Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi rekomendasi dalam bidang pertanian untuk menghadapi iklim pada tahun 2025 yang diprediksi mengalami curah hujan normal hingga di atas normal. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan rekomendasi itu menyesuaikan dengan kondisi curah hujan di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Cocok untuk mendukung upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan di wilayah-wilayah sentra pangan,” kata Dwikorita saat memberi rekomendasi dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Info BMKG pada Senin, 4 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, dia mengingatkan daerah sentra produksi pangan yang diprediksi mengalami hujan bawah normal masih dapat melakukan tindakan antisipasi penyesuaian pengelolaan aktivitas pertanian dengan penyesuaian pola tanam dan ketersediaan air. Kemudian disarankan untuk melakukan pemilihan bibit komoditas yang lebih sesuai dengan kondisi.
Dengan intensifikasi seperti irigasi dan upaya pendukung lainnya, wilayah sentra produksi pangan tersebut masih berpotensi menghasilkan produktivitas tanaman pangan yang baik. “Ini terutama ditekankan untuk wilayah yang mengalami curah hujan bulanan di bawah normal,” ucap Dwikorita.
Untuk wilayah yang terdapat potensi curah hujan tahunan 2025 melebihi rata-rata atau di atas kondisi normal, perlu diantisipasi potensi kejadian bencana hidrometeorologi ekstrem, basah, dan dampak turunannya, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada puncak musim hujan. “Langkah antisipasi juga diperlukan untuk wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan di bawah normal yang dapat memicu kekeringan,” tuturnya.
Pengelola pertanian juga perlu mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan ketika puncak musim kemarau di tahun depan. Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam restorasi, bendungan, tanggul, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaan sumber daya air di saat musim kemarau.
“Poinnya di saat musim hujan perlu dioptimalkan drainase dan juga tandon-tandon tampungan air, menabung air yang disiapkan nantinya untuk dapat dimanfaatkan di saat musim kemarau,” kata Dwikorita.
Pemetaan daerah berdasarkan curah hujan
Menurut BMKG, curah hujan tahun 2025 diprediksi pada kondisi normal dengan jumlah curah hujan tahunan sekitar 1.000 hingga 5.000 milimeter per tahun.
Sebanyak 67 persen wilayah Indonesia akan berpotensi mendapatkan curah hujan tahunan lebih dari 2.500 milimeter per tahun. Daerah yang diprediksi mengalaminya berada di sebagian besar wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung bagian utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, Pulau Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, Bali, Kepulauan Maluku, dan Papua. Selain itu pada sebagian kecil Bali, dan Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Jawa Timur.
Kemudian, terdapat 15 persen wilayah Indonesia yang diprediksi dapat mengalami hujan tahunan di atas normal, yaitu meliputi sebagian Aceh, lalu sebagian kecil Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian selatan, Riau, Kalimantan Timur bagian timur, Sulawesi Barat bagian utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan bagian selatan. Termasuk juga sebagian kecil Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian tengah.
Selain itu juga terdapat daerah yang diprediksi dapat mengalami hujan tahunan di bawah normal dengan persentase 1 persen wilayah Indonesia. Wilayah itu meliputi sebagian kecil Sumatera Selatan bagian barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Papua Barat bagian utara.