Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Air dijebak, kebakaran dibendung

Bupati kupang, y.k. moningka, memerintahkan membangun parit untuk menjebak air hujan. hasilnya, bisa dimanfaatkan di musim kemarau. tanah jadi subur dan desa jadi hijau. belum digarap secara ekonomis.

23 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILA hujan datang memang menjengkelkan. Apalagl kalau disusul banjir bandang. Begitu juga sewaktu kemarau. Tapi keluhannya terbalik: kekeringan yang berakibat kebakaran. Lalu apa yang harus diperbuat di Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi yang dianugerahi kondisi alam seperti itu? Ada resep sederhana dari Bupati Kupang Y.K. Moningka. Yaitu menjebak air hujan. Dan setelah ditampung, air dimanfaatkan di kala kemarau. Yang punya jebakan air itu sekarang sudah 119 desa. Dengan lebar 1 meter dan kedalamannya 1 meter juga, tempat tampungan itu disebut Parit Jebakan Air (PJA). Kini panjangnya lebih dari 56 rlbu meter. Tapl bentuknya tidak mirip sungai, hingga tak seluruhnya bersambung ke 119 desa itu - di antara 250 desayang ada di wilayah Kupang. Dengan anggaran terbatas dari dana kabupaten, Moningka juga sudah membuat peta perparitan. PJA dibangun dengan dukungan APBD. Tapi mengorek parit panjang itu dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. "Saya minta pengertian para camat. Bagi yang belum membuat PJA, kondite tahunannya saya tahan sementara. Itu bukan untuk memberi nilai jelek," tutur Yopy, begitu panggilan akrab bupati Kupang itu. Kegiatan bikin parit itu juga dilombakan. Hadiahnya, antara lain, sapi dan televisi. Menggali parit tersebut juga digenjot dengan "pengumuman" seakan Gubernur akan turun ke lapangan. Maka, tak heran kalau aparat kabupaten serius menanggapinya. Bahkan pegawai di sana menamai bakti menggali parit itu "senam lanjutan" setelah senam kesegaran jasmani tiap Jumat. Anggota ABRI, organisasi pemuda, sejumlah pengusaha dan kontraktor ikut pula terimbau dan tergoda kerja. Karyawan Bank Negara Indonesia 1946 Cabang Kupang juga kebagian jatah parit 60 meter. Tapi pekerjaan yang deadline-nya enam bulan sejak Juni 1987 itu terpaksa diupahkan dengan biaya kitar Rp 322 ribu. "Itulah wujud partisipasi kami," kata Moetanto. Menurut pimpinan bank itu, kesibukan sehari-hari sudah melelahkan. Secara bertahap jebakan air itu terus bertambah. Bentuknya tanpa fondasi dan tidak berdinding semen. Tetapi itu dibikin dengan memperhatikan kemiringan lahan mulai 20 meter dari lahan tertinggi (puncak) di wilayah Kupang. Itu penting, mengingat areal sekitar parit juga dihijaukan. Menurut Isleko, petugas khusus penghijauan yang menjadi staf Yopy, pada topografi di bawah 15%, jarak di antara parit yang kemudian menjadi lahan tanam bisa mencapai 15 meter. Kalau antara 15% dan 35%, lahan yang bisa ditanam hanya sekitar 8 meter. "Tapi bila kelerengannya lebih dari 35%, lebih baik tidak dibuat PJA," katanya. Sebab, di situ tak ada bidang olahnya. PJA itu buntu - dibuat tanpa ujung, pangkal, maupun cabang. Cuma, antara ujung parit dan ujung lainnya dibikin setimbang, yang ditentukan dengan mengukur kontur atau ketinggian lahan yang sama. Bila hujan, air itu menggenangi parit panjang yang melingkari bukit. Kalau hujannya berkepanjangan? Menurut Isleko, air masih mungkin tidak akan meluap. Sebab, selain air meresan ke tanah, kanasitas tampung parit jadi besar. Itu karena tanah galiannya sengaja digundukkan di sepanjang bibir parit. Bahkan cek dam 5 x 10 m juga dibuat di beberapa tempat. Ini gunanya untuk menampung air lebih banyak. Erosi juga terkendali, kendati tanah di sana sebagian besar tergolong jenis grumosol dan latosol, yang gampang hanyut. Menurut Sam A. Kountul, anggota Pusat Studi Lingkungan di Universitas Cendana, Kupang, hasil galian itu justru memperpanjang masa bercocok tanam di sana. Lihat saja di Dusun II Batu Panjang, Desa Sikumana. Salah satu desa di wilayah Kupang ini sudah hijau. Tanaman seperti pisang, kelapa, turi, lamtorogung, sudah tak kekeringan atau kurang air. Mencari sumber air, kini, tak harus berjalan sampai 2 km. Sekarang kalau menggali sumur sedalam 9 meter sudah mudah keluar air. Bahkan di satu-dua tempat, air itu sudah muncul setelah semeter digali. Misalnya sumur milik Jacob Alexander Manoe, Kepala Desa Sikumana. Dan kebutuhan air minum, tak minus lagi. Banjir praktis tak lagi menghantui Kupang. Begitu pula tak ada kebakaran tatkala kemarau. Sebelum 1985, di Sikumana satpam terpaksa disiagakan untuk menJaga rumput-rumput kering. Menurut Isleko, waktu itu menghijaukan lahan kritis masih gagal. Baru pada akhir 1986, bupati Kupang mencoba menerapkan ide Gubernur NTT Ben Mboy, membuat PJA. Itu setelah mengintip sebuah gambar yang diperlihatkan seorang tamu Ben Mboy. Kendati tidak serupa, tutur Yopy, gambar dimaksud membekas di benaknya. Lalu ia praktekkan pertama kali di Sikumana: membuat parit 2.900 meter. Sayangnya, menurut Isleko, pekerjaan besar itu belum memberi hasil secara ekonomis. "Kami harus menetapkan lebih dulu pola usaha tani yang mungkin diterapkan," ujarnya. Walau di tempat genangan air itu bisa dipelihara ikan masih perlu waktu untuk menciptakan habitatnya atau mengendapkan lumpurnya. "Masyarakat tidak membuang percuma keringatnya," kata Isleko. Hanya, sekarang banyak petani pindah-pindah berladang. Mereka sedang diyakinkan bahwa PJA itu menjaga kesuburan tanah, hingga tidak perlu pindah-pindah. Tapi Yopi begitu girang sudah. Tahun ini ia mencanangkan menambah PJA menjadi 500 ha, kalau itu disetujui atasannya. Ini ia sesualkan dengan usulan proyek perencanaan pembinaan reboisasi penghijauan daerah aliran sungai menjadi pola konservasi model Pulau Timor. Suhardjo Hs. (Jakarta) & Supriyanto Khafid (Mataram)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus