Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gempa tektonik dengan Magnitudo 5,8 mengguncang wilayah Pantai Utara Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada Senin 21 Oktober 2024, pukul 10.21 WIB. BMKG memperbarui info magnitudo gempa itu dari sebelumnya yang sebesar M5,6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempa itu memiliki pusatnya di laut, 7 kilometer arah utara Obi Utara, Halmahera Selatan, dengan kedalaman 11 kilometer. Hasil analisis BMKG mengungkap jenis gempa dangkal itu dipicu aktivitas sesar lokal. "Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, melalui keterangan yang dibagikannya pascakejadian gempa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempa tersebut dirasakan di Kota Labuha dan Obi dengan skala intensitas III-IV MMI. Pada skala itu, gempa bisa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah serta membuat pintu dan jendela berderit. Sebagian lain merasakannya nyata di dalam rumah seakan ada truk sedang melintas.
Gempa yang sama juga dirasakan di Gene Barat pada skala II-III MMI atau lebih lemah. "Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," kata Daryono lagi.
Meski begitu, BMKG masih mencatat rentetan gempa susulannya. Hingga pukul 11.30 WIB, ada enam aktivitas gempa susulan itu dengan magnitudo terbesar 5,1. Gempa susulan itu hanya dirasakan di Pulau Obi pada skala II-III MMI.
Daryono mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh rangkaian gempa itu. "Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," kata dia.