Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri atau Wamenlu Arrmanatha Christiawan Nasir mengungkap pemerintah Indonesia menargetkan perluasan perjanjian perdagangan bilateral dengan menggandeng negara-negara di kawasan Timur Tengah, Afrika, hingga Eropa Timur. Dia menuturkan langkah ini ditujukan untuk membuka peluang baru di pasar non-tradisional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Salah satu pasar yang selalu kami cari adalah pasar di Timur Tengah, Afrika, dan juga di Eropa Timur. Itu adalah pasar non-tradisional yang selalu kami cari dan kami buka, karena potensinya memang ada,” kata Wamenlu Arrmanatha saat menghadiri perayaan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vietnam di Hotel Raffles Jakarta pada Senin, 24 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arrmanatha mengatakan bahwa perdagangan bilateral Indonesia saat ini masih didominasi dengan kerja sama bersama Cina. Selain itu, perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa juga dimiliki oleh Indonesia.
Menurut Wamenlu Arrmanatha, Indonesia perlu mencari pasar lain di tengah ketidakpastian global. Dia juga mendorong penguatan posisi Indonesia di pasar-pasar tradisional, seperti Eropa, AS, Cina, Asia Tenggara.
"Kami harus membuka dan mencari pasar non-tradisional lainnya," ujarnya.
Selanjutnya, dalam perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Vietnam itu Arrmanatha mengungkap bahwa pemerintah Indonesia dan Vietnam menargetkan total nilai perdagangan bilateral mencapai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 293 triliun pada tahun 2028. “Tapi kalau melihat trennya, saya yakin target itu bisa tercapai sebelum 2028,” tuturnya.
Menurut Arrmanatha, target itu merupakan hasil dari hubungan baik antara Indonesia dan Vietnam. Sebelumnya, perdagangan bilateral antara Indonesia-Vietnam mencapai US$ 16 miliar atau sekitar Rp 260,4 triliun pada 2024.