Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Fokus perjuangan kurang ada

Faktor terpenting bagi negara berkembang & miskin yaitu mengubah dan menyelesaikan urusan dalam negeri. usaha-usaha dalam negeri dapat menyukseskan pembangunan, usaha-usaha internasional hanya membantu.

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIDANG UNCTAD V diadakan di salah satu ibukota ASEAN. Maka perhatian kita pun lebih besar. Sidangnya sendiri juga amat penting dalam perjuangan negara-negara dunia ketiga untuk menyusun Orde Ekonomi Dunia Baru, yang lebih adil dan menguntungkan bagi usaha negeri-negeri ini untuk mempercepat proses pembangunannya. Negaranegara dunia ketiga ini telah tersusun dalam barisan Grup- 77 (walaupun sekarang keanggotaannya sudah meningkat menjadi kira-kira 115) untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutannya dan UNCTAD menjadi medan perjuangannya yang terutama. Dalam sidang UNCTAD IV di Nairobi perjuangan mereka mencapai puncak dramatis dalam tuntutannya untuk membentuk Dana Bersama sebagai unsur pokok dari Program Komoditi yang terpadu. Negara industri enggan sekali untuk menyetujui rencana itu dan sidang Nairobi sampai diperpanjang beberapa hari untuk mengusahakan suatu kompromis yang dapat memuaskan Grup 77. Dalam perjuangan Komoditi ini Indonesia telah memainkan peranan yang sangat penting, bersama ASEAN, karena negara-negara Asia Tenggara inilah yang paling berkepentingan pada rencana ini. Amerika Selatan, Asia Selatan (India) dan Asia Timur mungkin lebih berkepentingan terhadap persoalan (perluasan) pasar dunia untuk ekspornya, yakni barang-barang industri, sedangkan negara-negara Afrika (hitam) sudah tertolong Konvensi Lome yang melindungi pendapatan ekspornya terhadap gejolak konjungtur. Azas-azas umum yang sudah disetujui di Nairobi masih terus-menerus dirundingkan rumus-rumus pelaksanaannya, dan ditawar angka-angka komitmennya oleh negara-negara industri, yang memang masih sangat enggan untuk betul-betul melaksanakan rancangan ini. Akhirnya baru Maret lalu di Jenewa dicapai kesepakatan mengenai beberapa unsur pokok dari Dana Bersama ini, sehingga isyu hangat ini tidak akan meledak lagi di Manila. Sebetulnya apa yang dicapai di Jenewa itu adalah kompromis lagi, yang tidak menjarnin Dana Bersama yang kuat (dan besar), dan pelaksanaannya mungkin juga akan makan waktu yang panjang. Darisekian banyak komoditi yang harus disusun perjanjian internasionalnya untuk memberikan kestabilan pasar, baru karetlah yang agak maju. Tembaga masih terkatung-katung, dan komoditi-komoditi lain baru dimulai penjajagannya. Yang sudah ada adalah mengenai timah, gula, kopi dan coklat. Maka kalau di Nairobi ada fokus perjuangan, yakni Program Komoditi Terpadu dan Dana Bersamanya, di Manila isyu sentral yang dapat membuat drama kelihatan kurang ada, kecuali mungkin soal proteksionisme. Sebagai diutarakan oleh Alex Alatas, Sekretaris Wakil Presiden yang pernah menjabat sebagai Ketua Kelompok '77, pembicaraan akan mencakup suatu front lebar dengan berbagai-bagai isyu, misalnya, pasar untuk barang-barang industri, perkapalan, teknologi, bantuan internasional, soal moneter, dan sebagainya. Dalam hampir semua persoalan ini sikap negeri-negeri industri adalah konservatif, tidak atau belum mau merombak aturan permainan, paling-paling akan bersedia memberikan beberapa konsesi, didorong oleh motif politis, yakni untuk menghalau suatu konfrontasi yang sengit. Keadaan ekonomi dunia barat dan prospek hari depannya tidak cerah, dan dalam iklim demikian negara-negara ini enggan sekali untuk memberi konsesi-konsesi yang besar. Mereka masih kurang yakin perombakan susunan ekonomi dunia akan menguntungkan mereka pula. Mereka masih melihatnya sebagai tuntutan dari negara-negara miskin untuk memberi bantuan dan sedekah yang lebih banyak, misalnya sampai 0,7% dari produksi nasionalnya (yang mereka belum bersedia). APA sebetulnya inti dari tuntutan perombakan susunan ekonomi dunia ini? Yang menjadi keberatan utama dunia ketiga adalah struktur dan tata mainan dari perdagangan internasional dan pasar uang dan modal internasional. Proses kolonisasi di zaman yang lampau telah menumbuhkan pembagian kerja antar negara-negara (bekas jajahan) yang (masih) menghasilkan dan mengekspor bahan mentah di satu fihak, dan negara-negara industri (bekas negara penjajah) di lain fihak. Harga-harga bahan mentah di pasar dunia selalu rendah, dan barang-barang industri dijual dengan harga yang cukup mahal. Sebab-sebab keadaan tersebut banyak sekali, dan kemerdekaan bekas daerah jajahan ini tidak dapat meniadakan