Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggaraan Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan, kembali diterpa masalah. Setelah bergulat dengan gelombang panas, selama berhari-hari, badai mengancam perkemahan besar peserta jambore.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan dari peserta Jambore Pramuka Dunia yang berjumlah sekitar 40.000 pramuka dari 155 negara telah dilumpuhkan oleh suhu 33 Celcius. Beberapa anggota pramuka telah dipulangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah dan penyelenggara telah berjanji bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Truk air, ruang ber-AC, dan petugas medis disiagakan.
Tetapi bahaya baru membayangi Topan Kanun yang akan mencapai Korea Selatan selatan pada Kamis pagi. Diperkirakan badai akan diiringi angin kencang dan hujan deras, menurut peramal cuaca.
"Untuk memastikan keamanan Jambore Dunia, kami sedang mendiskusikan tindakan pencegahan terperinci untuk situasi topan dengan lembaga terkait termasuk kementerian dalam negeri," kata Menteri Kesetaraan Gender Kim Hyun-sook dalam pengarahan. Menteri mengatakan langkah-langkah akan diumumkan kemudian.
Organisasi Gerakan Pramuka Dunia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sedang memantau cuaca. Organisasi pramuka akan meminta bantuan jika hujan lebat kemungkinan melanda perkemahan di daerah tanah reklamasi di daerah Buan di barat daya Korea Selatan.
Kontingen Australia menjadi pasukan terbaru yang meninggalkan perkemahan, dengan alasan risiko topan, menurut penyiar Australia ABC. Kontingen AS dan Inggris telah pergi karena panas. Anggota pramuka dari Amerika akan tinggal di pangkalan militer AS dan Inggris di hotel di ibu kota, Seoul. Pramuka dari Singapura juga telah pindah ke akomodasi di tempat lain.
Konser K-pop yang akan diadakan di perkemahan pada hari Minggu ditunda hingga Jumat dan akan diadakan di stadion olahraga, sekitar 53 km jauhnya.
Penyelenggara jambore mendapat kritik dari orang tua dan masyarakat karena gagal mengantisipasi panas. Kim Kwan-young, gubernur provinsi Jeolla Utara yang menjadi tuan rumah acara tersebut, meminta maaf pada hari Minggu karena tidak siap.
Berbagai otoritas dan bisnis turun tangan untuk membantu. Mereka menyumbangkan air dan es krim, sementara Ordo Jogye dari Buddhisme Korea telah membuka kuilnya untuk para pramuka.
REUTERS
Pilihan Editor: Ukraina Puji Sistem Pertahanan Udara AS dan Jerman, Jinakkan Ratusan Rudal dan Drone Rusia