Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

BRIN Ajak Masyarakat Ikut Awasi Karhutla Gambut lewat Aplikasi Simocakap

Aplikasi Simocakap yang dikembangkan di Bengkalis, Riau, juga memuat informasi seputar cuaca dan titik api.

21 Oktober 2024 | 20.29 WIB

Petugas TNI menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa 9 Maret 2021. Satgas Karhutla Riau terus berupaya melakukan pemadaman kebakaran lahan yang masih terjadi di Provinsi Riau agar bencana kabut asap tidak kembali terulang. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Perbesar
Petugas TNI menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa 9 Maret 2021. Satgas Karhutla Riau terus berupaya melakukan pemadaman kebakaran lahan yang masih terjadi di Provinsi Riau agar bencana kabut asap tidak kembali terulang. ANTARA FOTO/Rony Muharrman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, BandungAplikasi yang belakangan dikembangkan oleh peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bisa melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman, mengatakan Sistem Monitoring Cuaca, Kebakaran Lahan dan Kabut Asap, disingkat Simocakap, juga memuat informasi seputar cuaca dan titik api.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Pengguna bisa berpartisipasi. Jika melihat kebakaran lahan, difoto, lalu nanti dikirim ke pusat data,” katanya di diskusi daring Bincang Sains Kawasan Bandung-Garut edisi ke-10, pada Senin, 21 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Aplikasi Simocakap dibuat peneliti BRIN bersama beberapa mitra, seperti Center for Southeast Asian Studies (CSEAS)-Kyoto University, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Politeknik Bengkalis, serta Universitas Riau. Proyek ini digarap untuk memahami interaksi antara karbon dan permukaan air pada lahan gambut di Riau, mencakup Pulau Bengkalis, dengan dinamika atmosfer dan iklim yang diyakini mempengaruhi sirkulasi global.

Informasi cuaca, kata Albertus, diperoleh dari radar yang dipasang di Kabupaten Bengkalis. Di lahan gambut, para peneliti memasang alat pengukur ketinggian muka air atau water level. Secara keseluruhan, Simocakap selesai dikerjakan pada Januari 2024,

“Sistem ini juga dipasang di (area) pemadam kebakaran khusus lahan gambut,” ucapnya. “Untuk mencegah kebakaran besar.”

Menurut Albertus. Ketinggian air di lahan gambut menurun saat kemarau, sehingga rentan terbakar. Saat dilahap api, bahan organik yang sebelumnya terendam air mulai terdekomposisi dengan cepat. Karbon yang terkurung di tanah gambut akhir terlepas ke atmosfer.  “Kebakaran lahan gambut bisa berlangsung lama.”

Tanah gambut biasanya berwarna hitam atau coklat tua dengan tekstur lembut dan ringan. Dengan kandungan organiknya yang tinggi, gambut sebenarnya bisa menangkap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar.  Jenis tanah ini kerap rusak bila dikeringkan untuk kebutuhan pertanian atau pembangunan.

Yohanes Paskalis

Yohanes Paskalis

Mulai ditempa di Tempo sebagai calon reporter sejak Agustus 2015. Berpengalaman menulis isu ekonomi, nasional, dan metropolitan di Tempo.co, sebelum bertugas di desk Ekonomi dan Bisnis Koran Tempo sejak Desember 2017. Selain artikel reguler, turut mengisi rubrik cerita bisnis rintisan atau startup yang terbit pada edisi akhir pekan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus