Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Kunci agar Pendidikan Vokasi Berhasil

Pendidikan vokasi masih mendapat stigma negatif di masyarakat. Mengapa?

4 Desember 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Banyak orang masih enggan memilih pendidikan vokasi dengan alasan bahwa kesempatan kerja yang ditawarkan dianggap kurang bergengsi.

  • Setiap lulusan vokasi, khususnya SMK, telah dilengkapi dengan kompetensi unggul untuk bisa mengakses lapangan pekerjaan.

  • Pendidikan karakter dan etos kerja juga menjadi hal penting yang dipelajari di SMK.

INDONESIA telah menetapkan visi Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju. Penguatan sumber daya manusia menjadi salah fokus utama. Fokus ini dipilih demi memperkuat daya saing bangsa serta mewujudkan bangsa yang kuat dan produktif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus mengupayakan penyiapan SDM melalui pendidikan vokasi. Pendidikan ini dianggap menjadi salah satu upaya untuk dapat menyiapkan SDM yang siap terjun ke dunia kerja dan dunia industri serta langsung berdampak pada perekonomian bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Upaya penguatan pendidikan vokasi di Indonesia ini pun telah memberikan hasil nyata. Berdasarkan data “Katalog Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2020-2023” yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, lulusan SMK yang sudah bekerja pada periode 2020-2023 meningkat 4,24 persen.

Begitu juga dengan tingkat partisipasi angkatan kerja lulusan SMK, yang naik 3,83 persen, serta lulusan diploma I/II/III yang meningkat 7,74 persen. Lebih lanjut, studi Social Return on Investment (SRoI) pada program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD) 2022 juga mengungkapkan 75,5 persen lulusan SMK mendapat pekerjaan dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Sayangnya, data tersebut belum sepenuhnya mampu meyakinkan masyarakat perihal efektivitas pendidikan vokasi. Padahal hasil Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2024 menunjukkan peningkatan minat pada pendidikan vokasi. Sebanyak 28.415 pendaftar perguruan tinggi vokasi dinyatakan lolos SNBT 2024.

Banyak orang masih enggan memilih pendidikan vokasi dengan alasan kesempatan kerja yang ditawarkan dianggap kurang bergengsi, gajinya tidak memadai, dan peluangnya terbatas. Beberapa bahkan berpendapat perusahaan besar banyak memilih lulusan sarjana dibanding lulusan diploma atau sarjana terapan. Pandangan ini seolah-olah mengabaikan kenyataan bahwa kebutuhan industri saat ini makin beragam dan keterampilan praktis yang diperoleh di pendidikan vokasi justru menjadi nilai tambah.

Perbedaan pendapat dalam memilih pendidikan lumrah dan wajar. Apalagi jika dikaitkan dengan pilihan untuk masa depan dan pilihan karier. Semua orang berhak memilih sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Setiap pilihan tersebut, baik pendidikan vokasi maupun peminatan tertentu, tentunya memberikan peluang yang sama bagi peserta didik. Peluang-peluang tersebut perlu disiapkan, diketahui, serta dikejar oleh industri, pendidik, dan peserta didik. 

Menciptakan peluang bagi pendidikan vokasi dan lulusannya untuk berkembang membutuhkan keterlibatan banyak pihak dan banyak faktor. Karena itu, kolaborasi menjadi upaya yang harus terus dilakukan untuk meningkatkan relevansi pendidikan vokasi. Hal ini penting mengingat materi pengajaran SMK yang berbasis pada keahlian. Dengan demikian, dukungan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) adalah kunci untuk memastikan relevansi pendidikan vokasi dengan industri.

Berdasarkan studi SRoI pada program SMK PK SPD 2022, Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menemukan adanya angka peningkatan 73 persen kerja sama antara pihak sekolah dan mitra DUDI per tahun, serta akan terus ditingkatkan. 

Kerja sama ini meliputi praktik kerja lapangan atau magang, penyelarasan kurikulum, guru tamu, kunjungan industri, magang guru, dan sertifikasi kompetensi. Artinya, setiap lulusan vokasi, khususnya SMK, telah dilengkapi dengan kompetensi unggul untuk bisa mengakses lapangan pekerjaan. Namun, pertanyaan selanjutnya, apakah industri terbuka merekrut tenaga kerja dari lulusan SMK?  

