Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menaikkan status aktivitas Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur menjadi Level II atau Waspada dari semula Level I atau Normal. Perubahan status dilakukan per Jumat malam, 12 Juli 2024, pukul 22.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan status Waspada tersebut Badan Geologi menerbitkan sejumlah rekomendasi. Di antaranya, melarang mendekati bibir kawah maupun turun ke dasar kawah Gunung Ijen serta tidak boleh menginap dalam radius 1,5 kilometer. Badan Geologi juga meminta masyarakat mewaspadai ancaman gas beracun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait agar selalu waspada terhadap potensi ancaman aliran gas vulkanik yang berbahaya dan tetap memperhatikan perkembangan aktivitas Gunung Ijen,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, dikutip dari keterangannya, Jumat, 12 Juli 2024.
Jika tercium bau gas yang menyengat, Wafid mengimbau, segera menggunakan masker penutup alat pernapasan. Untuk jangka pendek atau darurat dapat menggunakan kain basah untuk menutup hidung atau mulut.
Menurut dia, potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen saat ini adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah. Sumbernya, aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan.
Ancaman bahaya lainnya adalah erupsi freatik yang terjadi tanpa tanda-tanda yang mendahului. Erupsi ini berupa semburan gas dari danau kawah. "Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan,” kata Wafid.
Wafid menerangkan, perubahan warna air danau Kawah Ijen bisanya menandakan peningkatan aktivitas vulkanik akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan kawah oleh karena adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Suhu air danau Kawah Ijen juga biasanya juga ikut meningkat mengikuti naiknya tekanan atau konsetrasi gas yang keluar dari dasar danau.
“Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas di permukaan air kawah akan muncul,” kata dia.
Namun pantauan visual tidak mendapati adanya perubahan air danau Kawah Ijen hingga kenaikan status diputuskan. Pantauan Badan Geologi, warna air kawah Ijen tetap hijau toska. Tidak teramati juga adanya bualan gas di permukaan airnya, suhu air kawah juga relatif masih normal yakni 34 derajat Celsius.
Perubahan aktivitas mencolok yang sudah terjadi, menurut pantauan Badan Geologi, adalah peningkatan gempa tremor yang terekam pada 12 Juli 2024 pukul 17.00-21.00 WIB. Kemudian sejak sekitar pukul 21.00 WIB ada rekaman gempa tremor dengan amplitudo lebih dari 46 milimeter atau overscale.
Badan Geologi mencatat erupsi Gunung Ijen sejak 1900 berupa letusan freatik yang bersumber dari danau Kawah Ijen. Erupsi freatik tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai ketinggian 1.000 meter.
Pada tahun 2017 terjadi tiga kali semburan gas atau CO2 burst. Peristiwa serupa terjadi tiga kali pada 2018 yang juga diikuti kejadian aliran agas menyusuri lembah Sungai Banyu Pait hingga mencapai jarak lebih dari 7 kilometer.
Gas yang menyembur tersebut terutama adalah gas CO2 yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari udara. Sehingga gas CO2 yang keluar akibat letusan atau semburan ini cenderung dapat mengalir menyusuri lembah sungai.