Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim gabungan penanganan darurat banjir Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengantisipasi penyeberangan penyakit dengan beberapa cara, salah satunya pengasapan atau fogging di sekitar permukiman warga terdampak banjir. Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Tri Handayani, mengatakan pengasapan dilakukan di 18 desa terdampak sejak Sabtu, 24 Februari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami bagi satu hari itu empat tim untuk melakukan fogging di satu desa. Sejak hari Sabtu kemarin sampai hari ini (Selasa, 27 Februari 2024) sudah dilakukan di lima desa,” ucapnya melalui keterangan tertulis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Tri, tim gabungan juga menggelar dekontaminasi berupa penyemprotan desinfektan. Dekontaminasi merupakan upaya mengurangi dan menghilangkan kontaminasi mikroorganisme pada peralatan, bahan, dan ruang, dan lingkungan. Artinya tim berupaya memberantas jumlah mikroorganisme pathogen penyebab penyakit dengan cara fisik dan kimiawi.
Program fogging dan dekontaminasi tersebut menjadi fokus Pemerintah Kabupaten Demak pada masa pascabanjir. Terlebih wabah penyakit lebih rentan menular karena permukiman warga terkontaminasti oleh sampah banjir. Pemulihan lingkungan menjadi salah satu tahapan transisi dari masa tanggap darurat menuju rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Karena memang semua isi rumah jadi sampah tidak ada yang kepakai, di rumah juga isinya lumpur sehingga dekontaminasi dan pengasapan ini penting,” ucap dia.
Berdasarkan pantauan terbaru tim gabungan, genangan sisa banjir di Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar sudah surut. Laporan Situasi Terkini Penanganan Darurat Banjir Demak pada Senin kemarin pun menunjukkan sudah tidak ada pengungsi di empat kecamatan terdampak, mulai dari Karanganyar, Gajah, Demak, dan Mijen sudah tidak ada pengungsi.