PEMBERITAAN mengenai Astra cukup intensif. Demikian juga perbincangan di masyarakat. Apakah masyarakat kita memang suka usil mengenai urusan orang lain? Tidak, karena Astra sudah merupakan perusahaan publik. Masyarakat berhak mengetahui sebanyak dan sejelas mungkin. Masuknya Prof. Sumitro ke dalam Astra sebagai komisaris utama menggantikan Oom William membuat pembicaraan meledak di mana-mana. Sifatnya sudah menjadi teka-teki silang. Orang berspekulasi macam-macam, mencoba merangkaikan pernyataan sepotong-sepotong di sana-sini menjadi sebuah cerita yang logis. Apakah desas-desus, bisik-bisik, analisa ala detektif betawi ini membanggakan atau memalukan? Bisa dirasakan sebagai membanggakan, karena Astra menjadi buah bibir masyarakat, dan karena itu bisa saja lalu menjadi orang genit, centil, lenggak-lenggok dan justru sengaja mengundang omongan yang lebih santer. Tapi, menurut pendapat saya, hal ini sangat memalukan, termasuk sangat memalukan Oom William dan Pak Mitro sendiri. Mengapa? Karena, Astra adalah perusahaan publik dan omongan yang macam-macam itu adalah bukti bahwa tidak ada transparansi yang memadai dari pihak manajemen. Tapi kita harus fair. Masuknya Prof. Sumitro ke Astra barulah kesepakatan antara mereka berdua. Baru akan menjadi sah setelah ada persetujuan dari RUPS yang akan diadakan. Di dalam kesempatan itu nanti barulah kita bisa menilai sampai di mana manajemen yang baru, terutama Pak Mitro, mempunyai pemahaman yang tepat dan ada kemauan yang fair untuk terbuka, sebagaimana layaknya perusahaan publik. Justru dalam rangka menegakkan citra yang baik dan yang profesional dari Astra ini, saya ingin mengemukakan pertanyaan, teka-teki, dan gosip, yang terdengar oleh telinga saya, supaya semuanya nanti bisa diluruskan oleh manajemen. Kita heran mengapa Pak Mitro berbicara mengenai hostile take over. Pengertian dan praktek umum adalah ada orang yang diamdiam dan perlahan-lahan membeli saham-saham di bursa efek sampai mencapai persentase yang merupakan controlling interest. Di Indonesia masih harus 51% ke atas. Lalu, "mengobrak-abrik" semaunya sendiri. Mayoritas saham Astra, 76%, masih dikuasai keluarga Soeryadjaya. Mana bisa ada hostile take over? Lalu, dalam kesempatan lain Pak Mitro mengatakan bahwa ada tekanan dari pihak luar, dan dia justru ingin menjaga jangan sampai jatuh ke tangan yang tidak baik. Kalaupun jatuh ke tangan orang lain, supaya kepada yang strategis dan yang baik-baik. Dalam kesempatan lain lagi dikatakan bahwa saham-saham Astra tidak akan jatuh ke tangan siapa pun dan akan tetap bertahan di tangan keluarga Soeryadjaya. Siapa yang menekan? Apa bentuknya? Bagaimana bisa menekan? Oom William mengatakan bahwa dia ingin konsentrasi membenahi Summa, sehingga dia mundur dari Astra. Kita bertanya lagi, di dalam konteks Indonesia, komisaris utama memang tidak banyak kerjanya. Bisa saja Oom William menjadi komisaris utama di Astra, dan waktu terbanyaknya dipakai untuk membenahi Summa. Lalu, dikatakan, karena masyarakat masih saja mengaitkan Astra dengan Summa, sehingga keluarnya William dari Astra menjadi jelas benar bahwa tidak ada hubungan antara Astra dan Summa. Kita bertanya lagi, apakah kita orang-orang bodoh yang tidak mengerti bahwa ada perbedaan jelas dan tegas antara orang perorangan (natuurlijke persoon) dan badan hukum (rechtspersoon) , yang mempunyai kehidupan sendiri-sendiri? Kalau orang mengaitkan hubungan antara Astra dan Summa, itu karena adanya dugaan keras bahwa Oom William memberikan jaminan pribadi (personal guarantee) untuk semua utang Summa. Dengan demikian, yang dijaminkan juga saham-sahamnya di Astra. Kalau ini hilang dan menjadi milik orang lain, jelas rusaknya Summa membawa pengaruh ke dalam Astra melalui perpindahan pemilikan mayoritas saham Astra. Waktu ditanya apakah dimintanya Pak Mitro masuk ke Astra karena pertimbangan politik, William menjawab dari lubuk hatinya yang paling dalam: tidak. Tapi kita lalu bertanya, kalau tidak memperhitungkan pengaruh politiknya, bukankah Prof. Sumitro tidak pernah mempunyai record di dalam membereskan perusahaan bisnis? Banyak pengalamannya dalam mengurus negara, tapi dalam hal mengurus perusahaan kan tidak ada apa-apanya? Inilah yang membuat orang bertanya: apakah bukannya supaya para pemberi kredit takut menggugat Astra, karena yang tampil adalah Sumitro dan bukan William? Menurut saya, sangat mungkin jadi praduga yang sangat konyol ini. Banyak yang bertanya-tanya, ada apa dengan Astra? Apa sudah banyak utangnya? Rini maupun Teddy Rachmat, menjawab tidak. DERnya masih baik, yaitu sekitar Rp 2 trilyun utang dan Rp 600 milyar modal sendiri. Apakah ini bagus atau tidak, terserah pembaca. Yang jelas, manajemen merasa tidak ada persoalan dan comfortable. Tapi, mengapa lalu Pak Mitro mengatakan akan menggunakan tangan besi, dan kalau perlu akan mengganti direksi? Lo, wong tidak ada apaapanya kok sampai perlu tangan besi segala? Kita menjadi bingung lagi. Akhirnya, banyak orang lalu membuat cerita sendiri, yaitu karena ruginya Summa yang begitu dahsyat, dan Oom William memberikan personal guarantee, sehingga ia harus menggadaikan sahamnya untuk mengambil uang dari mana-mana guna menutup lubang ini. Bukannya Oom William kesatria? Tapi karena terikat personal guarantee, lalu saham-sahamnya yang digadaikannya ini terancam hilang karena akan dieksekusi. Dalam hal ini kebetulan yang akan mengeksekusi saham-saham Oom William dinilai orang-orang brengsek dan berbahaya untuk kehidupan Astra, yang jelas adalah aset nasional. Maka, perlu diselamatkan oleh orang seperti Sumitro dengan persetujuan Pak Harto. Terus ada lagi yang mengatakan bahwa ini adalah ancang-ancang supaya Astra dijadikan BUMN. Ada lagi yang mengatakan bahwa ini adalah ancang-ancang untuk dicaplok oleh kelompok yang dekat dengan Pak Mitro sendiri, dan sebagainya dan seterusnya. Saya tahu bahwa banyak sekali yang omong kosong dan ngawur. Tapi, inilah akibatnya kalau perusahaan sudah raksasa, dan sudah publik, penjelasan dan pernyataan-pernyataannya sepotong-sepotong, gelepotan dan pentalitan. Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya sangat simpati dengan keluarga Soeryadjaya. Maka, saya betulbetul mendambakan supaya manajemen memberikan keterangan yang jelas, lugas, kongkret, rinci, profesional, dan terutama berwibawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini