Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warga Palestina di Gaza Kritik Hamas karena Gagal Akhiri Perang dengan Israel

Warga Gaza mengatakan perang Israel Hamas telah menghancurkan hidup mereka.

14 Juni 2024 | 13.23 WIB

Pengungsi Palestina membawa jerigen berisi air di kamp pengungsi Jabalia, di Jalur Gaza utara, 8 Juni 2024. Warga Gaza berjuang melawan polusi dan kelangkaan air, di tengah konflik antara Israel dan Hamas. REUTERS/Mahmoud Issa
Perbesar
Pengungsi Palestina membawa jerigen berisi air di kamp pengungsi Jabalia, di Jalur Gaza utara, 8 Juni 2024. Warga Gaza berjuang melawan polusi dan kelangkaan air, di tengah konflik antara Israel dan Hamas. REUTERS/Mahmoud Issa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa warga Gaza mengkritik kelompok militan Hamas, karena gagal mengakhiri perang dengan Israel. Perang sejak Oktober tahun lalu itu telah menghancurkan hidup mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Hamas telah memimpin rakyat Palestina ke dalam perang pemusnahan,” kata Umm Ala, 67 tahun. Ia telah dua kali mengungsi selama lebih dari delapan bulan perang Hamas Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Jika para pemimpin Hamas tertarik untuk mengakhiri perang ini dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, mereka pasti menyetujui (kesepakatan),” ujar Umm Ala, yang kini mengungsi di Khan Younis, kota utama di wilayah selatan Jalur Gaza.

Perang terjadi setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2024. Perang telah menyebabkan korban tewas 1.194 orang di Israel, dan 37.232 orang di Palestina. 

Upaya gencatan senjata antara Israel Hamas telah gagal. Mediator Amerika Serikat, Mesir dan Qatar sekali lagi terlibat dalam negosiasi dengan Israel dan Hamas dalam upaya menyelesaikan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Namun sebagian warga Gaza, yang hidup dalam ketakutan, menyalahkan Hamas atas kehancuran besar yang disebabkan oleh perang. 

Abu Eyad, 55, yang tinggal di Gaza utara mengkritik para pemimpin Hamas. Ia mengatakan, mereka bisa tidur nyaman, dan makan minum dengan enak. 

“Pernahkah kamu mencoba menjalani hidup seperti kami hari ini?” kata Eyad bertanya. “Tahukah kamu bahwa sering kali kami tidak menemukan makanan sama sekali?”

Israel dan Hamas sekali lagi saling menyalahkan atas buntunya gencatan senjata. 

Warga Gaza lainnya mengatakan lelah dengan perang. “Kami lelah, kami mati, kami hancur dan tragedi yang tak terhitung jumlahnya,” kata Abu Shaker, 35 tahun.

"Apa yang kamu tunggu?" dia bertanya kepada Hamas. "Apa yang kamu inginkan? Perang harus diakhiri bagaimanapun caranya. Kami tidak dapat menanggungnya lebih lama lagi.”

Terlepas dari kritik tersebut, survei di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel menunjukkan Hamas menjadi kekuatan politik paling populer di wilayah tersebut dengan preferensi 40 persen, diikuti oleh Fatah yang mendominasi Otoritas Palestina di Ramallah dengan 20 persen.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina yang dirilis pada hari Rabu juga mengatakan bahwa dukungan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober tetap tinggi.

Pada awal Mei, Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menerima perjanjian gencatan senjata, sehingga membuat warga Gaza bersorak merayakan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus