AKIBAT Knop 15 tahun lalu, orang bertaya-tanya: jadi dengan cara bagaimana meyimpan uang paling baik? Selama ini banyak orang kota menyiman kelebihan uangnya dengan mendepositoan di bank. Orang desa lebih senang menyimpan kekayaan dalam bentuk emas. Para koptor di negara berkembang merasa lebih aman menyimpan uangnya di Swiss atau di Amerika Serikat dalam bentuk mata uang negara-negara tersebut. Sedang orang yang sedikit berjiwa bisnis, beli saham yang sejak dua tahun lalu mulai dipopulerkan di Indonesia. Demikianlah cara-cara umumnya orang mengamankan kekayaannya secara pasif (tanpa usaha perdagangan). Marilah kita ikuti tiga parameter keuangan yang penting di dunia. Yaitu US dollar, yang anggap sebagai mata uang dunia, Swiss Franc yang merupakan mata uang paling stabil, dan emas 24 karat yang secara tradisionil selalu dikaitkan dengan nilai uang di mana-mana. Dalam tabel 1, anda melihat kurs valuta asing tersebut dan harga emas di Jakarta pada akhir Desember tahun-tahun yang disebutkan. Kita ambil sebagai permulaan tahun 1973 (index = 100), karena waktu itu rupiah kita masih mengambang, belum dikaitkan dengan dolar. Dan kita akhiri dengan notasi 30 Desember 1978, karena rupiah kita sudah diambangan kembali serta gejolak Knop 15 sudah agak reda. Selanjutnya kita lihat perkembangan jumlah uang bila didepositokan di bank secara bunga berbunga (compound interest) lima tahun terus-menerus. Untuk uang rupiah, kita ambil bunga deposito jangka panjang di Indonesia rata-rata 18% setahun. Sedang untuk valuta asing kita ambil rate bunga deposito yang terendah di negara bersangkutan, yaitu di Amerika Serikat 7% dan di Swiss 4% setahun. Hingga bila kita mendepositokan uang 100 satuan pada akhir 1973, dari tabel 2 kita akan melihat jumlah simpanan pokok dan bunganya pada tahun-tahun berikutnya. Maka dari kedua tabel di atas, andaikata anda mempunyai kelebihan uang sebesar Rp 1.000.000 pada akhir 1973, uang tersebut sekarang bisa menjadi: a. Bila didepositokan dalam bentuk rupiah di Indonesia: 2,29 x Rp 1.000.000 atau Rp 2.290.000. b. Bila disimpan di salah satu bank Amerika dengan bunga 7%: 1,40 x 1,48 x Rp 1.000.000 atau Rp 2.072.000. c. Bila anda mendepositokannya di Swiss walaupun bunga hanya 4% setahun, tapi nilainya bila dirupiahkan sekarang menjadi 1,22 x 2,67 x Rp 1.000.000 atau Rp 3.257. 400. d. Tapi bila anda belikan emas 24 karat waktu itu dan sekarang dijual kembali, anda bisa mengharapkan menerima uang sebesar 3,1 1 x Rp 1.000.000 atau Rp 3.110.000. Dari perhitungan di atas dapat kita simpulkan, mengapa uang panas hasil korupsi komisi, perbuatan kriminil lain dan warisan banyak mengalir ke Swiss untuk didepositokan. Dan mengapa pula para petani atau orang awam yang tak tahu ilmu keuangan lebih senang menyimpan kelebihan uangnya dalam bentuk emas atau perhiasan. Anda lihat sendiri bagaimana meningkatnya nilai simpanan mereka, lebih-lebih dua tahun terakhir ini, di mana kenaikan harga emas lebih dari 100%. Dapat juga Anda bayangkan betapa sulitnya "mengajak" orang Indonesia agar mau membeli saham perusahaan dalam negeri. Tetapi akhirnya yang paling beruntung adalah yang semula "orang kota" berbalik menjadi "orang desa". Yaitu mereka yang mulai 1973 mendepositokan uangnya dalam rupiah lalu diambil Kembali akhir 1977. Kemudian langsung dibelikan emas dan dijual kembali Desember 1978. Maka bila uangnya mula-mula Rp 1.000.000, tentu sekarang menjadi Rp 4.160.000 atau kurang sedikit. Ini cukup hebat. Karena hasilnya sama dengan bila uang itu diputarkan dalam satu usaha bisnis yang menyisihkan laba sebesar 63% setiap tahun. ir. ABDUL GAFUR AS d/a Lembaga Management Jawa Timur, Jl. Kayoon 68, Surabaya. TABEL 1: KURS & HARGA BEBAS DI JAKARTA (Sumber: BPS dan ompas 2 Januari 1979). Akhir 1 US $ 1 Swiss Fr 1 gram emas Tahun Rpindex Rpindex Rp index 19734201001451001480100 19744221001601102450166 1754201001601101900128 197642110017412,01850125 19774201002051412150145 19786231483872674600311 TABEL 2: PERHITUNGAN BUNGA MAJEMUK AkhirBunga per tahun Tahun18% (Rupiah)7% (US $)4% (Swiss Fr) 1973 100 100 100 174 118 107 104 1975 139 114 118 1976 164 122 112 l977 194 131 117 1978 229 140 128
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini