Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Medan bergolak ini medan, bung

Medan bergolak. sejumlah pasukan diturunkan guna meredam kerusuhan yang menjurus ke rasial. awalnya adalah protes buruh. wawancara pangdam, ketua SBSI dan nasib buruh yang merana di mana-mana.

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA tenang mulai hinggap di Medan, Pematangsiantar, Tanjungmorawa, dan sekitarnya. Toko dan pabrik sudah mulai dibuka. Sekalipun di pojok-pojok kota yang strategis masih terlihat pasukan keamanan bersenjata lengkap, berjaga-jaga. Sekali-sekali truk bermuatan tentara atau polisi terlihat melintas. Tapi semua itu sudah jauh lumayan dibandingkan dengan beberapa hari di pertengahan April yang lalu. Bermula dari unjuk rasa enam ribuan buruh ke kantor Gubernur Sumatera Utara, aksi itu lalu meledak dalam bentuk amuk yang merusak pabrik, toko, dan mobil di jalan-jalan. Kerusuhan ini jelas berbau rasial. Soalnya, amuk tadi ditujukan pada warga keturunan. Seorang pengusaha terbunuh, di kawasan industri Medan. Para pejabat tinggi pun tampak gusar. Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung menuding perbuatan itu sebagai subversif. Akibat yang ditimbulkan kerusuhan ini, seperti dikutip Jenderal Feisal, memang cukup parah. Pabrik industri di Medan dan sekitarnya tutup. Sejumlah investor asing menjadi ragu menginjakkan kaki ke daerah itu. Malah dikabarkan sudah ada investor yang hengkang. Ini soal serius. Dan entah mengapa, kekhawatiran malah sampai merasuk ke Beijing. Juru bicara Menteri Luar Negeri RRC, Wu Jianmin, berharap pemerintah Indonesia menyelesaikan kasus ini. "Cina adalah negara yang bersahabat dengan Indonesia," katanya. Boleh jadi komentar itu tak diperlukan. Sebab yang terjadi tak lain dari persoalan Indonesia sendiri. Kerusuhan terjadi sesama penduduk negeri. Tapi mengapa semua ini terjadi. Aksi buruh toh terjadi di mana-mana. Dalam ukuran kondisi buruh, menurut Muchtar Pakpahan, Ketua SBSI yang paling ngotot membicarakan nasib buruh itu, Medan tak termasuk yang paling parah. Muchtar menunjukkan, kehidupan buruh di Lampung jauh lebih parah dibandingkan dengan di Medan. Tapi ternyata di Medan unjuk rasa buruh telah mengakibatkan daerah itu terjebak dalam huru-hara yang menjurus rasialis. Surat kabar The Asian Wall Street Journal, dalam tajuknya, Jumat pekan lalu, mempersoalkan sorotan negara Barat terhadap kondisi perburuhan di negara berkembang, yang kondisinya tak dapat disamakan begitu saja dengan Barat. Tapi agaknya, bukan hanya itu persoalan yang menyebabkan Medan jadi kelabu dalam dua pekan belakangan. Ada soal laten yang tampaknya selalu siap menerkam di sana. Coba, aksi mahasiswa -- yang setiap minggu terjadi di Jakarta -- di Medan bisa saja berekor pada tindakan yang berbau rasialis. Mengapa? Orang Medan suka berolok-olok dengan menyebut: Ini Medan, Bung. Kerusuhan ini juga mencuatkan hal lain. Penanganan keamanan yang dilakukan ABRI cukup memberikan harapan. Coba, kerusuhan terjadi berhari-hari, sejumlah besar pasukan diturunkan, tapi tak ada satu pun demonstran yang tertembak peluru. Di sekitar cerita itulah Laporan Utama ini ditulis. Bagian pertama berisi reportase kerusuhan itu. Di sini ditulis sebuah boks: wawancara khusus dengan Pangdam Mayor Jenderal A. Pranowo. Bagian kedua mencoba mencari tahu: mengapa Medan rentan terhadap kerusuhan yang berbau rasial. Bagian ini dilengkapi pula dengan dua boks, berupa wawancara dengan Ketua SBSI Muchtar Pakpahan yang kini menjadi beken itu, serta wawancara dengan Amosi Telambanua, tokoh SBSI Medan yang dianggap bertanggung jawab atas huru-hara. Sampai akhir pekan lalu, ia masih buron. Bagian terakhir mengungkap nasib buruh yang merana di mana-mana.Amran Nasution

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus