Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tangerang, sekitar 30 kilometer dari Jakarta, saat itu bergolak karena disulut kabar santer: ada tentara Nica beretnis Tionghoa yang menurunkan bendera merah-putih dan menggantinya dengan bendera Belanda. Seperti bensin menyambar api, kabar ini kontan meluas dan memicu kemarahan. Apalagi ini zaman perang kemerdekaan. Republik yang belum genap setahun harus menghadapi serbuan tentara Belanda. Dan ada ketegangan sosial: di wilayah itu, ada sejumlah tuan tanah Tionghoa yang berhadapan dengan penduduk. Meskipun tak semua keturunan Cina kaya. Puncaknya, tersiar kabar, seorang Nica Tionghoa membakar rumah warga pribumi. Ini sebab-sebab menimbulken rajat Indonesier poenja goesar, hingga timboellah itoe tragedi Tangerang, tulis Rosihan Anwar dalam Harian Merdeka, 13 Juni 1946.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo