Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kebrutalan massa: nasib buruh dan penganggur

Tanggapan pembaca soal kebrutalan massa. kita tak peduli dengan nasib pelajar atau buruh. mereka sering tak diangkut oleh angkutan umum. kesenjangan sosial makin melebar

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kita ramai-ramai mengutuk kebrutalan massa, tapi kita tak pernah peduli akan kepentingan mereka. Misalnya, Mikrolet masih kosong tapi tak mau berhenti karena calon penumpangnya adalah pelajar, yang akan membayarnya Rp 100. Apalagi Metro Mini dan PPD. Tarif WC di Blok M Rp 300 - lebih tinggi 20% daripada tarif bus kota -- kelihatannya wajar. Padahal kencing sembarangan, kalau terjaring, kena denda Rp 50.000. Ini pemerasan karena yang terjaring adalah orang-orang yang tak punya. Siapa yang peduli? Telepon umum selalu dirusak tapi tak pernah diusut. Sementara itu, pakar psikologi selalu menyalahkan film sebagai biang kekerasan massa. Padahal berjuta buruh sudah lama tak kenal bioskop. Soalnya, gajinya Rp 3.800 per hari (bahkan ada yang lebih rendah), sedangkan karcis bioskop 21 terendah Rp 2.500. Memang ada bioskop yang harga karcisnya Rp 1.000 atau kurang dari itu, tapi film yang ditawarkan amat tua, dan bioskopnya sendiri pengap. HANAFIAH Jalan Mutiara I/34, RT 04/10 Pulomas, Jakarta Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus