Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

"waskat" melanda cina

Sejak diterapkannya reformasi dan liberalisasi ekonomi di cina muncul berbagai manipulasi dan korupsi. mendapat kritikan dari yang kurang puas. terutama ditujukan kepada deng xiaoping.

12 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KALAU seseorang naik ke panggung kekuasaan, ayam dan anjingnya pun turut kejatuhan rezeki." Itulah kata sebuah pepatah kuno Cina. Di Daratan Cina dewasa ini perumpamaan itu banyak benarnya juga. Sejak Deng Xiaoping mencanangkan reformasi dan liberalisasi ekonomi, sanak saudara para penguasa Cina turut menikmati hasil kedudukan mereka. Mereka yang termasuk gaogan zidi (sanaksaudara kader-kader tingkat tinggi) mendirikan berbagai usaha bisnis yang bisa berhasil lantaran berbagai kemudahan yang diberikan kepada mereka. Sebagai akibatnya, korupsi, manipulasi, dan penyalahgunaan wewenang merajalela. Gejala itu sudah menyebar demikian luas sehingga muncul banyak keluhan terhadap praktek yang tidak sehat itu. Malahan pihak-pihak yang tak setuju atas kebijaksanaan Deng menggunakan itu sebagai alat untuk menyerang reformasi. Terpojok dengan kritik yang makin vokal itu, para penganjur reformasi turun tangan untuk mengatasinya. Salvo pertama meledak pada 20 Oktober lalu. Harian Rakyat organ Partai Komunis Cina (PKC), memunculkan sebuah tajuk rencana yang isinya mengingatkan sanak saudara para penguasa untuk menahan diri. Dengan nada yang sedikit mengancam, editorial ini mengambil pengadilan atas menantu mendiang Leonid Brezhnev di Uni Soviet sebagai contoh. Tak lupa dengan anjuran agar kegiatan di luar hukum itu dihentikan. Yang menarik, serangan terhadap mereka yang menikmati hasil guanxi (koneksi) itu dilancarkan tak lama setelah pemerintah membubarkan sebuah bisnis besar yang bernama Kang Hua. Dengan dalih mencari dana untuk kesejahteraan para penderita cacat perusahaan itu menarik keuntungan besar sambil menikmati kebebasan membayar pajak. Di luar negeri, Kang Hua membeli barang-barang yang sukar didapat di pasaran dalam negeri dan menjualnya di Cina dengan harga berlipat. Banyak spekulasi yang mengatakan, sebenarnya Kang Hua hanya jadi sasaran perantara. Karena yang dituju sebenarnya tak lain dari Deng Xiaoping sendiri. Mengapa demikian? Yang menjadi tumpuan Kang Hua tak lain dari Deng Pufang, anak laki-laki Deng Xiaoping. Sudah lama Deng muda terpaksa duduk di kursi roda. Katanya, ia telah menjadi korban penganiayaan para Pengawal Merah di masa kolusi Kebudayaan dulu. Dia dilempar keluar melalui jendela sebuah gedung bertingkat, sehinga lumpuh dari pinggang sampai ke kaki. Sejak awal tahun 1980-an ini ia menjadi aktivis untuk membantu para penderita cacat. Ada yang mengatakan, skandal Kang Hua bukanlah kesalahan Deng muda. Konon, ia telah digunakan oleh para manipulator untuk menjadi alat menarik keuntungan. Hubungan darahnya dengan orang kuat Cina itu telah menjadikan ia kebal hukum dan dipakai sebagai mantra pembuka pintu birokrasi Cina untuk mendapat kemudahan. Harian Rakyat tak menyebutkan nama Deng Pufang secara khusus. Tapi jelas itu menunjukkan suatu pesan kepada sanak keluarga anggota elite lainnya untuk menghentikan kegiatan-kegiatan tak sah mereka. Tapi dalam pada itu tindakan atas Kang Hua itu dapat juga dihubungkan dengan percaturan politik antara kaum reformis dan konservatif dalam kepemimpinan Cina. Sejak beberapa bulan ini terutama setelah terpilihnya Li Peng sebagai perdana menteri sebagai hasil Kongres PKC ke-13, kaum reformis di bawah Ketua Partai Zhao Ziyang berada dalam posisi defensif. Program liberalisasi mereka selalu dikritik, dan dasar yang dipakai adalah segi-segi negatif program liberalisasi. Dengan demikian, tindakan terhadap Kang Hua merupakan pilihan tepat, lantaran ia punya hubungan langsung dengan keluarga Deng. Serangan atas keluarga orang yang paling berkuasa di Cina itu tak akan bisa dilancarkan tanpa restu Deng pribadi, tentunya. Atas dasar itu, boleh jadi Zhao Ziyang sedang mulai menjalankan ofensif balasan. Zhao, yang didukung Deng, nampaknya tak puas lantaran Li Peng dan Yao Yilin -- dua tokoh yang cenderung agar Cina lebih berhati-hati dalam menjalankan liberalisasi ekonomi pada awal Oktober lalu menetapkan untuk membekukan beberapa kebijaksanaan tertentu. Pada bulan-bulan terakhir ini malahan terdengar desas-desus bahwa pamor Zhao sudah demikian pudar dan hanya tinggal menunggu tanggal kejatuhan saja. Dalam posisi yang demikian terjepit, ia harus balas menyerang. Tapi, yang sudah jelas, banyak orang dalam kalangan kepemimpinan di Cina merasa gelisah oleh kampanye baru tersebut. Hampir semua anggota keluarga mereka terlibat dalam praktek guanxiwang atau jaringan koneksi. Itu terjadi lantaran hubungan sesama anggota dalam satu keluarga di Cina demikian rapatnya. Juga, dalam tradisi Cina, hubungan antara kekayaan dan kedudukan sosial bukan sesuatu yang aneh. Atas dasar itu, menjadi pertanyaan besar bahwa kampanye antikorupsi ini suatu gerakan serius. Atau apakah itu sebuah pertunjukan politik yang erat hubungannya dengan tarik-menarik reformis-konservatif. Kalau jawabannya yang disebut belakangan, nasibnya akan sama dengan gerakan antipolusi spiritual dan antiliberalisasi Barat, yang tahun lalu dilancarkan dengan setengah hati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus