Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang membuat begin prihatin

Dulu ia teroris. dan selalu sedih setiap ada kematian tentara israel akibat serangan palestina. kini bekas pm menachem begin, 78, meninggal dunia. pernah meraih nobel bersama anwar sadat.

21 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEANDAINYA Menachem Begin duduk di kursi Yitzhak Shamir sekarang ini, akankah Konperensi Damai Timur Tengah bisa memberikan hasil positif? Setidaknya dalam diri mantan perdana menteri Israel yang meninggal Ahad, 8 Februari, pekan lalu, dalam usia 78 tahun, di celah kekerasan keyakinannya bahwa seluruh Israel adalah diperuntukkan bagi bangsa Yahudi, masih tersisa ruang buat memikirkan orang lain, meski orang itu adalah bangsa Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebelas tahun yang lalu, kepada koresponden TEMPO, Begin mengatakan bahwa perdamaian itu mungkin-mungkin saja karena, "Kita semua hidup di sini, di bumi ini." Ada kesan bahwa Menachem Begin, yang memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian bersama Presiden Mesir Anwar Sadat, lebih berpikir secara menyeluruh dibandingkan perdana menteri Israel sekarang, Yitzhak Shamir. Kata Menteri Luar Negeri Mesir, Amr Moussa, pekan lalu tentang Begin, "Pemahamannya atas soal penukaran tanah untuk perdamaian sudah berjasa besar atas tercapainya proses damai di Timur Tengah." Mungkin pernyatan Moussa berbau politik, untuk memojokkan Yitzhak Shamir. Tapi setidaknya ada pengakuan dari bukan orang Yahudi bahwa Begin memahami -- belum menyetujui memang -- "soal penukaran tanah". Begin, misalnya, melihat berbagai kemungkinan bahkan yang terdengarnya musykil, tapi bisa saja itu merupakan alternatif perdamaian dengan pihak Palestina. Umpamanya ia pernah berpikir adanya suatu konfederasi antara Israel dan Yordania. Ini tentu suatu penawaran yang lebih jauh, daripada sekadar menyarankan dibentuknya Federasi Yordania-Palestina -- terlepas dari setuju atau tidaknya bangsa Palestina. Memang agak sulit membayangkan, seandainya dalam konperensi Camp David dulu bukan Begin tapi Yitzhak Shamir -- dengan sikap kakunya sekarang ini -- yang berhadapan dengan Sadat, akankah tercapai perdamaian antara Mesir dan Israel. Waktu itu Begin menyetujui diberikannya pemerintahan otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, disertai penarikan mundur pasukan Israel secara bertahap. Kini, delegasi Israel dalam Konperensi Damai tak pernah menyinggung soal penarikan tentara Israel dari wilayah pendudukan. Tapi memang, pada zaman Begin menjadi perdana menteri, belum ada intifadah, belum ada tekanan Amerika yang mengaitkan kredit lunak pada Israel dengan penghentian pembangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan. Dan sampai akhir hayatnya, rasanya Menachem Begin belum pernah terdengar berkomentar tentang intifadah, permukiman Yahudi, dan Konperensi Damai. Dan sampai kini tetap merupakan misteri, apa yang menyebabkan Begin mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 1983. Apakah ia menyesal telah mengirimkan pasukan Israel ke Libanon Selatan setahun sebelumnya, yang menyebabkan pembantaian di kamp Palestina di Sabra dan Shatila? Ia menyetujui serangan yang didesain oleh menteri pertahanannya, Ariel Sharon, karena prihatin bahwa serangan gerilyawan dari wilayah itu sering membawa korban serdadu Israel. Yehiel Kadishai, yang pernah menjadi sekretaris pribadi Begin, bercerita pada New York Times bahwa bekas bosnya dulu memang sangat memperhatikan setiap kematian orang Israel karena serangan Palestina atau perang di Libanon. "Terasa ada kesedihan mendalam di hatinya. Ia jenis orang yang tak bisa ketawa bila orang lain mengalami kesusahan," tutur Kadishai. Tapi siapakah orang lain itu? Mungkinkah itu termasuk anak-anak dan wanita tak berdosa yang dibantai di Sabra dan Shatila? Begin, kata Kadishai pula, biasanya ingin tahu bagaimana, misalnya, seorang serdadu Israel sampai tewas. Ia ingin memperoleh gambaran detailnya. Bila para pembantunya mencoba membicarakan masalah lain, Begin akan memutar kembali pembicaraan tentang kematian itu. Sebagaimana Yitzhak Shamir kini, masa lalu Menachem Begin sebagai teroris seperti tak berbekas di hari tuanya. Mundur dari pemerintahan Begin, membuka kantor pengacara, yang di mejanya selalu ada ensiklopedi Yahudi dan buku informasi tentang persenjataan militer seluruh dunia terbitan Jane yang terkenal itu. Dan ia selalu lengkap berjas dan berdasi, walau orang-orang sekitarnya mengenakan kaus oblong. Yang mungkin tak banyak diketahui dan ditulis, Begin punya rasa humor yang kadang muncul. David Ignatius, yang pernah mewawancarainya untuk surat kabar Wall Street Journal, bercerita bahwa ia pernah memberi tahu Begin bahwa ia sudah membaca buku karangan Begin, Pemberontakan. Lalu jawab Begin, "Lho, apakah Anda tak bisa tidur?" Barangkali dalam diri seorang yang introvert itu penuh konflik. Begin, yang kehilangan kedua orangtua dan sanak keluarganya yang tewas di kamp konsentrasi Nazi, hampir dalam semua tindakan agresifnya selalu memberikan alasan bahwa tindakannya semata untuk melindungi bangsanya. Ia bom instalasi nuklir Irak karena itu akan mengancam anak-anak Israel. Tapi ia pun memilih pengeboman dilaksanakan selagi instalasi belum berfungsi, katanya, agar tak ada penyebaran radioaktif di Irak yang bisa membahayakan anak-anak Irak yang tak berdosa dan bukan musuh Israel. Bisa jadi, Begin memang tak tahan lagi, sebagai perdana menteri ia harus ikut bertangyng jawab atas kematian demi kematian tanpa ia bisa mencegahnya. Lalu, pada tahun 1983 itu istrinya meninggal, hal yang umumnya dipercaya oleh orang Israel yang menyebabkan Begin mengundurkan diri dari pemerintahan. FS, BB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus