Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti Sesar Baribis dan Sesar Kendeng yang memanjang dari barat hingga timur dan ada di bagian belakang atau utara busur vulkanik Pulau Jawa. Kedua sesar kompleks dan besar itu disebut Java Back-arc Thrust.
“Di Jawa Barat, sesar itu melewati Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi. Ada indikasi melalui daerah selatan Jakarta (perbatasan dengan Depok) dan di daerah Bogor,” kata peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 14 Juni 2024, seperti dilansir Antara.
Pada 2019, Sonny meneliti soal ini di Majalengka, Purwakarta, Karawang, Depok, dan Bogor dengan pendanaan dari LPDP (proyek doktoral di Universitas Grenoble Alpes), Rumah Program Kebencanaan, dan Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN). Yayasan Skala Indonesia pada 2024 mengadakan proyek penelitian ekspedisi Sesar Baribis. Ia menyatakan ikut membantu menjadi narasumber di daerah Subang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sesar besar Baribis dan Kendeng pernah bergerak setidaknya 11 ribu tahun lalu. Penelitian dua sesar itu untuk mengetahui lokasi jalur sesar aktif yang melalui kota-kota padat penduduk, agar meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya gempa. "Ketika kita mengetahui ada indikasi aktif dari data geodesi dan seismisitas, perlu dikonfirmasi secara geologi apakah benar aktif atau tidak,” kata Sonny.
Sonny menjelaskan, dalam artikel berjudul Active Back-arc Thrust in North West Java, Indonesia, yang terbit di jurnal Tectonics pada 2022, Java Back-arc Thrust aktif di segmen Tampomas, sejak 50 ribu tahun lalu sampai saat ini. Jejak morfologi (dari data Digital Elevation Model, sebagai indikasi awal sesar aktif) Java Back-arc Thrust menerus ke arah barat melewati Subang hingga selatan Jakarta dan Bogor.
Hasil penelitian ini, kata Sonny, nantinya bisa berupa artikel ilmiah yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam bahasa sederhana agar masyarakat dapat memahami sumber bahaya gempa bumi. "Melalui berbagai metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sumber gempa bumi dengan baik, maka informasi tersebut dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini