Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Abad Berlalu, Perilaku Belum Tentu

Penanganan wabah di masa lalu menjadi pelajaran berharga untuk menangani Covid-19. Utamakan argumen kesehatan dalam pengambilan keputusan.

16 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Opini Tempo, 18-24 Mei 2020

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ABAD boleh berganti, tapi perilaku kita dalam menghadapi pandemi bisa jadi tak banyak beranjak. Seabad setelah wabah pes dan flu Spanyol melanda Nusantara, sikap anti-sains tetap saja ada. Seperti seratus tahun lalu, penanganan pemerintah yang terlambat dan sikap ingar pejabat publik pada pandemi telah merenggut banyak nyawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejarah mencatat pagebluk pes dan flu Spanyol melanda Hindia Belanda pada awal 1900-an. Wabah pes yang melanda Malang, yang kemudian menyebar ke sejumlah daerah di Jawa, diperkirakan terjadi sejak 1910. Pemerintah awalnya tak percaya penyakit yang dulunya menjangkiti tikus itu dapat menginfeksi manusia. Penyakit itu baru teridentifikasi setahun kemudian setelah menyebar dan menewaskan ribuan orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengalaman menangani wabah pes tak membuat pemerintah lebih sigap ketika flu Spanyol merebak delapan tahun kemudian. Pada April 1918, Konsul Belanda di Singapura telah memperingatkan pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar melarang kapal-kapal Hong Kong bersandar di dermaga dan menurunkan penumpang karena koloni Inggris itu telah terjangkit wabah.

Larangan serupa diserukan pemerintah Inggris di Singapura. Tapi pemerintah Hindia Belanda baru membentuk tim darurat penanganan wabah tujuh bulan kemudian, ketika gelombang pertama wabah telah melanda kota-kota pelabuhan di Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan.

Upaya mencegah penularan penyakit berupa karantina wilayah untuk membatasi pergerakan penduduk dijalankan pada masa itu. Namun ikhtiar tersebut tak cukup ampuh mencegah penyebaran penyakit. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan publik membuat penduduk melawan pagebluk dengan berobat ke dukun. Tak sedikit pula yang menjalankan ritual-ritual tolak bala untuk mengusir roh jahat yang mereka yakini sebagai pembawa penyakit. Korban berjatuhan. Selama dua tahun wabah flu Spanyol, tak kurang dari satu setengah juta orang meninggal di Hindia Belanda.

Sikap menolak ilmu pengetahuan hari-hari ini muncul dalam wujud tak jauh berbeda. Ketika wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 merebak di Wuhan, Cina, dan menyebar ke sejumlah negara, banyak pejabat menganggap Indonesia sebagai pengecualian. Ada yang percaya gen kita berbeda sehingga tidak mudah terserang virus corona. Kita juga dipercaya tidak akan tertular karena rajin mengonsumsi empon-empon. Ada pula yang percaya rakyat Indonesia terjaga dari corona karena rajin membaca doa qunut. Ketika wabah benar-benar melanda Indonesia, pemerintah kedodoran menanganinya.

Situasi itu diperparah oleh sikap sekelompok orang mabuk agama yang menganggap pandemi Covid-19 sebagai azab Tuhan atau “malaikat maut” yang diutus membersihkan bumi dari pendosa. Orang-orang yang anti-sains tersebut mengabaikan upaya pemerintah mencegah penyebaran virus, seperti pembatasan jarak fisik dan ibadah di rumah saja. Mereka menganggap peniadaan kegiatan ibadah sebagai bentuk represi terhadap penganut agama.

Penanganan wabah di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat dalam menangani Covid-19. Pemerintah mesti mengutamakan alasan kesehatan dan keselamatan publik dalam mengambil keputusan menyangkut pandemi. Menghadapi pagebluk ini, kita harus lebih baik daripada nenek moyang kita seabad silam.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus