Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Aksi Si Dungu Dari Tapanuli Utara

Pohon kemenyan di areal 21 ribu hektar di kab. tapanuli utara dirusakkan tamponok. dinas perkebunan setempat menawarkan pengendalian tepadu, misal: membunuh larva tamponok dengan camsomeris sp.

25 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR 18 ribu pekebun kemenyan di Tapanuli Utara terancam gulung daun Kabupaten di Sumatera Utara itu menghasilkan 4.258 ton kemenyan, dan ekspornya lebih dari 946 ribu dolar AS setahun. Pohon kemenyan, Styrax parallelonourus, di areal lebih 21 ribu hektar itu, sejak Mei lalu, makin hebat dirusakkan tamponok . Di Sunda jenis kumbang ini disebut lege alias Exopholis costata Burrn. Petani sudah membasminya dengan insektisida, seperti furadan dan curater. Gagal. Apalagi, penyemprotan itu tak menjangkau pucuk pohon yang setinggi pohon kelapa. Kemudian Dinas Perkebunan di sana memperkenalkan cara lain. Di malam hari, tamponok yang suka cahaya terang itu dijebak dengan lampu petromaks. Lampu itu digantung pada ketinggian 4 meter, dan sekelilingnya dipagari kawat nyamuk halus. Sedangkan di bawahnya dibikin kolam seluas 36 m2. Kolam itu diisi air yang dicampuri insektisida tamaron. Sinar petromaks itu segeramerangsang para tamponok. Sebelum menyentuh lampu terang, ia terbentur ke kawat halus itu, hingga luruh kecemplung ke kolam maut yang menganga di bawah. Koit. Menurut Kepala Dinas Perkebunan Tapanuli Utara Ir. Robert Edison Siahaan, 29 tahun, cara mengibuli tamponok itu memuaskan petani. Setidaknya dari satu demplot yang dipasang pada areal 3 hektar kebun kemenyan bisa menjebak 12.500 ekor kumbang dari ordo caleoptra ini. "Hasil itu baru jebakan semalam saja," tutur alumnus IPB Bogor pada 1982 itu. Petani boleh agak lega. Meskipun cara seperti tadi membutuhkan dana lumayan belum tentu efektif menghabisi tamponok. Dan yang mengherankan: bagaimana mungkin tamponok begitu hebat menyerbu pohon kemenyan di Tapanuli Utara? Di Batak hama itu dikenal petani kemenyan baru pada 1986. Sewaktu tamponok menyerang 740 hektar kebun kemenyan di Kecamatan Tarutung dan Pahae Julu, 1987, hama itu belum nongol lebih luas seperti sekarang ini. Karena itu, para petani bisa menikmati panen kemenyan seperti biasanya, antara Juli dan Desember. Ompu Manullang, misalnya, terlebih dahulu membersihkan batang kemenyan dari lumut hijau atau batang yang terkelupas. Setelah tiga bulan barulah penyadapan dimulai. Dengan menggunakan sugi besi bermata sepanjang 2 cm, batang kemenyan itu dideres sedalam 1-1,5 cm atau setebal kulitnya. Seraya menggoyang-goyang alat sadap itu agar pori-pori kuht membesar, batang sekitar sadapan itu lantas dipukul-pukul. Gunanya agar getah keluar dengan deras. Getah yang membeku itu dikutip setelah seminggu. Penyadapan dengan melukai batang itu ada aturannya. Untuk batang setinggi 10 meter dibuat enam pelukaan berieier dari bawah ke atas. Biasanya, untuk satu batang dibikin tiga baris atau 18 pelukaan. Menurut Ompu Manullang, tiap batang kemenyan menghasilkan 0,5 hingga 1,5 kg untuk tiap pekan. Dalam 1 hektar, biasanya tumbuh 500 pohon. Tetapi yang bisa disadap hanya 50 hingga 100 batang. Walau terserah bagaimana mutunya, dengan harga Rp 7 sampai Rp 14 ribu sekilo, agaknya penghasilan tersebut tak kecil lagi. Bagaimana nasib petani kalau kawanan kumbang tamponok yang pada 1922 ditemukan peneliti Belanda, Leefmans, Maret lalu bikin para petani kembali kelabakan? Yang diserang oleh hama berwajah dungu itu sekitar 395 hektar di Kecamatdn Pahae Julu. Lalu menyusul 50 hektar kcbun kemenyan di Kecamatan Tarutung. Karena daunnya dibikin menggundul, tentu petani percaya bahwa dalam kondisi seperti itu pohon tak akan memberi kemenyan. Mewabahnya tamponok itu, menurut dugaan Robert, karena keseimbangan alam sudah terganggu. Pcnduduk di Pahae Julu misalnya, memang keranjingan berburu babi hutan. Itu ada bahayanya. "Anjloknya populasi babi hutan otomatis mendongkrak populasi tamponok," katanya. Larva tamponok itu biasanya dimangsa oleh babi hutan, selain memang dilahap parasit camsomeris sp.. Tapi karena babi hutan dimangsa penduduk, tamponok lebih leluasa berkembang biak. Seekor induk tamponok mampu bertelur 60 butir. Dan yang suka memakan telur-telur itu adalah semut-semut. Alkisah, pembasmian dengan pola demplot itu toh bukanlah yang terbaik. Karena sulit memastikan apakah tamponok yang terjebak di kolam beracun itu sudah menetasi telurnya atau belum. "Jika sudah menetas, logis cara demplot itu tidak memutus populasi tamponok," kata Dr. Mustafa Majenu, M.Sc. Bagi dosen entomologi di Fakultas Pertanian USU di Medan ini, pola terbaik adalah dengan cara pembasmian biologis. Misalnya dengan mengembangkan parasit camsomers sp. untuk membunuh larva tamponok itu sejak dini. Dari hasil percobaan, Droses bunuh membunuh ini menunjukkan grafik yang kejar-kejaran. Perhitungan matematika begini: jika populasi pemakan naik, mangsanya akan melorot. Tapi bila populasi yang dimakan menurun, populasi pemakan juga turun. Sebaliknya, jika populasi pemakan turun, populasi yang dimakan naik lagi. Untuk mengganyang tamponok celaka tadi, Mustafa, alumus (1965) Poona University, India, kemudian menawarkan pengendalian terpadu. Menurut dia, setelah meningkatkan populasi camsomeris sp. juga diupayakan memusnahkan tempat hidup larva hama tadi. Misalnya menanami kacang-kacangan, seperti di perkebunan sawit dan karet. Robert bukan tak mengakui cara yang dimaksudkan Mustafa. Tapi jalan pinta yang dilakukannya adalah ibarat tindakan menggaruk kulit yang sedang gatal-gatalnya. Lagi pula, pola permanen tadi membutuhkan waktu lama. "Selain duit untuk biaya pengendalian terpadu itu juga bukan sedikit," katanya, menangkis. Belum dipikirkan tentang pola tanam itu meniru perkebunan karet atau sawit. Sedangkan saat ini para petani kemenyan di sana menjerit-jerit. Bersihar Lubis & Mukhlizardy Mukhtar (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus