Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asap hitam pekat dari cerobong pabrik kimia PT Chandra Asri Petrochemical menyelimuti sebagian wilayah Kota Cilegon, Banten, pada Sabtu pagi 20 Januari 2024. Asap dengan bau menyengat tersebut membuat sebagian warga di kota itu mengeluh mata perih, sesak napas, serta mual dan muntah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon Sabri Mahyudin mencatat keluhan dan pengaduan masyarakat atas dampak asap itu datang dari Kecamatan Grogol, Pulomerak, Citangkil, dan Ciwandan. Yang terakhir adalah lokasi di mana pabrik itu berdiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sudah rapat dengar pendapat dengan DPRD pada Senin-nya dari pukul 14.00-17.30 membahas peristiwa asap itu," kata Sabri saat dihubungi, Selasa 30 Januari 2024.
Selain dirinya, Sabri menambahkan, perwakilan Pemerintah Kota Cilegon yang lain adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala BPBD Kota Cilegon. Mereka seluruhnya mendengarkan pemaparan dari Chandra Asri yang juga hadir dalam rapat itu.
Menurut Sabri, Chandra Asri telah menyampaikan kronologi kejadian serta langkah yang telah dilakukan, tapi "Pokok-pokoknya yang disampaikan."
Dia hanya mencontohkan langkah pasca-sebaran asap di mana anak usaha Barito Pacific itu disebutnya telah memberikan kompensasi berupa sembako juga susu kepada warga terdampak. "Nilai bantuan yang diberikan tidak disebutkan oleh Chandra Asri," kata Sabri.
Sabri menyebutkan stasiun atau peralatan pengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang berada di sekitar PT Chandra Asri kini telah menunjukkan kualitas udara yang normal. Tak ada keterangan jelas sejak kapan pengukuran dengan hasil itu didapat atau berapa lama polusi udara dari asap Chandra Asri bertahan.
Baca halaman berikutnya: Ratusan warga keracunan termasuk belasan bayi
Ratusan Warga Keracunan, Termasuk Belasan Bayi
Dari keterangan Kepala Bidang Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Febri Naldo, sejak 25 Januari sudah tak ada keluhan lagi dari warga. Pada 20 Januari, dia membandingkan, terdapat 340 orang yang mendapat penanganan di posko Dinas Kesehatan.
Warga terdampak antara lain 14 bayi dan 17 anak-anak. "Total, berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki 88, perempuan 256," kata Febri, juga saat dihubungi, Selasa.
Pada hari pertama peristiwa asap itu, kata Febri, sebanyak lima orang sampai harus dirujuk ke puskesmas dan tiga orang ke rumah sakit. Pada 22 Januari, dia menuturkan, korban yang merasakan mual, muntah, sesak napas, dan sakit kepala mulai menurun menjadi 70 kasus.
Seorang guru mengamati siswa yang dipulangkan lebih awal dampak bau gas di SDN Kepuh, Kota Cilegon, Banten, Selasa 23 Januari 2024. Sebanyak 232 siswa di sekolah tersebut terpaksa dipulangkan lebih awal karena masih adanya bau menyengat dari pabrik kimia PT Chandra Asri yang berjarak sekitar 5 kilometer dari sekolah itu. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
"Tanggal 23 hanya 10 kasus, tanggal 27 tinggal 7 kasus, dan pada tanggal 25 sudah tidak ada temuan kasus lagi," katanya.
Menurut Febri, Dinas Kesehatan Kota Cilegon membuka posko kesehatan sampai Jumat, 26 Januari 2024. Sepanjang periode itu, ditambahkannya, total ada 38.400 lembar masker yang dibagikan kepada warga.
Febri mengimbau masyarakat agar tidak ke luar rumah jika kejadian berulang dari Pabrik Chandra Asri. Kalau pun harus tetap ke luar rumah, warga diharap selalu sedia dan mengenakan masker. "Kalau bisa pakai sapu tangan yang dibasahi air. Gas yang berbahaya itu bisa netral kalau kena air."
Febri menambahkan, meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan minum susu juga sangat penting. Pun dengan mengamati arah tiupan angin. "Kalau bencana kimia itu menyebar lewat udara dengan cepat. Kalau searah (angin) maka makin banyak yang terhirup," katanya.
Baca halaman berikutnya: penjelasan Chandra Asri dan kronologi
Penjelasan Chandra Asri dan Kronologi
Corporate Shared Value Department Manager PT Chandra Asri Pacific Tbk., Wawan Mulyana, menyatakan asap pekat dan berbau menyengat bukan berasal dari kebocoran gas. Tapi, karena pembakaran di cerobong.
"Pada Sabtu, 20 Januari 2024, pabrik Chandra Asri di Ciwandan, Anyer, Banten mengalami gangguan pada alat yang mengharuskan perusahaan melakukan pembakaran di cerobong atau flaring," kata Wawan.
Ia tidak menjelaskan secara rinci gangguan alat apa yang dimaksud. Namun, berdasarkan dokumen investigasi insiden kebocoran itu yang diterima TEMPO, gangguan berupa bocor pipa air pendingin di ethylene plant.
Warga Kota Cilegon di sejumlah wilayah mengeluhkan bau tak sedap yang diduga berasal dari aktivitas industri kimia di PT Chandra Asri.
Akibat kebocoran tersebut, kondisi operasional pabrik mengindikasikan terlewatinya batasan bawah operasional, yakni minimal aliran air pendingin 500 ton per jam. Sebagai pembanding, saat normal, rata-rata aliran air pendingin sekitar 900 ton per jam.
Chandra Asri lalu melakukan shutdown manual pabrik pada pukul 05.15 WIB, atau 35 menit setelah kebocoran terdeteksi. Flaring yang kemudian terjadi disebut sebagai tindakan safety mencegah ke luarnya hidrokarbon ke lingkungan.
"Pencemaran lingkungan belum dapat dibuktikan karena masih menunggu hasil uji laboratorium dan kajian teknis lainnya," bunyi bagian akhir dokumen itu.