Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat adanya peningkatan aktivitas kegempaan di Gunung Merapi sepanjang Oktober ini. Akibatnya, BPPTKG tetap melarang warga beraktivitas di radius kurang tiga kilometer dari puncak gunung api aktif itu meski balai tak sampai meningkatkan status gunung api itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peringatan tak terkecuali bagi para warga lokal lereng Merapi, yang diketahui masih melakukan aktivitas rutin di lereng dekat puncak, seperti pencari rumput bagi pakan ternak mereka. Kepada mereka akan diwajibkan mengikuti pelatihan mitigasi bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dan harus punya kartu identitas perumput,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Yogyakarta (DIY), Joko Supriyanto, 30 Oktober 2020.
BPBD berusaha menghindarkan risiko tinggi bagi keselamatan para warga kawasan itu ketika memasuki zona rawan bencana. Terlebih awal pekan ini, dalam Peringatan Dasawarsa Merapi 2010 yang disiarkan secara daring, BPPTKG melansir bahwa aktivitas vulkanik Merapi terus terjadi sejak letusan 21 Juni 2020.
Data electronic distance measurement (EDM) Pos Pengamatan Babadan menunjukkan telah terjadi inflasi pada tubuh salah satu gunung api teraktif di tanah air itu. Gejala itu menunjukkan dugaan siklus erupsi Gunung Merapi berikutnya semakin dekat.
Joko menambahkan, BPBD mulai menggelar edukasi dan mitigasi bagi para pencari rumput lereng Merapi itu mulai pekan ini. Di mana setiap harinya ada 50 pencari rumput yang diberi pelatihan dan pengetahuan mitigasi ketika erupsi terjadi.
“Kami buat bergilir pelatihan mitigasinya agar tidak terlalu banyak berkerumun di masa pandemi Covid-19 ini,” ujarnya.
Adapun materi mitigasi untuk para pencari rumput itu meliputi pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda alam ketika Gunung Merapi bergejolak. Hal itu bisa dilihat salah satunya ketika mulai muncul asap hitam di atas puncak yang menandakan ada bahaya dan harus segera menyelamatkan diri.
“Saat tanda-tanda gejolak di Merapi itu terlihat mau tak mau para pencari rumput itu harus segera turun,” ujarnya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mencatat masih intensnya aktivitas Gunung Merapi akhir Oktober ini yang bertepatan dengan masa libur panjang karena cuti bersama. “Saat ini Gunung Merapi masih mengalami kenaikan kegempaan, status aktivitas tetap waspada,” ujarnya.
BPPTKG pun meminta masyarakat tetap mematuhi imbauan dan rekomendasi dengan tetap berada di luar radius 3 kilometer dari puncak Merapi. Rekomendasi itu artinya ancaman bahaya aktivitas Merapi sampai saat ini masih berada di dalam radius tersebut.
“Untuk warga yang akan melakukan kegiatan di sekitar Puncak Gunung Merapi kami minta untuk mengikuti rekomendasi itu dan mengikuti perkembangan informasi terkini,” ujar Hanik.