sebab-musababnya. Negara yang miskin dan yang sering berkelebihan penduduknya dan rendah produktivitasnya terjebak dalam lingkaran setan: mereka sukar untuk mengendalikan pertumbuhan penduduknya dan oleh karena kemiskinannya mereka kurang modal untuk meningkatkan produktivitasnya. Sebaliknya negara-negara industri terus-menerus tumbuh dan tambah kaya. Kalau beberapa negara berkembang berhasil meloloskan diri dari lingkaran setan ini, seperti Korea, Taiwan, Singapura, Brazil, dan mulai mampu mengekspor barang-barang industrinya ke dunia industri, maka akhir-akhir ini mereka dipalang pintu oleh semangat proteksionisme yang sedang merajalela di negeri-negeri industri itu. Sumber modal dan pasar uang dan modal juga dikuasai negara-negara industri dan lembaga-lembaganya yang senantiasa lebih banyak melayani mereka sendiri. Bahkan lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti IMF, dalam tata mainannya juga lebih menguntungkan negara-negara industri daripada negara-negara berkembang. Pembagian kekuasaan di IMF lebih menguntungkan negara-negara (penyumbang) yang kuat. Kalau di dalam sesuatu negara ada masalah kaya-miskin maka sering ada mekanisme politik yang dapat membantu perataan, yakni lewat sistim pajak dan pemilihan umum. Di gelanggang antar-bangsa belum ada pajak internasional dan negara-negara miskin dan kecil tidak mempunyai hak pilih dan hak menentukan yang banyak, kecuali di sidang umum PBB yang tidak mempunyai kekuasaan untuk merubah tata susunan dunia. Perjuangan negara-negara dunia ketiga sering diibaratkan gerakan buruh atau gerakan-gerakan emansipasi lainnya, yang setelah masa perjuangan yang lama dan sengit sekarang juga banyak telah mencapai sasarannya. Mudah-mudahan perlambangan ini cukup tepat, dan gerakan dunia ketiga ini dalam satu-dua dekade lagi akan mencapai beberapa sasaran pokoknya. Tapi gerakan yang bersifat dalam negeri lebih banyak harapannya daripada gerakan yang internasional. Gerakan perjuangun dalam negeri dapat mencapai kemenangan lewat perjuangan politik, misalnya lewat pemilihan umum. Juga dapat lebih banyak tertolong oleh pengaruh moral, yang lebih efektif dalam batas-batas dalam negeri. Jadi senjata perjuangan gerakan negara-negara miskin yang akan ditakuti oleh negara-negara kaya itu apa? Ancaman revolusi dunia yang dapat menumbangkan tata susunan sosial negeri-negeri kaya? Ancaman embargo ekspor komoditi-komoditi vital seperti minyak? Kesadaran bahwa sekarang ini dinamika ekonomi dunia barat sudah sangat kendor dan mungkin menerlukan pasar) dunia ketiga sebagai obat kuat? SAMBIL berjuang, yang dapat memakan waktu lama, negara berkembang harus lebih banyak mengandalkan kepada kekuatan sendirinya dalam usaha pembangunannya. Mereka juga harus berusaha untuk saling membantu dan berusaha memperbesar momentum pembangunannya dengan usaha-usaha kolektif. Semangat berdikari -- baik sendiri maupun secara bersama -- dewasa ini sedang didengung-dengungkan. "Pekerjaan-rumah" yang harus dikerjakan oleh negaranegara berkembang, terutama yang masih miskin, cukup banyak. Dalarm bidang ekonominya, pertama-tama dan terutama, produktivitas pertanian, terutama bahan makanan, harus bisa ditingkatkan. Cukup bukti-bukti hanya negaranegara yang berhasil meningkatkan produktivitas pertaniannya, yang akhirnya takeff, seperti Korea, Taiwan, Malaysia dan sebagainya. Sering ini memerlukan perombakan susunan sosial, mengenai pemilikan tanah, cara usaha dan sebagainya. Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk juga merupakall syarat mutlak, walaupun ini memerlukan waktu yang lama. Dalam negeri-negeri demikian sering diperlukan juga penyempurnaan dalam tata susunan pemerintahan, birokrasi, peradilan, dan sebagainya. Negara yang masih menderita banyak korupsi adalah negara yang sakit secara sosial dan pertumbuhannya akan tersendat-sendat. Kalau bgian dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih terlalu besar, maka pertumbuhan seluruh negeri juga akan terhambat. Penabungan dalam negeri harus ditingkatkan dengan mengurangi segala macam pemborosan, termasuk pemborosan oleh gaya hidup yang mewah. Akhir-akhirnya, harus kita sadari bahwa usaha-usaha internasional tidak akan pernah mampu mengangkat kita ke atas garis kemiskinan. Hanya usaha-usaha dalam negeri yang dapat. Usaha-usaha internasional hanya dapat sekedar membantu. Maka, walaupun medan perjuangan untuk merombak tata susunan ekonomi dunia adalah penting bagi kita, medan perjuangan yang terpenting tetap di dalam negeri. Tiap negara harus menyelesaikan dulu Pekerjaan Rumahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus