KAMBOJA sekarang sudah mulai banyak diketahui sejak munculnya
secara resmi Pol Pot alias Salot Sar sebagai Perdana Menteri
tahun lalu. Bersamaan dengan itu, dikokohkan pula hierarki baru
Partai Komunis Kampuchea sebagai ganti badan tanpa pimpinan,
Organisasi Revolusi, yang berkuasa sebelumnya.
Politbiro partai dikuasai oleh trio Pol Pot, leng Sary (yang
juga jadi wakil PM dan Menlu) serta Son Sen (wakil PM dan
Menteri Pertahanan). Khieu Samphan menjadi Presiden dan orang
ketiga dalam partai, setelah Pol Pot dan leng Sary. Perobahan
ini menandakan terjadinya konsolidasi di Kamboja serta usaha
untuk mencegah timbulnya kultus individu. Tiap dua atau tiga
tahun sekali, tokoh partai yang ditampilkan ke depan berlainan
orangnya, dulu Khieu Samphan, sekarang Pol Pot.
Organisator
Trio Pol Pot-leng Sary-Son Sen pada dasarnya merupakan
organisatorutama daripada embrio partai yang berkuasa sekarang.
Ketiganya pernah belajar di Perancis pada awal tahun 1950-an.
Sepulangnya di Kamboja, semuanya bergabung dengan partai
Sangkum, semacam front nasional yang didirikan Sihanouk. Tapi,
pada tahun 1963 mereka melarikan diri ke hutan karena khawatir
akan ditangkap oleh Sihanouk. Dengan demikian, mereka 4 tahun
lebih dulu dari Khieu Samphan dalam mengorganisir petani melawan
pemerintah.
Tapi, karena rendahnya tingkat pendidikan di pedesaan Kamboja,
usaha Pol Pot dkk menarik kaum terpelajar untuk menjadi anggota
partai sangat sulit. Lapisan terdidik Kamboja sampai tahun 1974
sebagian besar bersikap netral, tidak ikut Lon Nol, tidak juga
antusias untuk jadi pengikut Pol Pot dkk. Walaupun banyak kaum
terdidik yang ketnudian bergabung (sebagian besar
pengikut-pengikut Sihanouk), mereka tidak begitu mendapat
peranan dalam organisasi partai. Apalagi, setelah mulai
dibersihkannya unsur-unsur pro-Sihanouk padatahun 1973.
Untuk keperluan kaderisasi, Pol Pot dkk mengutamakan anak-anak
petani desa yang miskin. Inilah proses dimulainya regenerasi
terencana di Kamboja, yang diIakukan partai komunis, sebagai
bagian dari programnya yang menggabungkan unsur-unsur puritan,
Eutopia, revolusioner dan teror. Kejamnya perang saudara di
Kamboja ikut mempengaruhi kader-kader muda dengan disiplin yang
kuat itu. Yang terjadi di Kamboja sekarang adalah usaha
penyusunan suatu masyarakat atas dasar nilai-nilai baru, yang
bahkan tidak pernah dilaksanakan oleh RRT dalam
program-programnya yang utopis selama Revolusi Kebudayaan dulu.
Segala yang berbau kota dimusuhi karena dianggap telah ikut
dikorupsi oleh sistim lama, karenanya perlu re-edukasi dan
re-lokasi, bahkan eksekusi.
Kurang Kader
Revolusi di Kamboja memperlihatkan betapa mahalnya biaya untuk
suatu perobahan sosial yang drastis yang tidak mengikutsertakan
secara wajar kaum terpelajar negara tersebut. Di samping Pol
Pot, Khieu Samphan dan kawan-kawannya, kader-kader di Kamboja
kebanyakan terdiri dari pemuda desa yang tidak terdidik dan
lugu. Ini juga disebabkan oleh struktur sosial dan politik
Kamboja, yang tidak memiliki lembaga pendidikan keagamaan
seperti halnya pesantren di negara berpenduduk Islam atau
tradisi sekolah di rumah di negara berkebudayaan Konfusius
seperti Cina dan Vietnam. Ia juga merupakan contoh nasib tragis
kaum terpelajar non komunis negara tersebut, yang sudah dibunuh
kalau pengikut Lon Nol atau dire-lokasi kalau menjadi pengikut
Sihanouk.
Masalah kurangnya kader partai sangat terasa pada tahun-tahun
197-1974, ketika kampanye anti Sihanouk mulai di laksanakan
Khieu Samphan dkk. Ada pendapat bahwa relokasi segera setelah
jatuhnya Lon Nol tahun 1975 disebabkan oleh kurangnya kader
untuk mengontrol penduduk yang ber asal dari kota. Masalah ini
mulai diatasi tahun 1977, sehingga Pol Pot dapat muncul ke depam
Sekaligus, Khieu Samphan menjadi lebih bebas untuk meItlusatkan
diri pada analisa pembentukan masyarakat Kamboja yang
diinginkannya, tanpa adanya imbangan pendapat yang lain.
Revolusi Kamboja benar-benar tanpa partisipasi berarti kaum
intelektuil negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini