Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mencari damai di gigir citatah

Para pemanjat tebing kaliber dunia, patrick berhault, jean-baptiste tribout, mencoba dengan kekuatan kaki dan tangannya memanjat tebing citatah, jawa barat. ditonton sekitar 2000 orang. sukses.

23 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANTANGAN bisa datang dari mana saja, juga dari sebuah bukit. Bukit kapur di Jawa Barat, Citatah namanya, 20 km dari Bandung --dengan dindingnya yang tegak lurus, bahkan membentuk sudut tumpul-rupanya membikin otot kaki dan tangan pendaki gunung gatal. Wabah gatal itu rupanya menyebar sampai ke Prancis. Lihatlah, Minggu pekan lalu tiga pemanjat tebing Prancis kaliber dunia mencoba kekuatan kaki dan tangan, juga jantung, di Citatah. Ditonton oleh sekitar 2.000 orang - maklum gratis - Patrick Berhault, Jean-Baptiste Tribout, dan si cewek tangkas Corinne Labrune merambati bukit itu, meraba derajat kesulitannya. Berhault, dengan mengandalkan kesepuluh jari tangannya dan kebandelan jantungnya, melakukan panjat bebas. Ia sukses, melewati dinding tegak lurus. Patrick Berhault, yang pernah memanjat Nanga Parbat di Himalaya, di gigir bukit yang miskin pijakan, enak saja dia bertumpu pada kekuatan ujung jarinya. Kedua kakinya bebas tergantung, lalu diayunkan dengan indah menggapai ceruk yang lain. Memang, Berhault adalah perintis nouvelle escalade atau "tarian tebing". Melalui filmnya Rock Dancing dan buku yang ditulisnya, orang memang yakin bahwa dialah seniman panjat bebas. Lihat saja, tiba-tiba Berhault terlontar ke bawah - mirip tarian elang terbang yang dimakan peluru pemburu - ketika pegangan tangannya lepas. Untung ada tali. Tebing Citatah, yang di kalangan pemanjat tebing dikenal dengan sebutan Tebing 125 (125 meter tingginya), memang menjadi tempat ujian. Selain pemanjat tebing profesional, para prajurit komando juga menggunakan tebing Citatah sebagai arena latihan. "Tebing-tebingnya mempunyai berbagai bentuk lintasan pemanjatan, dengan tingkat kesulitan yang bervariasi," kata Harry Suliztiarto, pendaki andal yang bersama grupnya, Skygers, sukses mengibarkan Merah-Putih di puncak Eiger, perbatasan Swiss dan Prancis, beberapa lama lalu. Tapi apa yang dicari para "cicak" bukit itu? Sekadar menaklukkan tantangan? Di sana kedamaian akan membuaimu, seperti dedaunan pohon yang dielus matahari pagi, kata John Muir, tokoh penyelamat dan penata lingkungan alam dari Amerika hampir seratus tahun lalu, tentang sensasi berada di antara hidup dan mati, merayap di bukit yang nyaris tegak lurus. Orang memang menyenangi sensasi, mengalami hal yang menegangkan, untuk kemudian kembali ke kedamaian - ini kata Hemingway, sastrawan besar Amerika yang suka mencari bahaya di hutan Afrika. Burhan Piliang, Ronald Agusta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus