Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Lampu Merah Situ Gintung

Peringatan dari tragedi Cireundeu. Tata kota dan sistem drainase wajib dibenahi menyeluruh.

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMAT dinihari itu mengantarkan duka malabencana. Dari tanggul Situ Gintung, Cireundeu, Tangerang, Banten, yang jebol, air menghumbalang bergulung-gulung. Puluhan orang tewas, terbawa arus dalam keadaan tidur lelap.

Ratusan rumah dalam radius sepuluh kilometer terendam, tak sedikit yang remuk tersapu bah. Kemudian kita ingat kembali: datang lagi pelajaran pahit dari semrawutnya tata kota.

Dua tahun lalu, sebetulnya, penduduk setempat sudah melaporkan kerusakan tanggul. Laporan itu menyebutkan adanya gerowongan yang kian besar di pintu air tanggul. Tanggul itu lalu diperbaiki tahun lalu. Tapi perbaikan hanya bersifat polesan, hanya pengerukan dasar danau.

Perbaikan menyeluruh tetap tertunda, padahal sudah pula diketahui ada retakan di dasar limpasan air (spill way). Sikap abai semacam ini jelas tak dapat ditenggang. Jumat dinihari itu, sikap abai inilah pula yang harus dibayar mahal.

Tanggul jebol. Volume air Situ Gintung, normalnya 1,5 juta meter kubik dan diperkirakan menjadi 2,1 juta meter kubik ketika hujan deras pada Kamis malam, tumpah dalam sekejap menjadi kekuatan alam dengan daya destruksi yang dahsyat.

Beberapa pejabat, seperti biasa, kurang menyukai langkah introspektif. Mereka memilih menyalahkan intensitas hujan yang turun melampaui kebiasaan. Tentu saja alasan ini tak lucu lagi. Sudah sejak beberapa tahun lalu, terkait dengan fenomena pemanasan global, cuaca berayun ekstrem. Sudah seharusnyalah pemerintah menghitung kemungkinan curah hujan yang luar biasa tinggi.

Situ Gintung merupakan danau buatan dengan bendungan mini yang dibangun pemerintah kolonial Belanda pada 1933. Usianya sudah uzur, membutuhkan pembenahan mendasar dan pemeriksaan rutin yang cermat dan akurat.

Lebih dari sekadar soal umur, telah terjadi perubahan bentang alam yang cukup signifikan di kawasan Situ Gintung. Ketika dibangun Belanda 76 tahun silam, luas danau total 31 hektare. Kini danau itu menciut hingga tinggal 21 hektare.

Penyusutan itu tak lepas dari menjamurnya permukiman di lereng danau—sebagian letaknya lebih rendah dari tanggul. Eksploitasi lahan dengan pembangunan mal, gedung perkantoran, dan taman bermain juga semarak. Wajarlah bila kualitas penyerapan air kawasan Situ Gintung jadi merosot.

Petaka Situ Gintung merupakan lampu merah. Pembenahan tak boleh hanya seperti polesan gincu. Apalagi jika dilakukan hanya demi kepentingan politik jangka pendek, misalnya menggalang dukungan untuk pemilihan umum yang tinggal menghitung hari.

Sistem drainase wajib dibenahi secara menyeluruh. Tidak hanya di Tangerang, tapi di seluruh Indonesia. Pemerintah daerah di berbagai wilayah diserukan memeriksa ulang kelaikan bendungan di daerah masing-masing. Awal bulan ini, sebelas tanggul di Bengawan Solo jebol hingga merendam sepuluh kecamatan di Lamongan, Jawa Timur.

Pintu air jebol juga terjadi di Bendungan Walahar, Karawang, Jawa Barat, Selasa pekan lalu. Pintu air yang dibangun Belanda pada 1918 itu diduga jebol lantaran telah rapuh dimakan usia. Kakak-adik yang sedang asyik memancing hanyut dibawa arus Walahar.

Tak kalah penting dari perbaikan fisik adalah pengaturan kembali tata ruang. Sanksi harus diterapkan bagi pelanggar aturan tata ruang, termasuk dalam soal radius hunian di lereng danau dan bantaran sungai. Pelanggaran tata ruang tak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus. Risikonya, daya dukung alam tergerus dan keselamatan jiwa penduduk terancam.

Peringatan keras kali ini datang dari Situ Gintung. Pemerintah tak boleh lagi menunggu jatuhnya korban untuk menempatkan keselamatan warga negara sebagai prioritas utama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus