Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Husen, 29 tahun, seorang warga negara Indonesia (WNI) ditemukan tewas di dalam kamarnya di sebuah asrama di Pyeongtaek, Korea Selatan. Seperti dilansir media Korsel, Kyeongin pada Jumat, temuan otopsi di tubuh korban adalah keracunan karbon monoksida.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tanggal 16 Februari sekitar pukul 19.00, Husen, seorang pekerja asal Indonesia, ditemukan dalam kondisi serangan jantung di asrama sebuah pabrik manufaktur suku cadang mobil di Cheongbuk-eup, Provinsi Pyeongtaek, Korea Selatan. Namun, korban akhirnya meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Institut Nasional Ilmu Forensik Korea Selatan memberikan pendapat lisan dalam otopsi bahwa penyebab kematiannya diduga sebagai "keracunan karbon monoksida." Ruangan tempat Husen berbagi dengan rekannya untuk tidur, memiliki jendela yang terbuka ke beranda yang digunakan sebagai ruang boiler.
Sepupu Husen, A, menelepon korban dua hari sebelum ulang tahunnya. “Sepupu saya tidak menjawab telepon. Alih-alih tanggapan, penerima telepon mengatakan bahwa sepupu saya akan dibawa dari rumah sakit ke rumah duka,” kata sang sepupu.
Pada pukul 11:30 malam pada tanggal 16, sepupu Husen, A, memanggil taksi dari Asan, Provinsi Chungcheongnam dan buru-buru menuju ke rumah duka di Pyeongtaek.
Saudara kembar Hussen, yang juga bekerja di Korea Selatan, dan teman-teman dari kampung halamannya berkumpul di rumah duka dengan ketidakpercayaan yang sama seperti A. Kemudian, setelah tengah malam, ketika mereka melihat wajah Hussen tergeletak di kamar mayat.
"Semua orang di ruangan itu menangis keras."
Empat hari setelah kecelakaan itu, sepupu Husen, A, saudara kembar B, dan teman C, yang bertemu media Korsel di dekat Stasiun Unseo di Jung-gu, Incheon, berkata, "Teman saya yang introvert dan baik hati telah pergi."
Korban meninggalkan orang tua dan kakak perempuan dan adik laki-lakinya di Semarang, dia datang ke Korea pada 2018 untuk mendapatkan uang dan bekerja selama sekitar lima tahun. Dia kembali ke Korea pada September tahun lalu.
“Husen adalah anak yang tidak menceritakan kesulitannya karena ia takut orang lain akan khawatir. Dia suka membelikan adik-adiknya sepatu, topi, dan pakaian bagus. Adik bungsunya, yang masih 6 tahun, belum tahu kalau Husen sudah meninggal,” ujar sang sepupu.