APAKAH pantomim itu? Jawabannya terserah masing-masing orang. Atau boleh memilih dari sekian banyak definisi yang selalu muncul bila orang berbicara tentang seni. Paling aman bila kita kembali melongok proses kelahiran seni mime atau pantomim seperti yang disaksikan tahun 1930 di Paris. Kalau kita cermat, akan selalu terasa ada aspek mime dalam tari dan ada aspek mime dalam akting drama. Gerakan tubuh dari seorang aktor itu selalu diabdikan pada kebutuhan untuk menghadirkan dramatic personae seperti dalam drama pada tahun 1930an yaitu dengan pendekatan peniruan pada realitas. Seorang aktor bernama Etienne Decroux merasakan dalam latihanlatihan penguasaan tubuh bahwa terdapat kemungkinan kemandirian gerakan tubuh itu dari teksteks naskah drama. Dia merasakan bahwa aspek mime dalam akting itu akan membentuk arus baru, melepaskan diri dari seni akting dan berdiri sendiri sebagai bentuk seni. Sebagai bentuk seni baru tentu saja banyak yang belum mampu menghayati. Etienne Decroux setiap tahun ratusan kali bermain di kamar makan di rumahnya di hadapan penonton yang berjumlah dua atau tiga orang saja. Penontonpenontonnya adalah para seniman profesional dan para seniman muda yang bergairah pada halhal yang baru. Dalam periode perintisan ini nama JeanLouis Barrault tak dapat dipisahkan dari Etienne Decroux. Bahkan sebagai performer orang lebih mengingatnya, sebuah mime tentang kematian, mengukuhkan kehadiran seni baru ini. Secuplik skenario: - tiba-tiba dadanya terangkat dengan sendirinya badannya tegak lurus tangan kanan meregang menggapai langit - terdiam beku untuk kedua kalinya - tangan yang menggapai langit telapak tangannya tertekuk mengarah bumi, lalu meleleh turun perlahanlahan semakin pelan - tangan itu melewati kepala, melewati leher, melewati dada, melewati perut hidup lolos dari badan wadaknya. Kematian datang saat sosok itu tegak lurus. Barrault memang lahir sebagai penari, lalu menelusuri sisi mime dari tari itu dan menemukan arus mandiri dari seni mime. Pada saat yang sama di Paris ada juga Marcel Marceau. Sementara Etienne Decroux dan Barrault melahirkan seni mime yang abstrak dan berkesan seni tinggi, yang sekaligus juga tak mengundang banyak penonton, Marcel Marceau segera disambut penonton berlimpah. Pertunjukannya disebut sebagai Mimodrama. Hampir seperti drama bisu dengan naskah berat seperti karya Gogol berjudul Le Manteau (mantel). Meskipun dengan rendah hati Marcel Marceau berkata, "Etienne menemukan mime, saya menemukan publiknya," Marceau tetap menempatkan Charlie Chaplin sebagai orang yang dia kagumi. Marcel Marceau juga mencipta karakter yang disebut Bip. Bip yang berwajah putih seperti Charlie Chaplin (minus kumis, topi dan payung) ini menjadi ciri pantomim Marcel Marceau. Bahkan secara mentradisi selalu ditiru banyak seniman pantomim -- nyaris orang selalu merasa tidak sah berpantomim bila tidak berwajah putih (ini di Indonesia). Kemiripan dengan Charlie Chaplin ini juga karena Bip selalu hadir dalam ungkapan komidi tragis. Maka Marcel Marceau sering dicap sebagai peniru sekaligus kreator. Chaplin ditemukan dalam kebisuan film. Marcel Marceau juga pemuja kebisuan teater. Dalam wawancaranya dengan Newsweek, 1987, Marceau berkata, "Silence is a magnetic force. Like music it pulls at your feelings it is not intelectual. You see people moving in silence, moving in slow motion, and it creates musicality in the mime. There is a poetry in slow motion, and it creates a mood in you and you dream in the silence and feel in the silence". Di Polandia, lima tahun setelah bebas dari pendudukan Nazi, kehidupan seni amat bergairah. Dibantu pemerintah kota, Wroclaw Mime Theatre dengan art director Henri Tomaszewski mengukuhkan teater pantomim dengan repertoar berangkat dari naskah Gogol. "Bertolak belakang dengan mime Prancis, mime Polandia merupakan kesenian total dengan dukungan berbagai unsur musik, dekorasi dan kostum. Pantomim Polandia lebih menyadari akar pantomim yang terdapat pada tradisi sejak zaman Yunani kuno dan juga taritari sukusuku Indian dan peradaban Mesir purba. Tentu saja juga di Asia unsur mime sangat kuat terdapat di seni tradisi. Misalnya: opera Peking, Kyogen Kabuki Topeng dan teater tradisi Bali atau wayang wong Jawa. Pada sukusuku terpencil di hutanhutan tropis di Kalimantan dan Irian, pantomim yang menirukan alam dan binatang merupakan dasar dari bentuk pertunjukan ritual. Menjelang tahun 2000 ini pantomim berkembang dalam berbagai genre, seperti juga seni lainnya. Ada pantomim yang abstrak puitis seperti ketika zaman Decroux, yang berciri khas seperti Marcel Marceau, atau yang teatral, dan bahkan yang visual. Yang terakhir ini diwakili oleh grup Mumment Zans yang terkenal. Dan bahkan telah mantap menjadi tontonan di Broadway dengan masa pentas bertahan lebih dari lima tahun. Tapi tak semua seniman pantomim mengarah pada tercapainya bentuk tontonan yang sukses penonton dan kemashyuran. Banyak bahkan seniman pantomim yang tak menghiraukan tepuk tangan, tetapi mereka memilih main di jalanjalan, stasiun, dan pasar malam. Mereka tak menuntut sorak sorai dan perhatian. Mereka ingin berkomunikasi dengan cara yang biasabiasa saja. Dan kebanyakan mereka yakin bahwa pantomim adalah jenis kesenian yang paling komunikatif. Terutama yang memakai humor sebagai unsur utama. Mereka yakin pantomim bisa merupakan unsur yang menggeletak begitu saja di tengah kesibukan seharihari. Di Eropa sekarang ini memang begitulah kenyataannya. Seorang berwajah putih dengan gerakan aneh di jalanan sudah tak aneh lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini