Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Penyakit Gedung Pencakar Langit

Arsip Majalah Tempo edisi 30 Mei 1981

16 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyakit Gedung Pencakar Langit/TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah berencana merenovasi gedung Sarinah

  • Konstruksi bangunan yang buruk dan penurunan tanah menyebabkan sebagian bangunan Sarinah ambles

  • Gedung Ratu Plaza, Jakarta, juga memiliki masalah konstruksi

PEMERINTAH berencana merombak Gedung Sarinah di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 700 miliar untuk renovasi gedung tinggi pertama di Indonesia itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sarinah mulai dibangun pada 1963 dan diresmikan Presiden Sukarno pada 1967. Gedung 15 lantai setinggi 74 meter ini lantas menjadi pusat belanja modern pertama di Jakarta. Meski begitu, struktur bangunan gedung ini bermasalah. Majalah Tempo edisi 30 Mei 1981 menulis artikel berjudul “Bangunan Tinggi yang Sakit” yang mengulas sebagian bangunan Sarinah yang turun dan miring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kabar mengenai miringnya sebagian bangunan Sarinah membuat sejumlah pengunjung toko serba ada itu waswas. Tapi direksi PT Sarinah justru pindah ke lantai 12 dari tingkat 8 untuk menepis kekhawatiran masyarakat. “Bukti kami tidak ragu-ragu,” kata Amsar Sudirman, Direktur PT Sarinah.

Meski begitu, pengelola gedung mempersiapkan rencana pembongkaran dan pembangunan kembali sebagian gedung annex Toserba Sarinah itu. Annex yang dimaksud adalah bangunan rendah yang mengelilingi hampir seluruh gedung induknya. Bagian bawah yang melingkupi supermarket di Sarinah itu diperkirakan turun sampai 60 sentimeter. Tapi, menurut Mahmud Ali, direktur utama perusahaan konsultan PT Yodya Karya, gedung induk Sarinah tidak mengalami perubahan berarti, baik horizontal maupun vertikal.

Setelah 15 tahun berdiri, sebagian bangunan Sarinah diketahui turun 6 sentimeter dan miring 5 sentimeter. Diduga hal itu terjadi karena adanya penyimpangan pengukuran dalam pelaksanaan konstruksinya. Temuan itu membuat geger banyak kalangan, dari pengkonstruksi, pelaksana, pengawas, serta pejabat yang berhubungan dengan perizinan dan pengawasan masalah bangunan. Banyak pihak angkat bicara, tentu saja, saling menuding. Manajer Sarina tentu ikut repot. Maklum, citra buruk bangunan yang mereka huni langsung berpengaruh dalam bidang komersial.

Tampaknya bukan hanya Sarinah yang bermasalah dalam konstruksi gedung. Gedung Ratu Plaza yang baru saja berdiri megah di sisi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, sama. “Las-lasan besi yang menyangga beton gedung itu tidak kuat,” ujar sesepuh konstruksi beton di Indonesia, Prof Dr Ir Roosseno. “Bangunan itu kelihatannya manis, tapi banyak boroknya yang ditutupi.” 

Menurut Roosseno, kelemahan ini diketahui ketika pembuatan Ratu Plaza sudah mencapai tingkat 4. “Melalui pengetesan,” katanya. Tapi pemborongnya, Kajima Corporation dari Jepang, tetap meneruskan bangunan bertingkat banyak itu. “Untuk menjamin keamanannya, pemborong modern itu mendatangkan dukun Jawa,” Roosseno menambahkan, terkekeh. 

PT Waskita Karya, yang bekerja sama dengan Kajima Corporation dalam pembangunan Ratu Plaza, mengakui kelemahan gedung tersebut. Harianto Hardjasaputra dari PT Waskita Karya tak segan mengungkapkan nama dukun yang dipanggil itu. “Pak Roosseno,” ucapnya, tersenyum. “Masak, sebagai orang teknik kami percaya pada dukun mistik.” 

Roosseno memang selalu menyebut dirinya “dukun beton”. Julukan itu melekat karena banyak orang merasa memerlukan tenaganya bila menghadapi hal yang gawat. Dalam wawancara dengan Tempo, Roosseno mengungkapkan bahwa pengelasan besi konstruksi Ratu Plaza dilakukan secara sembrono. Sekalipun pengelasannya sembrono, gedung masih aman. “Tapi tingkat keamanannya pas-pasan," ujarnya. Ia mengibaratkan Ratu Plaza seperti orang yang uangnya pas-pasan tapi memilih makan di restoran mahal. Ia bisa makan, tapi hatinya waswas. 

Konstruksi fondasi bangunan juga merupakan faktor penting keamanan gedung pencakar langit karena tanah bersifat menjadi padat. Beban gedung di atas memaksa air tanah keluar, sementara rongga yang tadinya ditempati air akan diisi tanah. Bebannya berjuta ton pada tanah.

Interaksi gaya beragam bangunan di sekitarnya diperkirakan juga menjadi penyebab berbagai perubahan pada gedung Sarinah. Sarinah dibangun atas sejumlah tiang pancang yang berusaha mencapai lapisan tanah keras di bawahnya. Rupanya, tiang pancang itu, yang menyangga beberapa tiang luar gedung annex Sarinah, ambles.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus