Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cerita Saksi Angin Puting Beliung di Situ Patenggang Bandung

Saat munculnya pusaran angin puting beliung tanpa disertai hujan.

21 Desember 2019 | 06.35 WIB

Waterspout atau angin puting beliung di atas permukaan air muncul di atas Situ Patenggang Kabupaten Bandung, Jumat siang, 20 Desember 2019. (ISTIMEWA)
Perbesar
Waterspout atau angin puting beliung di atas permukaan air muncul di atas Situ Patenggang Kabupaten Bandung, Jumat siang, 20 Desember 2019. (ISTIMEWA)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bandung - Beberapa warga di antaranya wisatawan menyaksikan langsung kejadian angin puting beliung yang beraksi di atas danau atau Situ Patenggang, Kabupaten Bandung, Jumat siang, 20 Desember 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebagian video rekamannya telah beredar di dunia maya. “Takut tapi karena fenomena alam jadi ya menikmati juga,” kata Gilang Parluatan kepada Tempo, Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Warga Ciwidey Kabupaten Bandung berusia 28 tahun itu saat kejadian tengah berekreasi di sebuah tempat wisata pinggir Situ Patenggang. Tiba-tiba ada pusaran angin di permukaan air danau. Dari semula kecil lama-lama membesar. “Anginnya terasa kencang sampai pinggir danau,” ujarnya.

Waterspout atau angin puting beliung di atas permukaan air muncul di atas Situ Patenggang Kabupaten Bandung, Jumat siang, 20 Desember 2019. (ISTIMEWA)

Hawa semakin dingin, sementara langit mendung agak gelap. Saat munculnya pusaran itu, menurut Gilang, tanpa disertai hujan. Proses terjadinya angin puting beliung itu lebih dari 20 menit.

Dia ikut merekam kejadian itu dengan kamera video dari smartphone, namun tidak sampai pusaran angin selesai. “Keburu menyelamatkan diri,” kata dia. Pusaran angin menurutnya tidak merusak sekitar danau.

Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, kejadian alam seperti itu lazim disebut waterspout. “Angin kencang berbentuk pusaran di permukaan air,” katanya Jumat. Angin itu disebabkan oleh awan Cumulonimbus, awan hitam yang berlapis vertikal.

Awan Cumulonimbus yang bersuhu dingin mengalirkan angin ke permukaan bumi yang bersuhu panas. Aliran angin itu membentuk pusaran yang bisa muncul di daratan maupun permukaan air lainnya seperti di laut.

ANWAR SISWADI

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus