Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Atap rumah dengan menggunakan genteng tanah liat banyak dipilih karena dianggap lebih awet dan bisa membuat adem rumah. Benarkah demikian?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Architectural Digest, atap genteng tanah liat sering dikaitkan dengan arsitektur Mediterania dan Spanyol. Atap genteng tanah liat sering dipilih karena keindahan mereka yang unik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya genteng tanah liat bisa bertahan 100 tahun atau lebih dengan pemasangan dan pemeliharaan yang tepat. Bahan mentahnya tidak membusuk dan tahan terhadap ancaman paling umum pada atap tipikal.
Satu-satunya yang menjadi ancaman signifikan terhadap atap genteng tanah liat adalah pohon tumbang dan kesalahan penanganan oleh manusia.
Atap genteng tanah liat menawarkan keuntungan tambahan untuk pemilik rumah. Bahan atap ini dipilih karena keserbagunaan, daya tahan, dan umur panjang. Atap genteng tanah liat juga dapat menahan ancaman seperti api, angin, matahari, salju, dan hujan es.
Dalam hal menahan suhu ekstrim, seperti panas tinggi dan dingin yang sangat, atap genteng tanah liat bersaing baik dengan atap logam dan sirap aspal. Mereka bertahan dengan baik di bawah angin kencang dan badai hujan.
Selain itu, tanah liat terakota yang berwarna lebih terang membantu memantulkan lebih banyak sinar matahari, memberikan efek pendinginan daripada sirap berwarna lebih gelap.
Karena bentuknya yang bergelombang, melansir The Hindu, genteng tanah liat memungkinkan aliran udara terus menerus dan memastikan ruang di bawahnya sejuk sehingga mengurangi ketergantungan pada AC.
Pilihan Editor: 7 Cara Membuat Rumah Sejuk Alami Tanpa AC