeh bulan ini, di mana katanya Haniyeh berharap dapat berkunjung ke Indonesia.
“Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan belasungkawa, inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, atas tewasnya almarhum Ismail Haniyeh,” kata JK dalam sebuah pesan video. “Haniyeh seorang pejuang Palestina di Gaza. Ia mempunyai kepemimpinan yang kuat di kalangan Palestina dan di Teheran tentunya.”
Wakil presiden RI ke-10 dan ke-12 itu sempat bertemu Haniyeh secara langsung di Doha, Qatar pada 12 Juli lalu. JK menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Haniyeh menyampaikan keinginannya untuk mencapai perdamaian dan penyelesaian konflik yang adil di Palestina.
“Saya selalu menyampaikan agar mereka (Hamas dan Fatah) bersatu dulu. Dan dalam kesempatan itu dia menyampaikan bahwa dia ingin menyelesaikan itu dengan Fatah dengan baik dulu di Beijing,” ujarnya.
JK merujuk pada perundingan faksi-faksi Palestina, termasuk dua faksi rival Hamas dan Fatah, yang digelar di Beijing, Cina selama tiga hari mulai 21 Juli lalu. Sebagai tuan rumah pertemuan itu, Cina mengumumkan bahwa Hamas dan Fatah telah sepakat untuk membentuk pemerintahan persatuan Palestina.
Keduanya telah lama bermusuhan akibat ideologi yang berbeda dan sikap yang berbeda pula terhadap Israel. Hamas yang menganut ideologi Islamis memilih perlawanan bersenjata, sementara Fatah yang sekuler meyakini jalur negosiasi alih-alih menggunakan serangan.
Pertikaian semakin parah ketika Hamas menang telak dalam pemilu parlemen pada 2006 dan mengalahkan Fatah, yang tidak menerima hasil tersebut. Hamas kemudian mengusir Fatah dari Gaza, dan telah menjadi pemerintah de facto di wilayah kantong itu sejak 2007.
JK sendiri telah bertemu Hamas lebih dari sekali, salah satunya ketika ia dan delegasinya bersua dengan rombongan Hamas yang dipimpin Pejabat Biro Politik dan Wakil Kepala Urusan Internasional Bassem Naim di Malaysia pada 5 Mei lalu. Dalam pertemuan itu, ia berpesan hal yang sama, yaitu agar Hamas dan Fatah bersatu.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Haniyeh, ia diterima dengan baik dan mereka berdiskusi selama hampir dua jam. Menurut JK, petinggi Hamas itu menyampaikan harapan berkunjung ke Indonesia.
“Dia mengharapkan juga nanti bisa berkunjung ke Indonesia bersama dengan Fatah setelah perundingan Beijing. Namun Allah memanggilnya ke rahmatullah hari ini di Teheran, dan tentu apabila meninggal maka kita mengharapkan juga cita-cita beliau untuk kedamaian di Palestina tercapai,” tuturnya.
Hamas dan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) telah resmi mengumumkan kematian Haniyeh. Hamas menyalahkan Israel atas kematian tersebut, meski Israel sendiri belum mengklaim bertanggung jawab.
“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden (Iran) yang baru,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
Haniyeh, yang selama sisa hidupnya tinggal di Qatar, telah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas di tengah serangan Israel di Jalur Gaza yang masih berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Kematian Haniyeh sebagai salah satu negosiator Hamas dikhawatirkan akan menghambat peluang kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di Gaza.
JK pun berpendapat kematiannya akan “memperburuk keadaan” perihal upaya perdamaian. “Tapi mudah-mudahan ini juga dapat diselesaikan sebaik-baiknya,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Profil Ismail Haniyeh Pemimpin Hamas yang Tewas Dibunuh Di Iran