Pada dasarnya merekrut lulusan vokasi akan memberikan keuntungan tersendiri bagi industri. Industri tidak memerlukan waktu yang lama untuk melatih calon tenaga kerja karena lulusan vokasi dibekali pemahaman soal proses industri dari awal hingga akhir.

Sebagai contoh, untuk industri perhotelan, lulusan vokasi  memiliki kompetensi yang diperlukan di sektor ini. Mereka dibekali budaya kerja di industri perhotelan. Maka, saat terjun ke lapangan, mereka bisa langsung adaptif. Pemberi kerja juga tidak perlu lagi mendidik calon pekerja dari awal.

Faktor lain adalah para pendidik. Belajar tidak hanya proses yang dilakukan di sekolah, tapi juga proses yang kita jalani seumur hidup. Karena itu, para pendidik juga perlu terus belajar tentang hal baru, khususnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Berbagai platform dan pelatihan telah disediakan agar guru dapat meningkatkan kemampuannya. 

Hal yang tidak kalah penting adalah memberi motivasi bagi para peserta didik. Studi SRoI pada program SMK PK SPD 2022 menemukan bahwa 98,7 persen orang tua/wali merasakan adanya perubahan positif dalam diri anak setelah menjalani pendidikan di SMK. Di sini, kita dapat melihat bahwa pendidikan karakter dan etos kerja juga menjadi hal penting yang dipelajari di SMK.

Motivasi tidak hanya dalam bentuk kalimat-kalimat dukungan, tapi juga dengan menunjukkan rasa bangga serta rasa percaya diri terhadap murid. Saya berharap, dengan makin ditunjukkannya rasa bangga dan rasa percaya diri tersebut, semangatnya dapat tertularkan ke murid. 

Jangan dilupakan juga soal pembangunan karakter. Selain agar siswa terampil, sekolah berperan mendidik muridnya supaya memiliki karakter dan etos kerja yang baik. Dengan begitu, mereka siap menghadapi dunia kerja dan industri juga siap menerima mereka. Industri ini terus berkembang dan dunia kerja tidak lagi sama dengan yang dulu. Murid perlu disiapkan secara mental untuk menghadapinya. 

Peluang lahirnya lulusan vokasi yang siap kerja juga harus didukung oleh faktor peserta didik tersebut. Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang unik karena tidak hanya belajar teori, tapi juga ada keahlian praktis yang dapat dipelajari. Hal ini membuat metode belajar menjadi variatif dan punya tantangan tersendiri setiap hari. Murid perlu menangkap peluang ini dengan aktif dan penuh rasa ingin tahu. Murid akan punya sesuatu yang lebih di industri yang ditekuni apabila murid terus menangkap peluang tersebut. 

Kemampuan dasar ini juga bukan satu-satunya peluang yang bisa diambil murid. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada banyak peluang kerja magang atau peluang praktis lain yang dapat diambil. Murid juga perlu jeli mengambil peluang ini agar bisa memiliki bekal yang lebih banyak lagi dan menjadi lebih unggul dibanding yang lain. Ingat, melalui pendidikan vokasi, murid memiliki keterampilan dasar yang dibutuhkan industri. Tugas murid adalah menunjukkan keterampilan tersebut dengan karakter yang matang. 

Sekolah harus memberikan materi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Industri perlu memberikan informasi mengenai kebutuhan di lapangan serta menyediakan peluang lapangan pekerjaan bagi lulusan untuk berkembang. Murid perlu secara proaktif mengambil kesempatan ini.

Kolaborasi yang kuat serta semangat proaktif harus terus hadir dalam diri setiap pihak, baik pemerintah, dunia usaha dan industri, guru, maupun peserta didik. Apabila semua pihak dapat proaktif untuk mencapai tujuan bersama, mimpi Indonesia Emas 2045 pasti dapat memberi manfaat baik bagi kita. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus