Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Regenerasi gaya kampuchea

Berbagai kedudukan baru dalam kepemimpinan di kamboja diubah. perubahan ini menandakan terjadinya konsolidasi di kamboja & untuk mencegah timbulnya kultus individu. untuk kaderasi, anak petani dididik.

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMBOJA sekarang sudah mulai banyak diketahui sejak munculnya secara resmi Pol Pot alias Salot Sar sebagai Perdana Menteri tahun lalu. Bersamaan dengan itu, dikokohkan pula hierarki baru Partai Komunis Kampuchea sebagai ganti badan tanpa pimpinan, Organisasi Revolusi, yang berkuasa sebelumnya. Politbiro partai dikuasai oleh trio Pol Pot, leng Sary (yang juga jadi wakil PM dan Menlu) serta Son Sen (wakil PM dan Menteri Pertahanan). Khieu Samphan menjadi Presiden dan orang ketiga dalam partai, setelah Pol Pot dan leng Sary. Perobahan ini menandakan terjadinya konsolidasi di Kamboja serta usaha untuk mencegah timbulnya kultus individu. Tiap dua atau tiga tahun sekali, tokoh partai yang ditampilkan ke depan berlainan orangnya, dulu Khieu Samphan, sekarang Pol Pot. Organisator Trio Pol Pot-leng Sary-Son Sen pada dasarnya merupakan organisatorutama daripada embrio partai yang berkuasa sekarang. Ketiganya pernah belajar di Perancis pada awal tahun 1950-an. Sepulangnya di Kamboja, semuanya bergabung dengan partai Sangkum, semacam front nasional yang didirikan Sihanouk. Tapi, pada tahun 1963 mereka melarikan diri ke hutan karena khawatir akan ditangkap oleh Sihanouk. Dengan demikian, mereka 4 tahun lebih dulu dari Khieu Samphan dalam mengorganisir petani melawan pemerintah. Tapi, karena rendahnya tingkat pendidikan di pedesaan Kamboja, usaha Pol Pot dkk menarik kaum terpelajar untuk menjadi anggota partai sangat sulit. Lapisan terdidik Kamboja sampai tahun 1974 sebagian besar bersikap netral, tidak ikut Lon Nol, tidak juga antusias untuk jadi pengikut Pol Pot dkk. Walaupun banyak kaum terdidik yang ketnudian bergabung (sebagian besar pengikut-pengikut Sihanouk), mereka tidak begitu mendapat peranan dalam organisasi partai. Apalagi, setelah mulai dibersihkannya unsur-unsur pro-Sihanouk padatahun 1973. Untuk keperluan kaderisasi, Pol Pot dkk mengutamakan anak-anak petani desa yang miskin. Inilah proses dimulainya regenerasi terencana di Kamboja, yang diIakukan partai komunis, sebagai bagian dari programnya yang menggabungkan unsur-unsur puritan, Eutopia, revolusioner dan teror. Kejamnya perang saudara di Kamboja ikut mempengaruhi kader-kader muda dengan disiplin yang kuat itu. Yang terjadi di Kamboja sekarang adalah usaha penyusunan suatu masyarakat atas dasar nilai-nilai baru, yang bahkan tidak pernah dilaksanakan oleh RRT dalam program-programnya yang utopis selama Revolusi Kebudayaan dulu. Segala yang berbau kota dimusuhi karena dianggap telah ikut dikorupsi oleh sistim lama, karenanya perlu re-edukasi dan re-lokasi, bahkan eksekusi. Kurang Kader Revolusi di Kamboja memperlihatkan betapa mahalnya biaya untuk suatu perobahan sosial yang drastis yang tidak mengikutsertakan secara wajar kaum terpelajar negara tersebut. Di samping Pol Pot, Khieu Samphan dan kawan-kawannya, kader-kader di Kamboja kebanyakan terdiri dari pemuda desa yang tidak terdidik dan lugu. Ini juga disebabkan oleh struktur sosial dan politik Kamboja, yang tidak memiliki lembaga pendidikan keagamaan seperti halnya pesantren di negara berpenduduk Islam atau tradisi sekolah di rumah di negara berkebudayaan Konfusius seperti Cina dan Vietnam. Ia juga merupakan contoh nasib tragis kaum terpelajar non komunis negara tersebut, yang sudah dibunuh kalau pengikut Lon Nol atau dire-lokasi kalau menjadi pengikut Sihanouk. Masalah kurangnya kader partai sangat terasa pada tahun-tahun 197-1974, ketika kampanye anti Sihanouk mulai di laksanakan Khieu Samphan dkk. Ada pendapat bahwa relokasi segera setelah jatuhnya Lon Nol tahun 1975 disebabkan oleh kurangnya kader untuk mengontrol penduduk yang ber asal dari kota. Masalah ini mulai diatasi tahun 1977, sehingga Pol Pot dapat muncul ke depam Sekaligus, Khieu Samphan menjadi lebih bebas untuk meItlusatkan diri pada analisa pembentukan masyarakat Kamboja yang diinginkannya, tanpa adanya imbangan pendapat yang lain. Revolusi Kamboja benar-benar tanpa partisipasi berarti kaum intelektuil negara tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus